Share

Part 9. Ancaman

last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-11 00:57:43

Part 9. Rayuan sang pelakor bayaran

“Ibu akan tahu nanti,” jawab Bagas lalu beranjak pergi dengan cepat. Tidak peduli dengan Ibunya yang terus memanggilnya.

Luna yang dari tadi bersembunyi di kamar mandi pun muncul dan mendekati Ibu Bagas.

“Sudahlah, Tante. Jangan paksa Mas Bagas. Aku mungkin tidak cukup baik untuknya.” Luna menundukkan wajahnya, berpura-pura sedih dengan apa yang terjadi.

Ibu Bagas bangkit dan mendekati Luna. Dia menggenggam tangan wanita itu dan berusaha untuk menghiburnya.

“Kamu tidak usah khawatir. Siapapun wanita itu, dia tidak akan berhasil menikah dengan Bagas.”

“Tapi Tante sudah dengar sendiri kalau Mas Bagas tidak akan menikah denganku, tapi dengan wanita lain.” Luna kembali menunjukkan wajah menyedihkan di depan Ibu Bagas, bahkan kali ini dia mengeluarkan airmata buayanya.

“Aku tidak akan setuju. Bahas pasti akan menurut,” ucap Ibu Bagas tegas. Meyakinkan Luna hingga wanita itu pun diam-diam tersenyum.

“Semoga saja Mas Bagas mendengarkan Tante.” Luna pun
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   part 10. Kemarahan Bagas

    Amiera sedang menyuapi anaknya sarapan. Dari pagi Amel terus merengek ingin bertemu dengan ayahnya. Tapi sudah berkali-kali di telepon, Bagas tidak mengangkatnya. Selain merasa kesal, Amiera juga kecewa. “Makanlah yang banyak, Nak.” Amiera terus membujuk putrinya. Tapi gadis kecil itu justru menutup mulut dengan kedua tangan mungilnya. “Eh, kenapa gadis cantik Paman gak mau makan?” Tiba- tiba Satria datang dan langsung duduk di samping Amel. “Gak mau makan, maunya Ayah,” ucap Amel dengan suara serak menahan tangisnya. Satria melihat ke arah Ameira sekilas. Dia mengambil alib makanan yang ada di tangan Amiera. “Makan dulu, ya. Nanti Paman kasih kamu hadiah,” bujuknya. Wajah Amel berubah ceria. Dia langsung membuka mulutnya. Satria menyuapi Amel hingga nasi yang ada di piring hampir habis, itu membuat Amiera berkaca-kaca. Seandainya, jika lelaki yabg begitu perhatian pada Amel itu adalah suaminya, dia pasti akan sangat bahagia. “Apa yang kamu lihat, Ra?” Satri

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   part 11. Hubungan terlarang

    Bagas menghela nafas berkali-kali. Dia tidak habis pikir dengan perubahan sikap sang istri yang begitu besar. Dari yang biasanya penurut dan tak banyak bicara. Kini menjadi wanita yang susah untuk diajak bicara. Bahkan menurutnya, Amiera kini seolah sangat membenci dirinya. Lamunan Bagas buyar saat ponselnya berdering. Nama Luna terpampang di layar ponsel. Dia pun mengangkatnya, berbicara sebentar lalu memutuskan untuk pergi. Mobil yang dikemudikan Bagas belok ke sebuah rumah sang Ibu. Pria itu turun dengan tergesa. Dia langsung masuk ke rumah itu, di sana dia melihat Luna sedang memijat kaki Ibunya. “Bagaimana Ibu bisa jatuh?” tanya Bagas sambil duduk di dekat sang Ibu. “Ibu terpeleset, untungnya tidak apa-apa,” jawab Luna. Bags menatap sang Ibu, membuat wanita yang bernama Herawati itu kesal. “Aku benar-benar jatuh, aku tidak bohong kali ini,” ucapnya dengan serius. Bagas menghela nafas panjang. Selama dia menikah dengan Amiera, entah sudah berapa kali ibunya itu b

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   part 12. Meminta cerai

    “Cerai ?” Bagas terkejut dengan perkataan Meira. Dia sama sekali tidak menyangka wanita yang selama ini sangat takut ditinggalkan olehnya justru mengucapkan kata cerai.“Ya. Lebih baik kita cerai. Bersama pun tidak ada gunanya. Hanya saling menyakiti,” jawab amiera dengan mata memerah menahan tangis.Bagas terpaku. Selama ini dia selalu menginginkan perceraian. Dia ingin bersama Karin, tapi entah mengapa saat Amiera meminta cerai, hatinya terasa begitu sakit. “Apa kamu ingin bercerai karena dia?” Bagas menunjuk ke arah Satria yang sepertinya juga terkejut dengan apa yang diucapkan Amiera.“Apa kamu pikir seperti itu?” tanya Amiera sinis.“Ya, selama ini kamu tidak pernah seperti ini. Tapi setelah bertemu dengannya kamu berani meminta cerai dariku.” Amiera terkekeh.“Aku memang selama ini diam, tapi aku tidak buta. Aku menerima semuanya, tapi aku tetap merasa sakit.” Air mata Amiera mengalir deras di pipi. Dia langsung mengusapnya dengan kasar. Mengingat hari-hari sulit yang sudja

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   part 13. Perdebatan

    ‘Luna.. keluar kamu!” Karin berteriak sambil menggedor pintu rumah Bu Hera. Tak lama kemudian, Luna muncul di gandeng ibunya Bagas. “Ngapain kamu kemari, Ameira tidak ada disini.” Bu Hera menatap karin, dia mengira jika wanita itu sedang mencari menantunya. Karin tidak mempedulikan Bu Hera, dia terus menatap Luna. “Dasar wanita sialan, kenapa kamu mengkhianatiku?” “Jaga mulutmu, berani sekali kamu bicara kasar pada calon menantuku.” Bu Hera mendorong Karin hingga wanita itu mundur beberapa langkah. “Calon menantumu itu aku, Tante.” Karin menujuk ke arah dirinya sendiri, dia tidak menyangka jika Bu Hera justru ingin menjodohkan Bagas dengan Luna. “Kamu … Bu Hera tidak percaya, dia menyangka jika Karin hanya membohonginya. “Apa Tante tidak tahu jika putramu akan segera bercera dan menikah denganku.” Karin tampak sombonh, dia seolah inhin menunjukkan pada Luna jika Bagas hanya menyukainya. Tapi nyatajya, Luna sama sekali tidak peduli, bahkan wanita itu hanya tedseny

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   part 14. Provokasi yang tidak mempan

    “Untuk apa kamu datang kemari?” tanya Amiera tanpa mempersilahkan luna duduk. Terlihat jelas kebencian di matanya. “Apakah kamu tidak ingin mempersilahkan aku duduk.” Luna melihat ke arah Amiera sinis. “Tidak, aku yakin kamu kemari tidak untuk duduk bukan. Jadi cepat katakan, apa yang kamu inginkan?” Luna tidak mempedulikan Amiera, dia duduk di sofa dan meletakkan tasnya di atas meja. “Aku sangat haus, bisakah aku minta minum,” ucapnya. “Tidak usah basa-basi. Cepat katakan apa maumu. Atau kalau tidak, cepatlah pergi.” Amiera sama sekali tidak peduli dengan permintaan Luna. Wanita cantik itu tetap berdiri dan menatap Luna tajam. “Baiklah, ternyata kamu sungguh sudah tidak sabar mendengar berita bagus dariku,” ucap Luna. “Cepat katakan!” bentak Amiera. “Tidak usah berteriak, aku tidak tuli.” luna berdiri dan menghampiri Amiera. “kamu tidak tuli, tapi kamu tidak tahu malu,” ucap Amiera dengan nada sinis. “Apa maksudmu?” “Apa perlu bertanya, apa kamu tidak merasa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   part 15. Kegilaan Bagas

    Mata Amiera membulat saat dia melihat ada sebuah truk melaju kencang ke arah Bagas. Dia ingin berlari, tapi matanya melihat sahabatnya sudah lebih dulu berlari. “Dasar pria gila!” teriak Karin. Wanita cantik itu menarik tangan Bagas dan akhirnya mereka berdua jatuh ke aspal bersamaan.“Lepaskan aku!” Bagas ingin berdiri tapi langsung di halangi oleh Karin. “Sebenarnya apa yang ada dalam otakmu saat ini. Kenapa kamu tiba-tiba ingin mati?” tanya Karin.Bagas diam, dia melirik ke arah Amiera yang tak jauh dari mereka. Begitu juga dengan Karin, wanita itu melihat ke arah Amiera yang hanya membisu ke arah mereka.Hati Karin sakit, dia benar-benar tidak menyangka jika Bagas akan melakukan itu demi Amiera.“Apa kamu bertengkar dengan Amiera?” tanya Karin.“Tidak.” Bagas berdiri, dia berjalan menjauh dari Karin dan mendekati Amiera. “Maafkan aku sekali ini. Aku janji akan memperlakukanmu dengan baik,” ucapnya. “Apa ada masalah dengan otakmu, Mas?” tanya Amiera. “Ra, tidakkah kamu melih

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   part 16. Tekad Bagas

    Sejak Satria mengungkapkan perasaannya, Amiera berusaha untuk menghindari pria itu. Bukan dia tidak menyukainya, hanya saja dia merasa jika dirinya tidak cukup pantas untuk Satria.Dia tahu benar jika Satria Kamajaya adalah putra tunggal dari Darmono Kamajaya. Orang kaya raya yang disegani di kota B. Itulah yang membuat dirinya tidak percaya diri.Menurutnya, Satria bisa mendapatkan wanita manapun yang dia inginkan dengan mudah. Lagipula, dia sudah bertekad untuk hidup sendiri setelah perceraian. Dia ingin fokus pada Amel.Amiera terus saja menyembunyikan diri dari Satria. Tak hanya dari Satria, dia juga tidak mau menemui Bagas. Hingga pada siang itu, pengacara yang dia tunjuk untuk menangani perceraiannya datang ke rumahnya dengan tergesa dan mengatakan jika berkas yang sudah di tandatangani di sobek oleh Bagas, wanita itu kesal dan segera mencari Ayah dari anaknya tersebut.Saat wanita itu masih kesal, ada suara ketukan dari arah pintu. Dengan enggan Amiera berjalan dan membukanya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Part 17. Sikap yang egois

    Bagas mondar-mandir mencari keberadaan Amel. Dia sesekali mengomel karena tidak kunjung menemukan keberadaan anaknya. Entah sudah berapa tempat dia kunjungi, tapi tak menemukan Satria dan juga putrinya. Karena terlalu capek, dia pun duduk di sebuah trotoar dan menatap sekitar. Tanpa disangka, matanya menangkap sosok Amel yang sedang bermain dengan Satria di taman tak jauh dari tempatnya duduk.Dengan langkah tergesa, Bagas mendekati mereka. Dia menarik Amel dan memeluknya.“Ayo pulang dengan Ayah, jangan bicara dengan orang asing lagi.” Bagas menggendong Amel dan melangkah pergi meninggalkan Satria.“Amel tidak mau pergi. Amel ingin main dengan Om Satria,” ucap Amel sambil berontak, dia berusaha turun dari gendongan sang Ayah. “Ayah akan menemanimu main, ayah akan membelikanmu banyak mainan dan cemilan. Tapi kamu harus jauhi dia,” ucap Bagas sambil melirik ke arah Satria yang kini sedang berjalan ke arahnya.“Tidak bisakah kamu berbicara baik-baik. Jangan menakuti Amel.” Satria men

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25

Bab terbaru

  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Part 30. Bukan Penjual Mie Ayam

    Bagas membuka matanya pelan, pria itu memegangi kepalanya. Matanya berbinar saat melihat ada Ameira di sana. ‘Ra, kamu disini?” Bagas langsung ingin memeluk Amiera, tapi wanita itu langsung menghindar. “Kalau kamu sudah sembuh, lebih baik kamu segera pulang. Ibu dan dua kekasihmu pasti kebingungan mencari,” ucap Amiera.Bagas terdiam “Kepalaku masih pusing,” ucapnya sambil memegang kepalanya. Bagas pun melihat ke arah lain, di sana dia melihat ada Satria. Wajah yang tadinya berbinar pun berubah kesal.“Kenapa kamu ada disini?” tanya Bagas sedikit ketus.“Seharusnya aku yang bertanya, kenapa kamu bisa ada di rumah orang tuaku?” Satria berdiri dan mendekat ke tempat tidur. “Orang tuamu?” Bagas terkejut, dia melihat ke arah Amiera, seolah ingin meminta wanita itu memberikan jawaban yang benar.Satria hanya mendengus kasar, kesal karena Bagas melihat ke arah wanita yang dia cintai. “Tidak usah bertanya pada Amiera, tanya saja pada ayah dan Ibuku, mereka siap memberi jawaban yang ben

  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Part 29. Insiden Tak Terduga

    Semakin hari, hubungan Amiera dan Satria semakin dekat. Keduanya sering pergi bersama, baik itu bersama Amel atau hanya berdua saja.Kedekatan mereka tentu saja membuat Bagas kesal. Pria itu semakin menyesal karena telah menyia-nyiakan Amiera. Menyesal karena baru menyadari betapa dia mencintai ibu dari anaknya setelah dia benar-benar kehilangan. Seperti halnya hari ini. Bagas pulang bekerja dan ingin menemui Amel. Tapi saat sampai di rumah Amiera, pria itu justru melihat Amiera sedang duduk di teras rumah bersama dengan Satria dan Amel. Mereka bercanda tawa layaknya keluarga kecil yang bahagia.Tangan Bagas mengepal, menahan nyeri dalam hatinya. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi. Dia mengemudi dengan kecepatan tinggi.Brak …Tanpa sengaja Bagas menabrak gerobak mie ayam yang tiba-tiba menyeberang. Kepala pria itu berdarah karena membentur setir. “Ahh..Bagas memegang kepalanya, pria itu turun dari mobil dengan menahan kesakitan. “Apa Bapak baik-baik saja?” tanya Bagas pada Bap

  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Part 28. Rindu Ayah

    PrangBagas melempar vas bunga ke arah tembok. Pria itu benar-benar mengamuk setelah dia tahu jika Luna sengaja memberikan udang pada Amel dan itu adalah ide ibunya. Luna dan Bu Hera saling berpelukan. Selama ini, Bu Hera tidak pernah melihat anaknya semarah ini padanya. Dulu, semua yang dikatakan pria itu hanya menurut saja. Tapi sekarang semua kata-kata yang dia ucapkan sama sekali tidak di dengar oleh Bagas. “Kenapa Ibu tega melakukan ini, dia juga cucumu bukan?”“Dia bukan cucuku. Hanya anak yabg lahir dari rahim Luna lah yang aku akui sebagai cucu,” jawab Bu Hera.“Tapi Amel juga putrimu, Bu. Dalam dirinya mengalir darahku.” Bagas menatap sendu ibunya, seolah dia memohon pada wanita tua itu untuk memperlakukan Amel dengan baik.“Terserah, aku tidak peduli. Yang jelas cucuku hanya satu, yaitu anak dalam kandungan Luna. Jadi kaku harus segwra menikahinya.” Bu Hera menggandeng tangan Luna dan membawa wanita itu naik ke kamarnya. Sedangkan Bagas, pria itu hanya memijat kepalany

  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Part 27. Ancaman Amiera

    Bagas duduk di bangku yang ada di halaman rumah sakit. Pria itu merenungi apa yang dikatakan oleh mantan istrinya. Dia sadar jika selama ini dia tidak melaksanakan kewajiban sebagai Ayah ataupun suami. Rasa sesal yang mendalam dalam hati Bagas hanya bisa dia simpan. Karena semua itu kini tak ada gunanya lagi. Lelaki yang diinginkan Amiera untuk tetap disisinya bukan lagi dia. Ayah yang diinginkan oleh putrinya pun kini bukan lagi dirinya. Dalam kegundahan, dia dikejutkan dengan kedatangan Luna dan Ibunya. “Ngapain kamu di sini, Mas. Bagaimana keadaan amel?” tanya Luna.Bags menatap tidak suka pada dua wanita yang baru saja datang itu. “Untuk apa kalian kemari?” tanyanya. “Tentu saja kami ingin menjenguk Amel. Apakah dia baik-baika saja?” Luna langsung duduk di samping Bagas, wanita itu menggandeng lengan Bags manja. “Pulanglah, Amel sudah membaik,” ucap Bagas cuek. Bu Hera langsung melotot pada anaknya. Dia tidak terima calon menantu kesayangannya diperlakukan dingin seperti i

  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Part 26. Keracunan

    Amiera terus merapalkan do’a. Airmata wanita itu terus mengalir. Bagaimana tidak, sudah hampir 15 menit tapi dokter belum juga keluar. “Tenanglah, Amel anak yang kuat. Aku yakin dia akan baik-baik saja.” Satria mengusap punggung Amiera, menenangkan wanita itu agar tidak terlalu cemas. Padahal, dia sendiri sebenarnya juga sangat cemas.Meski bukan anak kandungnya, tapi Satria benar-benar sangat menyayangi gadis kecil itu. Amiera hanya bisa mengaggukkan kepala, menghela nafas dalam untuk menenangkan diri. “Dokter, bagaimana keadaan anakku?” tanya Amiera saat melihat dokter keluar.“Pasien sesak nafas karena alergi, tapi keadaannya sekarang sudah tidak apa-apa. Jangan khawatir.” Dokter itu langsung pergi setelah menjelaskan keadaan Amel.Amiera meneteskan airmata. Wanita itu merasa lega karena anaknya baik-baik saja. “Bukanlah Amel hanya alergi udang, kenapa dia bisa memakannya?” tahya Satria heran. Karena dia ataupun Ameira tentu tidak akan pernah memberikan udang pada anak itu. Am

  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Part 25. Memberi Kesempatan

    Karin, Axel, Satria dan Amiera akhirnya duduk bersama. Keadaan tiba-tiba hening. “Sejak kapan kamu menyukaiku?” tanya Amiera pada Axel.“Sejak pertama kali kita bertemu. Apa kamu ingat?” “Aku tidak ingat, tapi itu sudah sangat lama.” Amiera menatap Axel dingin, terlihat jelas tak ada rasa suka sedikitpun di sana. “Ya, itu sudah sangat lama. Tapi perasaanku tidak pernah berubah, dasa sukaku masih sama seperti dulu,” ucap Axel sambil tersenyum getir. Satria meremas harinya mendengar perkataan Axel, pria itu khawatir Amiera akan tersentuh dan memberikan pria itu kesempatan. “Dari dulu hingga sekarang, aku tidak memiliki perasaan yang lebih padamu. Aku menganggapmu sebagai Kakak. Sama seperti Karin,” ucap Amiera. “Aku tahu, tapi bisakah kamu memberiku kesempatan untuk menunjukkan rasa ku ini?” Axel meraih tangan Amiera, tapi wanita itu segera menarik tangannya. “Tidak, aku tidak ingin lagi berhubungan dengan Karin. Aku muak.” Amiera berdiri dan hendak pergi, tapi dicegah oleh Axel

  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Part 24. Semuanya Teman Sekolah

    Axel menggandeng tangan Karin masuk ke sebuah restoran. Keduanya terlihat sangat akrab. Jika yang tidak tahu, pasti .mengira mereka adalah pasangan. Bahkan saat mereka sudah duduk dan menikmati makanan pun Axel masih sangat perhatian. Pria itu mengelap bibir Karin yang belepotan karena saus tomat. “Kenapa kamu makan seperti anak kecil,” ucap Axel.Karin tersenyum, dia terlihat sangat bahagia dengan perhatian yang diberikan oleh Axel. Tapi tiba-tiba wajah wanita itu berubah murung.“Kenapa, apa kamu mengingat pria brengsek dan wanita jalang itu?” tanya Axel.Karin tidak langsung menjawab, wanita itu justru menangis tersedu.“Apa salahku padanya, kenapa dia justru mengkhianati ku,” ucap Karin di sela tangisannya. Axel memejamkan mata, pria itu menggeser kursinya dan duduk di samping Karin “Kamu tidak punya salah, tapi pria itu yang nggak punya otak,” ucap Axel.“Dia sebenarnya baik, hanya saja kadang dia terlalu bodoh.” Karin membela Bagas, dia seperti tidak terima saat Axel mengat

  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Part 23. Resmi Bercerai

    Dua hari sudah Karin menghilang, itu tentu saja membuat Bagas marah. Pria itu mengarahkan beberapa orang untuk mencari keberadaan Karin. Tapi sayangnya belum juga menemukannya. Kadang dia sendiri bingung dengan apa sebenarnya yang dia inginkan. Dia tidak bisa melepaskan Amiera, tapi juga tak mau jauh dari Karin. Luna pun dia tak rela meninggalkannya. Prang Bagas melemparkan gelas yang digunakan minum alkohol. Pria itu merasa kesal pada dirinya sendiri. Mendengar ada sesuatu yang pecah. Bu Hera pun datang menghampiri anaknya. “Apa yang terjadi, kenapa kamu mengamuk bak kesetanan?” tanyanya. “Tidak ada apa-apa.” Bagas bangkit dan berjalan menuju ke kamarnya. Diikuti tatapan penuh rasa ingin tahu dari sang Ibu. Belum sampai di kamarnya, Bagas di hadang oleh Luna. Wanita itu menggandeng lengan Bagas. “Mas, aku ingin makan sate,” ucap Luna dengan nada manja. Bagas menghela nafas panjang. Pria itu sebenarnya merasa kesal, tapi dia mencoba menahannya. “Hari sudah larut,

  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Part 22. Kekecewaan

    “Untuk apa kamu kemari?” teriak Karin.Bagas tidak langsung menjawab, pria itu mendekati Karin dan langsung memeluknya. “Jangan marah ya, sayang. Aku hanya tidak mau Luna menggugurkan anak itu,” ucapnya. “Aku kecewa padamu, kamu menyakitiku,” ucap Karin sambil terus berusaha untuk melepaskan pelukan Bagas. “Aku minta maaf, tapi menurutku kamu juga bersalah. Kenapa kamu meminta Luna untuk menggodaku?” ucap Bagas tanpa rasa bersalah.Karin yang marah pun langsung mendorong Bagas kasar.“Aku melakukan itu karena aku percaya kaku tidak alan mengkhianatimu. Tapi nyatanya kamu malah menghamili wanita jalang itu,” ucap Karin berapi-api. Wanita itu menunjuk ke arah Bagas dengan emosi menggebu-gebu. “Iya, tapi seharusnya kamu bilang dulu sama aku.” Bagas masih berusaha membela diri dan menyalahkan Karin. Karin semakin meradang mendengar perkataan Bagas. Wanita itu meraih vas bunga yang ada di meja lalu melemparnya ke arah Bagas. PrangPrangKarin terus melemparkan benda yang ada di deka

DMCA.com Protection Status