แชร์

Bab 149. Panggilan Rindu

ผู้เขียน: Dewiluna
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-01-19 21:53:04

Evan mendesis kesal. Apalagi saat Alex mendorongnya menjauh dari Amira. Sialan. Padahal Raga tidak ada, tapi pengawal ini malah mengganggunya.

Suasana di dalam kamar rawat Amira ricuh sesaat ketika Evan mengomel karena teguran Alex. Febby yang kemudian berdiri dan menengahi.

“Kok bisa? Ayah lo mau ngurus Laveire?” Febby sangat, sangat penasaran.

Febby tahu sendiri bagaimana stressnya Reynald saat ini. Dia ingin memperjuangkan Laveire, tanpa ada yang bisa dilakukan.

“Bisa, dong. Ayah gue liat peluang bisnis di Laveire. Dia udah biasa ngurus tempat yang mau bangkrut kayak gitu. Hasilnya kayak yang kalian tau sekarang.” Evan meninggikan dagunya, sombong.

Keluarga Evan memang memiliki beberapa hotel terkenal. Evan jelas bisa bersombong karena hal itu.

“Tapi kan Laveire enggak punya murid? Guru juga enggak ada.” Febby terus bertanya.

Febby tidak menerima jawaban setengah-setengah. Sementara Amira hanya menyimak saja. Dia sudah terlampau senang dengan kabar baik itu.

“Nanti sistem L
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 150. Ditunggu dan Menunggu

    Amira memegang selimut yang menutupi sebagian kakinya, erat. Dia memang tengah duduk bersandar di atas ranjang di kamar inapnya.“Lo … lagi sibuk banget hari ini?” Tanya Amira, pelan.Sebisa mungkin Amira tidak berucap gugup. Padahal, jantungnya sedang berdebar keras saat ini. Amira susah payah berusaha agar debarannya itu sedikit mereda. Ini pertama kalinya, Amira mengatakan rindu pada Raga. Dia mengajak Raga bertemu lebih dulu. Amira malu, dan juga takut. Dia takut Raga menolaknya. “Kalau lo sibuk, enggak apa-apa besok lagi,” sambung Amira kemudian.Raga bergegas menjawab. “Enggak,” bantahnya. “Buat lo, gue enggak pernah sibuk.”Amira tersenyum. Meski dia tahu Raga hanya sedang bermulut manis, Amira tetap menyukainya. “Bisa tungguin gue nanti malam?” Tanya Raga. “Semalem gue ke tempat lo, tapi lo udah tidur,” sambungnya.Amira terkesiap sesaat. “Lo ke sini?”Semalam, Amira merasa tidak mendengar apa pun. Apa tidurnya memang selelap itu? Apa karena pengaruh obat?“Kenapa lo enggak

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-20
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 151. Bekal Paling Manis

    “Kakek mau bicara apa?” Raga langsung bertanya setibanya mereka di ruang kerja Heri. Padahal mereka bahkan belum duduk, tapi Raga sudah sangat tidak sabar. Heri menghela. Dia mengabaikan pertanyaan Raga, lebih memilih untuk terus melangkah menuju sofa yang ada di ruang kerjanya. “Kenapa kamu tidak sabaran begitu? Mau ke mana? Ketemu Amira?”Bahkan nama Amira membuat Heri jengah. Dia kesal mendapati Raga yang sebucin itu pada seorang perempuan. “Apa sih yang membuat kamu sebegitu sukanya pada Amira?” Heri sungguh penasaran. Bukannya Heri tidak pernah merasakan jatuh cinta. Dia hanya tidak segila Raga. “Kakek enggak akan ngerti,” sahut Raga singkat. “Pokoknya Amira itu spesial.”Heri mendengus keras. Dia memang tidak mengerti. Sama sekali tidak mengerti!“Jadi, kenapa sekolahnya?” Tanya Raga, mengalihkan pembicaraan. “Kakek udah bantuin masalah keamanan, kan?” Raga sungguh tak ingin membuang waktu. Dia tidak mau berbasa-basi. Dia masuk ke ruangan ini karena Heri membahas tentang

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-20
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 152. Yang Manis

    Tidak mau mengganggu Amira lebih lama, Raga memilih untuk berjalan keluar ruangan. Tepat di depan pintu, dia melihat Alex yang sedang menghalangi Leon untuk masuk.“Kenapa saya tidak boleh masuk, Tuan?” tanya Leon pada Raga.Leon merasa kecolongan. Padahal dia cuma menjalankan perintah Raga untuk memesan beberapa bahan baku makanan. “Memangnya apa yang Tuan lakukan di dalam? Apa yang terjadi?” Leon bertanya penasaran. Dia tak berkedip, menunggu jawaban Raga. “Ngisi baterai,” jawab Raga singkat.Seketika, Alex mendelik. Bukan itu yang dia lihat tadi. Raga bukannya sedang mengisi baterai. Tuan mudanya itu bahkan tidak mengeluarkan handphone sama sekali. Baterai mana coba yang diisi?“Baterai apa?” Pertanyaan Leon sama dengan Alex. Alex juga tidak mengerti meski dia menyaksikan sekilas apa yang Raga lakukan. Sungguh, ini bukan tentang baterai. Raga mendengus lelah. Dia menunjuk Leon dan Alex bergantian. “Kalian emang enggak pernah pacaran?”Kedua tangan Raga terlipat di depan dada.

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-21
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 153. Kabar yang Tertunda

    Amira terbangun keesokan harinya dengan perasaan campur aduk. Dia ingat kejadian semalam. Saat Raga datang, lalu memeluknya. Amira mengajak Raga bicara, dan entah bagaimana dia tertidur. “Habis itu apa?” Amira tidak bisa mengingat apa pun. Jadi pasti Raga yang membawanya ke atas ranjang. “Terus?”Amira bertanya-tanya sendiri. Dia tidak ingat lagi apa yang terjadi. Hanya saja, ada satu hal yang sangat membuatnya bingung. Itu adalah mimpinya. “Gue mimpi aneh ….”Tangan Amira bergerak perlahan menuju bibirnya. Semalam, dia bermimpi. Mimpi yang terasa begitu nyata. “Kenapa rasanya nyata banget?” Amira bertanya penasaran.Belum pernah Amira mengalami mimpi yang senyata ini. Dia bahkan masih bisa merasakan hangat bibir Raga di atas bibirnya. “Enggak!” Amira berteriak, kesal. “Gue bukan cewek mesum!” Bisa-bisanya Amira memimpikan hal seperti itu! Amira memang merindukan Raga, tapi ya tidak sebegitunya!“Ada apa Nona Amira?”Amira terlonjak kaget. Dia sampai lupa jika setiap pagi, pas

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-21
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 154. Tidak Selalu Mulus

    Raga dan Leon sudah ada di dalam ruangan Heri. Di depan mereka, ada tiga menu yang berhasil Raga buat. “Saya pikir makanan ini tidak akan selesai.”Leon menghela panjang. Memasak memang bukan hal yang mudah baginya, apalagi sepanjang malam dan siang. “Gue yakin ini belum selesai,” sahut Raga. Saat itu, Leon sempat melotot. Dia tidak percaya saat Raga mengatakan belum selesai. Apalagi yang harus dilakukan? Apa belum cukup memasak semalaman? Ini bahkan sudah sore. Hampir 20 jam mereka berkutat dengan makanan! “Kalian sudah di sini?” Sapaan Heri membuat perhatian Raga dan Leon tertuju ke pintu.Keduanya melihat Heri masuk ke dalam ruangan. Tadi, Raga memang datang lebih awal. Dia tidak mungkin terlambat saat membuat janji dengan Heri. “Udah, Kek. Coba Kakek liat apa yang Raga bawa.”Heri tidak membuat ekspresi apa pun saat Raga menunjukkan hasil resep terbarunya. “Raga buat fish cake, cheese prawn ball, sama fish strip.”Heri menatap ketiga makanan di depannya sambil memicing. Dia

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-22
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 155. Amira Berbohong

    Amira duduk di atas sofa di dalam kamar inapnya di rumah sakit. Wajahnya menekuk, dengan bibir cemberut. “Duh!” Keluh Amira. Ingin sekali Amira meneriakkan kekesalannya. Sejak tadi, Amira sudah menunggu kabar dari Raga. Dia khawatir, dan juga cemas. Raga hanya menghubunginya sebentar sekali tadi. Bahkan tidak sampai semenit. Apakah satu menit untuk Amira juga terlalu sulit?“Gue tau dia sibuk, tapi … ugh!” Amira mencengkram sendok yang ada di tangannya kuat-kuat. Dia memang sedang menyantap makan malam sekarang. “Gue jadi malas makan!” Alex tidak mengucapkan apapun saat dia melihat Amira yang menghentak kesal. Dia bisa mengerti perasaan Amira. Namun, Raga juga tidak bisa disalahkan. “Pak!” Seruan Amira membuat Alex terkejut. Dia menoleh seketika, memandang Amira. “Tidur duluan, ya!” Amira berucap tanpa aba-aba. Dia meminum obatnya cepat. Setelah itu, Amira langsung naik ke atas ranjang. Dia menarik selimutnya tinggi-tinggi. Amira memejamkan matanya paksa. Lebih baik dia tidur

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-22
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 156. Kehidupan yang Berbeda

    Amira menyelesaikan pembayaran rumah sakit. Dia menghela panjang saat melihat banyaknya jumlah yang harus dibayarkan. Andai saja dia menunggu Raga datang, pasti Raga yang akan melunasi semuanya. “Enggak!” Ketus Amira pada dirinya sendiri. “Gue bukan cewek matre!”Memang, Amira butuh uang. Namun, tidak semua harus dinilai berdasarkan uang. Amira juga menerima Raga sebagai pacarnya bukan karena Raga kaya. Jelas karena Amira juga menyukai Raga.“Kenapa?” Panggilan Evan menyadarkan Amira. Evan baru kembali setelah memesan taksi. Yah, karena dia tidak bisa membawa Amira dan Michelle dalam mobil sport kecilnya. Mobil itu hanya untuk dua penumpang. Evan membiarkan supirnya yang mengambil mobil itu, sementara dia akan naik taksi bersama Amira dan Michelle.“Enggak apa-apa,” sahut Amira singkat. “Michelle mana?” Tanya Amira kemudian. Evan cuma angkat bahu. Tadi mereka pergi ke arah yang berbeda. Evan ke lobby rumah sakit, sementara Michelle tadi pamit mau menelepon. Michelle berniat mengaba

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-23
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 157. Teman, Bukan Uang

    Suasana di dalam taksi berubah hening. Amira tidak mengucapkan apa pun lagi. Dia menunggu Evan dan Michelle untuk merespon apa yang dia katakan. Diam yang lebih lama dari apa yang Amira perkirakan, membuat dia sedikit khawatir. Sepertinya, Amira salah menganggap jika semua orang akan dengan mudah menerima dirinya yang berbeda. “Enggak, lah.” Evan menyahut kemudian. “Kayak sama siapa aja sampe harus permasalahin yang begituan.”Michelle pun menyusul ucapan Evan. Gadis itu memasang wajah khawatir yang terlihat jelas. “Harusnya lo bilang kalau sendirian,” seru Michelle, dengan nada sedikit kecewa. “Tau gitu, gue temenin lo juga pas malem.” Amira berdecih. Dia tersenyum lebar kemudian. Amira merasa bodoh karena sempat merasa cemas dengan anggapan Evan Michelle. “Enggak, ah. Nanti lo berisik. Yang ada malah enggak bisa tidur,” ucap Amira dengan kekehan. Mereka tertawa bersama. Amira mengucap syukur dalam hatinya. Dia benar karena sudah berucap jujur. Balasannya jauh lebih manis dari

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-23

บทล่าสุด

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 216. Musuh yang Sesungguhnya

    “Takut?” Amira melanjutkan kalimat Roy dengan sebuah seringai. Roy mendecak pelan. “Enggak sama sekali.” Amira kembali memasang senyum di wajahnya. Kali ini, senyum itu jauh lebih lebar. “Inget ya, gue terpaksa ngelakuin ini. Karena lo keras kepala.” Ancaman Amira dianggap sebelah mata oleh Roy. Pria itu mencibir sambil mengejek. Roy tertawa dengan suara sumbang, meragukan apa yang bisa Amira lakukan. Amira menghela napas pelan, lalu menghunus pisaunya. Tapi bukan ke arah Roy. Dia menarik seseorang mendekat—John. John, tangan kanan Roy, yang sejak tadi hanya diam, kini berlutut di hadapan Amira dengan Alex yang menahannya. Roy sontak melangkah maju. “Lo ngapain?!” Amira tetap tenang. “Gue bakal ngasih lo alasan buat ngomong.” Jari Amira bermain-main di bilah pisaunya sendiri. Pandangannya tidak meninggalkan Roy. “Lo tau, jadi anak yatim piatu itu nyebelin banget. Nggak punya siapa-siapa … hidup sendirian.” Roy mulai gemetar. Amira pun tersenyum dingin. “Gue tahu John i

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 215. Markas Musuh

    “Kita berangkat sekarang,” ucap Amira memberikan perintah. Perdebatan antara Raga dan Amira memang sudah jelas pemenangnya. “Lo yakin?” Raga bertanya sekali lagi. Saat itu, sekali lagi, Amira meraih tangan si supir. Supir penjahat itu menghindar, tapi Alex membuatnya tetap diam. “Yakin,” ucap Amira tiga detik kemudian. “Apa gue harus cek lo lagi?” tantang Amira. Tangan Amira terulur, menarik Raga, memeluknya singkat. “Ini masuknya ke modus, sih.” Amira tersenyum saat pelukan mereka terlepas. “Semuanya bakal aman. Tenang aja.”Tidak ada yang berubah. Amira sudah memastikannya beberapa kali. Raga akhirnya masuk ke mobil para penjahat. Dia duduk di kursi tengah dengan Alex di sampingnya. Di dalam, hanya sang supir yang benar-benar penjahat, sementara sisanya adalah pengawal Evan yang menyamar.Mobil pun melaju menuju sebuah gudang kecil di pinggiran kota, tempat markas para penjahat berada.

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 214. Rencana Gila

    "Amira!" Panggilan itu membuat Amira menolehm Dia mendapati sosok Raga berdiri di hadapannya. Napas cowok itu terengah. Wajah Raga dipenuhi kemarahan. “Lo gila ya?” Raga mengacak rambutnya kasar. "Lo ninggalin gue sendirian, ngunci pintunya, dan pergi gitu aja?!” Amira terdiam. Amukan Raga tentu saja membuat Amira meringis. Namun, ada satu hal yang mengalihkan perhatian Amira–baju Raga. Raga mengenakan pakaiannya. Pasti cowok itu mengambil asal dari dalam lemari Amira. Raga terlihat tidak pilih-pilih. Kaos Amira yang biasanya longgar, tampak terlalu kecil untuk Raga. Lengan bajunya tersingsing lebih tinggi dari yang seharusnya, bagian bawahnya bahkan tidak bisa menutupi perut Raga. Celana yang dipakai Raga pun sama saja. Amira bisa melihat jelas bagaimana celana panjangnya menggantung di kaki Raga. Cowok itu terlihat lucu meski dengan wajah memerah marah.

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 213. Terkepung

    Amira menunjukkan sekilas layar handphone miliknya pada Alex. Dia sedang menghubungi Evan.“Udah sampai?” tanya Amira.Dengan sengaja, Amira menyalakan loudspeaker. Dia yakin Raga tidak akan mendengar. Bunyi gemericik air dari dalam kamar mandi menunjukkan jika Raga sedang sibuk saat ini.“Kita udah di depan gang. Lagi jalan masuk.”Alex akhirnya mengangguk puas mendengar jawaban dari seberang sana. “Bagus. Jangan lupa satu orang jagain Raga di depan rumah gue.”Panggilan terputus. Amira tak mau membuang waktu lagi. Dia meminta Alex bersiap mengikuti.Pintu terkunci, dan Amira berdiri di samping Alex. Tangannya meraih sang pengawal, mencoba mencari sedikit petunjuk tentang masa depan. “Sama,” ucap Amira pelan. Tidak ada bayangan yang berubah. Para penjahat itu akan bergerak seperti yang Amira perkirakan.“Pak Alex,” panggil Amira dalam suara pelan. Saat itu, Alex menoleh. Dia mendapati Amira

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 212. Perangkap di Gelapnya Malam

    “Mau ngomong apa?” Raga menatap curiga. Jelas saja, Raga tidak mungkin membiarkan Amira bicara berdua saja dengan Alex. Apa yang ingin Amira katakan tanpa dirinya tahu?“Minta cariin tissu basah. Gue mau ke toilet dulu. Emang lo mau beliin?” Ujar Amira seraya memicing. “Atau mau ikut?”Raga berdecak nyaring. Dia memilih menyingkir, membiarkan Alex membawakan apa yang Amira mau. Amira pun mencari toilet terdekat. Dia menunggu di sana sampai akhirnya pintu diketuk. Suara Alex terdengar kemudian. “Pak Alex.” Amira menarik Alex menjauh. Dia memastikan tidak ada yang menguping mereka. “Tolong bantu aku.” Alex mengernyit. “Ada apa, Nona?”Amira menarik Alex mendekat. Dia berbisik tepat di telinga sang pengawal. Kedua mata Alex membelalak sesaat, tapi dia tetap menutup mulutnya rapat. Amira menyelesaikan kalimatnya cepat sebelum Raga mencarinya. Benar saja, suara Raga terdengar kemudian. “Tolo

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 211. Peony Putih

    Heri melirik sebentar sebelum mengatakan pada Raga untuk menghampiri. Ada Ken di sisi Heri, seperti biasa. “Siang, Kek.” Amira berjalan mendekat. Dia menyerahkan sebuah buket bunga yang telah dibawanya dengan hati-hati. “Ini untuk Kakek,” kata Amira. Tangannya menyerahkan bunga peony putih. Amira tersenyum. “Aku harap Kakek cepat sembuh dan panjang umur.” Setelahnya, hanya ada hening. Amira tidak berharap Heri tersenyum atau mengucapkan terima kasih. Hanya saja, sunyi membuat dia tercekik. “Aku … tunggu di luar.” Amira menunjuk pintu keluar canggung. “Raga pasti mau bicara dengan Kakek.” Amira menghela. Dia melangkah cepat keluar ruangan. Namun, tangan Raga mencegahnya pergi sendirian. “Kita keluar bareng,” ucap Raga pelan. “Gue udah bilang ke Kakek semoga operasinya berjalan lancar.

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 210. Laveire yang Baru

    Suasana kelas dipenuhi dengusan napas lega dan keluhan kelelahan. Ujian semester baru saja berakhir, dan hampir semua siswa di Laveire terlihat kehabisan energi.Tak terkecuali keempat siswa di kelas XI. Amira, Raga, Evan, dan Michelle harus menikmati manisnya soal ujian tepat setelah proses pengambilan gambar selesai. “Gue harus lebih banyak belajar,” gumam Amira seraya meletakkan kepalanya di atas meja. Pelipisnya berdenyut nyeri. Evan yang duduk di belakangnya ikut mengangkat tangan, menyerah. “Setuju! Siapa sih yang bikin soal setega itu?”Michelle mengeluh sambil menatap kedua tangannya. “Gue bahkan enggak yakin tadi gue isi apa. Kayaknya tangan gue gerak sendiri.”Di sebelah Amira, Raga hanya duduk santai, meletakkan kedua tangannya di belakang kepala. “Lebay banget. Gue cuma butuh waktu lima belas menit,” katanya enteng.Amira menoleh tajam. “Beneran? Lo mikir enggak, sih?!” Tangannya merebut kertas soal dari R

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 209. Grey Rebels

    "Amira!" Michelle melambai di kursinya. "Gimana, udah sembuh?"Amira balas melambai. Dia duduk di dalam kelas, tepat di depan Michelle. "Udah lumayan,” jawabnya. Michelle melihat ke kanan kiri sebelum lanjut bicara. Dia seperti takut ucapannya akan terdengar orang lain. “Kenapa?” Tanya Amira. Dia melihat tidak ada siapa-siapa di dekat mereka–cuma Amira, Michelle, dan Evan. “"Kemarin kita mau jagain lo di UKS, tapi Raga ngusir kita,” keluh Michelle. Evan ikut menanggapi. “Bener! Katanya nanti kita ganggu tidur lo. Padahal kita bersuara aja enggak.” Amira menghela. Pasti Raga uring-uringan dan memaki semua orang. “Sorry. Gue kabur dari rumah sakit kemaren,” sahut Amira.Evan langsung melengos. “Pantes!”Tidak heran Raga seperti singa lapar. Jangankan diajak bicara, didekati saja memaki.Evan dan Michelle baru mau bicara lagi ketika bayangan Raga muncul. Cowok itu masuk ke kelas dan duduk di

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 208. Pacar Galak

    “Lo udah makan belum?” Raga mengecek suhu tubuh Amira. Normal. Amira menggeleng di atas ranjang di ruang kesehatan Laveire. Dia memang belum makan. Perutnya masih terasa tidak enak sejak kemarin, jadi pagi ini hanya segelas teh hangat yang bisa masuk. “Gue beliin makanan. Habis itu minum obatnya.”Amira tertegun mendapati Raga yang mengeluarkan bungkus obat dari saku. Hatinya mencelos sesaat. Pasti pagi tadi Raga datang ke rumah sakit dan mendapati dirinya tidak ada di sana. Tidak terbayang bagaimana murkanya Raga.“Tunggu di sini. Jangan pergi ke mana-mana!” Raga memberikan peringatan sambil menunjuk. “Kalau lo kabur lagi, gue iket lo di kamar gue!”Seketika Amira mendelik. Ancaman Raga sukses membuat Amira meringis. Raga pun berlari keluar. Dia kembali tak lama kemudian dengan sekotak makanan di tangannya. “Duduk. Makan dulu.” Amira menurut. Dia tidak banyak membantah karena kepalanya terasa berat. Mencari masalah dengan Raga adalah hal terakhir yang terpikirkan oleh Amira. T

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status