Share

Part 28. Rindu Ayah

last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-09 22:01:45

Prang

Bagas melempar vas bunga ke arah tembok. Pria itu benar-benar mengamuk setelah dia tahu jika Luna sengaja memberikan udang pada Amel dan itu adalah ide ibunya.

Luna dan Bu Hera saling berpelukan. Selama ini, Bu Hera tidak pernah melihat anaknya semarah ini padanya.

Dulu, semua yang dikatakan pria itu hanya menurut saja. Tapi sekarang semua kata-kata yang dia ucapkan sama sekali tidak di dengar oleh Bagas.

“Kenapa Ibu tega melakukan ini, dia juga cucumu bukan?”

“Dia bukan cucuku. Hanya anak yabg lahir dari rahim Luna lah yang aku akui sebagai cucu,” jawab Bu Hera.

“Tapi Amel juga putrimu, Bu. Dalam dirinya mengalir darahku.” Bagas menatap sendu ibunya, seolah dia memohon pada wanita tua itu untuk memperlakukan Amel dengan baik.

“Terserah, aku tidak peduli. Yang jelas cucuku hanya satu, yaitu anak dalam kandungan Luna. Jadi kaku harus segwra menikahinya.”

Bu Hera menggandeng tangan Luna dan membawa wanita itu naik ke kamarnya. Sedangkan Bagas, pria itu hanya memijat kepalany
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Part 1. Ulang tahun pernikahan yang gagal

    Part 1Hari ini adalah tanggal 4 Agustus, di mana hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan Amira dan Bagas yang ke3. Amiera yang sengaja menunggu kedatangan suaminya pun berdandan cantik. Hari ini dia bertekad ingin memperbaiki hubungan mereka yang selama beberapa bulan ini memang sudah agak renggang. Deru suara mobil langsung membuat Amira bangkit dan segera membuka pintu. Dia tersenyum melihat suaminya turun dari dalam mobil. Tapi senyum itu pun seketika pudar saat dia melihat seorang wanita cantik juga turun dari mobil yang sama dengan suaminya. "Kenapa kamu belum tidur, ini sudah sangat larut?" tanya Bagas tanpa ekspresi."Aku sedang menunggumu, Mas." Amiera melirik ke arah wanita yang berdiri di samping suaminya."Oh iya, di adalah Luna. Selama sebulan kedepan dia akan tinggal di sini," ucap Bagas lalu menggandeng wanita itu masuk ke dalam rumah. Dia bahkan tidak mempedulikan istrinya yang terpaku, terkejut dengan apa yang di katakan oleh suaminya."Tunggu, Mas. Kenapa dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Part 2. Godaan pelakor

    Dasar jalang, apa kamu sengaja ingin menggoda suamiku, Hah?" bentak Amiera.Luna terlihat cuek, dia berdiri dan hendak pergi. Tapi tangannya di cekal oleh Amiera. "Kenapa kamu tidak menjawab, apa kamu bisu?" "Aku kemari hanya ingin mengantarkan kopi. Apa itu salah, bukankah seharusnya kamu berterima kasih karena sudah melakukan tugasmu?” Luna tersenyum sinis dan melepaskan tangan Amiera dari lengannya. Dia seolah tak peduli dengan kemarahan wanita itu."Mengantarkan kopi, dengan pakaian seperti ini?" Amiera menarik baju Luna dan tersenyum sinis."Apa salahnya dengan bajuku, bukankah aku sangat cantik dengan baju ini. Iyakan, Mas?" Lina mendekati Bagus dan tersenyum. Membuat pria itu terpesona."Iya, kamu sangat cantik," jawab Bagas tanpa sadar. "Brengsek, kamu memang lelaki brengsek." Amiera marah mendengar jawaban suaminya, dia pun berlari keluar dari ruangan itu dan menabrak Luna kasar. Luna pun hampir saja jatuh, tapi tubuh wanita itu segera di tangkap oleh Bagas. Adegan itu s

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Part 3. Biarkan aku bertahan

    Ibu ... Amiera terlihat panik dengan kedatangan mertuanya yang tiba-tiba. Wanita itu segera berdiri dan menghampiri mertuanya, meraih tangan wanita tua itu dan hendak mengajaknya untuk duduk, tapi dengan cepat wanita tua itu melepaskan tangannya. Bahkan wanita itu langsung menghampiri Luna dan mengabaikan menantunya. "Nak, apa wanita itu menyakitimu?" tanya Ibu Bagas langsung memeluk Luna. "Sepertinya dia tidak menyukaiku, Tante," jawab Luna dengan nada manja. "Tidak penting dia menyukaimu atau tidak. Dia tidak memiliki hak apapun di rumah ini. Jadi kamu tidak usah pedulikan sikapnya." Ibu Bagas melepaskan pelukannya, dia lalu meminta Luna kembali duduk. Bahkan kali ini, Wanita itu meminta Luna duduk di samping anaknya. "Kenapa kamu masih berdiri di situ, cepat duduk dan makan. Mulai hari ini Luna adalah tamu di rumah ini, kamu harus memperlakukannya dengan baik." Ibu Bagas membentak Amiera yang masih terpaku. Dia mengisyaratkan menantunya itu untuk duduk di sampingnya. Amier

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Part 4. Kemarahan Bu Ranti

    Dengan tergesa Bu Ranti memasuki kantor menantunya. Dia tidak memperdulikan apa yang dikatakan salah seorang karyawan jika Bagas saat ini sedang ada tamu. Wanita itu masuk ke dalam ruangan Bagas tanpa mengetuk pintu. Tak hanya Bagas yang terkejut, Bu Ranti juga dibuat shock dengan pemandangan yang ada di depannya. Bagaimana tidak, saat ini dia sedang melihat menantunya memangku seorang wanita cantik di atas kursi kerjanya. "Apa yang sedang kalian lakukan?" Bagas segera mendorong tubuh Luna, dia berdiri dan berjalan mendekati mertuanya. "Semuanya tidak seperti yang Ibu lihat. Tadi dia hampir jatuh dan Saya menolongnya." Bagas terlihat gugup, sedangkan Luna hanya diam dan bersikap santai seolah tidak ada yang terjadi. "Mataku tidak buta, jadi jangan membohongiku." Bu Ranti mendekati Luna, dia menarik lengan wanita itu. "Keluar dari sini. Jangan mengganggu suami orang lagi, dasar jalang!" "Aku tidak akan pergi, Tante. Karena ku bekerja di sini." Luna melepaskan tangannya dari c

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Part 5. Penyesalan Bu Ranti

    Sepanjang perjalanan ke rumah Ibunya, Ameira terlihat gelisah. Tadi Karin mengirim pesan padanya dan mengatakan jika Ibunya datang ke kantor Bagas. Jadi sekarang dia merasa khawatir, takut Ibunya terlampau marah dan mempengaruhi kesehatannya. Memang sudah beberapa bulan ini kesehatan Bu Ranti menurun. Dokter mengatakan Jika Ibu Amiera itu mengalami komplikasi darah tinggi dan lambung akut. Sampai di depan rumah sang ibu, Amiera pun segera menuju pintu. Wanita itu semakin terlihat khawatir saat pintu terkunci dari dalam dan sang Ibu tak kunjung membukakan pintu."Bu, buka pintunya. Ini Amiera.” Amiera terus mengetuk pintu dengan wajah panik. Wanita cantik bertubuh langsing itu mengintip dari jendela, matanya terbelalak saat melihat Ibunya tergeletak di lantai. Dia pun berteriak, meminta tolong pada warga agar membuka pintu rumahnya dengan paksa. Tak lama, pintu terbuka dan Bu Ranti langsung di bawa ke rumah sakit. Amiera hanya bisa menangis dan memanggil sang Ibu. Dalam hati dia ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Berduka

    Dengan tergesa Bagas mengemas pakaian ke dalam koper. Wajah panik terlihat jelas, dia pun buru-buru menyeret koper keluar rumah."Mau kemana kamu, Nak?" tanya Ibu Bagas saat melihat anaknya memasukkan koper ke dalam mobil."Aku ada kerjaan keluar kota, Bu." Bagas langsung naik ke dalam mobil tanpa peduli pada tatapan sang ibu."Keluar kota dengan siapa. Kenapa kamu tidak mengajak Luna?" Ibu Bagas menahan pintu mobil dan menatap putranya."Bu, ini urusan kantor. Untuk apa aku harus mengajak Luna. Lagipula, ini tidak ada hubungannya dengan dia." "Dia kan bisa bantu kamu nanti." ibu Bagas seolah ingin memaksa anaknya untuk mengajak Luna."Bu, tolong jangan buat urusan semakin runyam. Aku terburu-buru.” Bagas memalingkan wajahnya, berharap Ibunya tahu jika dia tidak bisa memenuhi keinginan sang Ibu.Ibu Bagas menghela nafas panjang dan menutup pintu mobil dengan kesal. Sedangkan Bagas, dia langsung menghidupkan mesin mobilnya dan segera pergi. "Ada apa, Tante. Kenapa terlihat kesal be

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   part 7. Curiga

    "Jangan menangis, Ra. Jangan berpikir yang terlalu jauh." Satria mendekati Amiera yang terus menangis. Berusaha menghibur wanita itu agar tidak terlalu memikirkan apa yang tadi dia dengar. "Aku kehilangan orang tuaku. Tapi di luaran sana suamiku entah bersama dengan wanita mana." Satria menghela nafas panjang. Jujur dalam hati dia juga kesal dengan apa yang tadi dia dengar. "Tunggu saja sampai suamimu pulang, tanyakan padanya baik-baik," ucap Satria.Amiera mengusap air matanya. Wanita itu bangkit dan menatap Satria."Terimakasih untuk hari ini. Kamu sudah banyak membantuku," "Tidak perlu berterimakasih, aku senang melakukan ini untukmu." Satria tersenyum, hatinya merasa sangat bahagia di tatap oleh wanita yang selalu dia kagumi semenjak SMA."Tapi setelah ini, tolong jangan menemui ku lagi. Aku tidak mau orang berpikir macam-macam tentang kita," ucap Amiera.Satria terpaku sesaat. Kata-kata yang di ucapkan Amiera sedikit menyinggung perasaannya, tapi lelaki itu tetap berusaha te

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Mulai lelah

    Karin membawa Amel kekamar Amiera. Wanita itu langsung meletakkan Amel yang sedang tidur di atas ranjang. Amiera hanya diam, wanita itu menatap sahabatnya lekat. “Kamu kenapa, Ra. Kenapa menatapku begitu?” “Tidak ada, aku hanya merasa sangat beruntung karena memiliki sahabat yang sangat baik dan pengertian sepertimu.” Amiera berjalan mendekati ranjang, menatap sendu ke arah putrinya dan mengusap kepalanya dengan lembut. “Lebih baik kamu istirahat. Hari sudah larut” ucap Karin lalu membalikkan badan dan hendak pergi. “Rin. Jika aku pernah memiliki salah, tolong maafkanlah.” Amiera menatap punggung sahabatnya, mata wanita itu terlihat berkaca-kaca. Karin tampak bingung. “Apa di antara kita ada masalah, Ra?” Karin kembali mendekati Amiera dan menatap sahabatnya lekat. Hati wanita itu mulai tidak tenang. “Aku tidak merasa ada masalah, aku hanya takut kamu yang memilikinya,” jawab Amiera. Karin semakin bingung. Dia terus menatap sahabatnya dengan segudang tanya dalam hat

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09

Bab terbaru

  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Part 28. Rindu Ayah

    PrangBagas melempar vas bunga ke arah tembok. Pria itu benar-benar mengamuk setelah dia tahu jika Luna sengaja memberikan udang pada Amel dan itu adalah ide ibunya. Luna dan Bu Hera saling berpelukan. Selama ini, Bu Hera tidak pernah melihat anaknya semarah ini padanya. Dulu, semua yang dikatakan pria itu hanya menurut saja. Tapi sekarang semua kata-kata yang dia ucapkan sama sekali tidak di dengar oleh Bagas. “Kenapa Ibu tega melakukan ini, dia juga cucumu bukan?”“Dia bukan cucuku. Hanya anak yabg lahir dari rahim Luna lah yang aku akui sebagai cucu,” jawab Bu Hera.“Tapi Amel juga putrimu, Bu. Dalam dirinya mengalir darahku.” Bagas menatap sendu ibunya, seolah dia memohon pada wanita tua itu untuk memperlakukan Amel dengan baik.“Terserah, aku tidak peduli. Yang jelas cucuku hanya satu, yaitu anak dalam kandungan Luna. Jadi kaku harus segwra menikahinya.” Bu Hera menggandeng tangan Luna dan membawa wanita itu naik ke kamarnya. Sedangkan Bagas, pria itu hanya memijat kepalany

  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Part 27. Ancaman Amiera

    Bagas duduk di bangku yang ada di halaman rumah sakit. Pria itu merenungi apa yang dikatakan oleh mantan istrinya. Dia sadar jika selama ini dia tidak melaksanakan kewajiban sebagai Ayah ataupun suami. Rasa sesal yang mendalam dalam hati Bagas hanya bisa dia simpan. Karena semua itu kini tak ada gunanya lagi. Lelaki yang diinginkan Amiera untuk tetap disisinya bukan lagi dia. Ayah yang diinginkan oleh putrinya pun kini bukan lagi dirinya. Dalam kegundahan, dia dikejutkan dengan kedatangan Luna dan Ibunya. “Ngapain kamu di sini, Mas. Bagaimana keadaan amel?” tanya Luna.Bags menatap tidak suka pada dua wanita yang baru saja datang itu. “Untuk apa kalian kemari?” tanyanya. “Tentu saja kami ingin menjenguk Amel. Apakah dia baik-baika saja?” Luna langsung duduk di samping Bagas, wanita itu menggandeng lengan Bags manja. “Pulanglah, Amel sudah membaik,” ucap Bagas cuek. Bu Hera langsung melotot pada anaknya. Dia tidak terima calon menantu kesayangannya diperlakukan dingin seperti i

  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Part 26. Keracunan

    Amiera terus merapalkan do’a. Airmata wanita itu terus mengalir. Bagaimana tidak, sudah hampir 15 menit tapi dokter belum juga keluar. “Tenanglah, Amel anak yang kuat. Aku yakin dia akan baik-baik saja.” Satria mengusap punggung Amiera, menenangkan wanita itu agar tidak terlalu cemas. Padahal, dia sendiri sebenarnya juga sangat cemas.Meski bukan anak kandungnya, tapi Satria benar-benar sangat menyayangi gadis kecil itu. Amiera hanya bisa mengaggukkan kepala, menghela nafas dalam untuk menenangkan diri. “Dokter, bagaimana keadaan anakku?” tanya Amiera saat melihat dokter keluar.“Pasien sesak nafas karena alergi, tapi keadaannya sekarang sudah tidak apa-apa. Jangan khawatir.” Dokter itu langsung pergi setelah menjelaskan keadaan Amel.Amiera meneteskan airmata. Wanita itu merasa lega karena anaknya baik-baik saja. “Bukanlah Amel hanya alergi udang, kenapa dia bisa memakannya?” tahya Satria heran. Karena dia ataupun Ameira tentu tidak akan pernah memberikan udang pada anak itu. Am

  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Part 25. Memberi Kesempatan

    Karin, Axel, Satria dan Amiera akhirnya duduk bersama. Keadaan tiba-tiba hening. “Sejak kapan kamu menyukaiku?” tanya Amiera pada Axel.“Sejak pertama kali kita bertemu. Apa kamu ingat?” “Aku tidak ingat, tapi itu sudah sangat lama.” Amiera menatap Axel dingin, terlihat jelas tak ada rasa suka sedikitpun di sana. “Ya, itu sudah sangat lama. Tapi perasaanku tidak pernah berubah, dasa sukaku masih sama seperti dulu,” ucap Axel sambil tersenyum getir. Satria meremas harinya mendengar perkataan Axel, pria itu khawatir Amiera akan tersentuh dan memberikan pria itu kesempatan. “Dari dulu hingga sekarang, aku tidak memiliki perasaan yang lebih padamu. Aku menganggapmu sebagai Kakak. Sama seperti Karin,” ucap Amiera. “Aku tahu, tapi bisakah kamu memberiku kesempatan untuk menunjukkan rasa ku ini?” Axel meraih tangan Amiera, tapi wanita itu segera menarik tangannya. “Tidak, aku tidak ingin lagi berhubungan dengan Karin. Aku muak.” Amiera berdiri dan hendak pergi, tapi dicegah oleh Axel

  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Part 24. Semuanya Teman Sekolah

    Axel menggandeng tangan Karin masuk ke sebuah restoran. Keduanya terlihat sangat akrab. Jika yang tidak tahu, pasti .mengira mereka adalah pasangan. Bahkan saat mereka sudah duduk dan menikmati makanan pun Axel masih sangat perhatian. Pria itu mengelap bibir Karin yang belepotan karena saus tomat. “Kenapa kamu makan seperti anak kecil,” ucap Axel.Karin tersenyum, dia terlihat sangat bahagia dengan perhatian yang diberikan oleh Axel. Tapi tiba-tiba wajah wanita itu berubah murung.“Kenapa, apa kamu mengingat pria brengsek dan wanita jalang itu?” tanya Axel.Karin tidak langsung menjawab, wanita itu justru menangis tersedu.“Apa salahku padanya, kenapa dia justru mengkhianati ku,” ucap Karin di sela tangisannya. Axel memejamkan mata, pria itu menggeser kursinya dan duduk di samping Karin “Kamu tidak punya salah, tapi pria itu yang nggak punya otak,” ucap Axel.“Dia sebenarnya baik, hanya saja kadang dia terlalu bodoh.” Karin membela Bagas, dia seperti tidak terima saat Axel mengat

  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Part 23. Resmi Bercerai

    Dua hari sudah Karin menghilang, itu tentu saja membuat Bagas marah. Pria itu mengarahkan beberapa orang untuk mencari keberadaan Karin. Tapi sayangnya belum juga menemukannya. Kadang dia sendiri bingung dengan apa sebenarnya yang dia inginkan. Dia tidak bisa melepaskan Amiera, tapi juga tak mau jauh dari Karin. Luna pun dia tak rela meninggalkannya. Prang Bagas melemparkan gelas yang digunakan minum alkohol. Pria itu merasa kesal pada dirinya sendiri. Mendengar ada sesuatu yang pecah. Bu Hera pun datang menghampiri anaknya. “Apa yang terjadi, kenapa kamu mengamuk bak kesetanan?” tanyanya. “Tidak ada apa-apa.” Bagas bangkit dan berjalan menuju ke kamarnya. Diikuti tatapan penuh rasa ingin tahu dari sang Ibu. Belum sampai di kamarnya, Bagas di hadang oleh Luna. Wanita itu menggandeng lengan Bagas. “Mas, aku ingin makan sate,” ucap Luna dengan nada manja. Bagas menghela nafas panjang. Pria itu sebenarnya merasa kesal, tapi dia mencoba menahannya. “Hari sudah larut,

  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Part 22. Kekecewaan

    “Untuk apa kamu kemari?” teriak Karin.Bagas tidak langsung menjawab, pria itu mendekati Karin dan langsung memeluknya. “Jangan marah ya, sayang. Aku hanya tidak mau Luna menggugurkan anak itu,” ucapnya. “Aku kecewa padamu, kamu menyakitiku,” ucap Karin sambil terus berusaha untuk melepaskan pelukan Bagas. “Aku minta maaf, tapi menurutku kamu juga bersalah. Kenapa kamu meminta Luna untuk menggodaku?” ucap Bagas tanpa rasa bersalah.Karin yang marah pun langsung mendorong Bagas kasar.“Aku melakukan itu karena aku percaya kaku tidak alan mengkhianatimu. Tapi nyatanya kamu malah menghamili wanita jalang itu,” ucap Karin berapi-api. Wanita itu menunjuk ke arah Bagas dengan emosi menggebu-gebu. “Iya, tapi seharusnya kamu bilang dulu sama aku.” Bagas masih berusaha membela diri dan menyalahkan Karin. Karin semakin meradang mendengar perkataan Bagas. Wanita itu meraih vas bunga yang ada di meja lalu melemparnya ke arah Bagas. PrangPrangKarin terus melemparkan benda yang ada di deka

  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   Part 21. Biarkan Aku Mengejarmu

    Amiera duduk termenung di ruang tamu. Wanita itu tidak memperdulikan ponselnya yang terus berdering. Dia merasa lelah menjalani kehidupan yang begitu sulit dan juga rumit. Dulu dia sangat berharap suaminya bisa mengejarnya, tapi sekarang dia justru merasa sangat risih. Ya, memang semua itu berubah dengan berjalannya waktu. Wanita mana yang tidak sedih dan kecewa jika berada di posisi Amiera saat ini.Bukan hanya berselingkuh dengan sahabatnya, tapi suaminya juga menghamili wanita lain. Sungguh sangat miris.“Kamu sedang memikirkan apa?” Tiba-tiba Satria berdiri di depannya dan membuyarkan semua lamunanya. “Sejak kapan kamu ada disini?” tanya Amiera sedikit terkejut. Dia sama sekali tidak menyadari kehadiran Satria.“Sudah dari tadi. Tapi kamu sedang asyik melamun jadi tidak menyadarinya.” Satria duduk di sofa dan menatap Amiera.“Maaf,” ucap Amiera.“Tidak masalah. Tapi kamu sedang memikirkan apa, apakah memikirkan Bagas?” Amiera tidak menjawab. Sebagai wanita, dia tahu benar jik

  • Rayuan Sang Pelakor Bayaran   part 20. Ketegasan Karin

    BrakKarin menendang pintu kamar dengan kasar meski tak terkunci. Dia kesal karena mendengar apa yang akan dilakukan Bagas pada Amiera. Dia bukan peduli pada sahabatnya, tapi dia marah dan cemburu karena Bagas membawa Amiera ke kamar.“Bagus, kaku memang benar-benar berani mempermainkan aku “ teriak Karin.Wanita itu mendekati Bagas, menarik pria itu untuk menjauhi Amiera.“Pergilah, jangan pernah lagi mendekati bagas,” ucap Karin pada Amiera.Bagas sendiri terlihat panik. “Aku tidak pernah mendekati sampah, karena ku bukan lalat,” ucap Amiera lalu beranjak pergi. “Ra, kamu tidak boleh pergi. Kaku harus tetap di sini bersamaku,” Bagas melepaskan tangan Karin dan ingin mengejar Amiera, tapi kembali dihentikan oleh Karin. “Kalau kamu berani pergi, kita akan benar-benar putus,” ancam Karin dengan suara lantang.Bagas berhenti seketika, pria itu hanya melihat Amiera pergi menjauh dan meninggalkan rumah.“Rin, tidak bisakah kita hidup bertiga. Kamu dan amiera selama ini berteman dekat.

DMCA.com Protection Status