Home / Young Adult / Ratu Indigo VS Bad Boy / Bab 157. Teman, Bukan Uang

Share

Bab 157. Teman, Bukan Uang

Author: Dewiluna
last update Last Updated: 2025-01-23 23:47:01

Suasana di dalam taksi berubah hening. Amira tidak mengucapkan apa pun lagi. Dia menunggu Evan dan Michelle untuk merespon apa yang dia katakan.

Diam yang lebih lama dari apa yang Amira perkirakan, membuat dia sedikit khawatir. Sepertinya, Amira salah menganggap jika semua orang akan dengan mudah menerima dirinya yang berbeda.

“Enggak, lah.” Evan menyahut kemudian. “Kayak sama siapa aja sampe harus permasalahin yang begituan.”

Michelle pun menyusul ucapan Evan. Gadis itu memasang wajah khawatir yang terlihat jelas.

“Harusnya lo bilang kalau sendirian,” seru Michelle, dengan nada sedikit kecewa. “Tau gitu, gue temenin lo juga pas malem.”

Amira berdecih. Dia tersenyum lebar kemudian. Amira merasa bodoh karena sempat merasa cemas dengan anggapan Evan Michelle.

“Enggak, ah. Nanti lo berisik. Yang ada malah enggak bisa tidur,” ucap Amira dengan kekehan.

Mereka tertawa bersama. Amira mengucap syukur dalam hatinya. Dia benar karena sudah berucap jujur. Balasannya jauh lebih manis dari
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 158. Kembali Melihat Bayangan

    Amira memandang Evan dan Michelle bergantian. Dia sudah ikut duduk bersama keduanya di teras warung.“Udah istirahatnya belum?” Tanya Amira. “Jalan lagi, yuk. Bentar lagi sampe.”Rumah Amira memang tidak jauh lagi, dan Amira merasa jika lebih baik mereka istirahat di rumahnya saja. “Sebentar lagi?” Wajah Michelle berubah cerah. Dia gegas berdiri menyusul Amira yang sudah bangkit. “Ayo cepet ke rumah lo. Di luar panas!”Amira terkekeh mendengar keluhan Michelle. Dia menggeleng kasihan pada sang teman.“Tapi di rumah gue juga enggak ada AC loh, tetep panas.”Michelle cemberut, tapi menggeleng kemudian. Dia tetap menggandeng tangan Amira, mengajak temannya itu lanjut berjalan. “Enggak apa-apa. Yang penting kepala gue enggak kebakar.”Mereka pun terus berjalan sampai ke rumah kecil yang ada di pojok. Amira meminta kedua temannya menunggu. Dia berniat meminjam kunci cadangan ke pemilik kontrakan sebentar.“Nah, ayo masuk,” ucap Amira sambil membuka pintu. Amira mendahului kedua temannya

    Last Updated : 2025-01-24
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 159. Kolaborasi Pasangan Kekasih

    Evan mendelik pada Amira. Dia yang harusnya bertanya kenapa. Amira malah melamun tak bergerak. Dipanggil pun tidak menoleh. “Lo yang kenapa. Kenapa diem?”Raga yang sebelumnya masih mengucek mata, mengumpulkan nyawa, seketika terduduk. “Kenapa?” Raga bertanya dengan suara yang masih serak. Cowok itu bersandar pada dinding di sebelah Leon. “Enggak apa-apa.” Amira menjawab singkat. “Cuma mau nyuruh lo pulang. Bentar lagi malem.”Amira menepuk lengan Raga lagi, meminta pacarnya itu cepat bangun. “Iya,” ucap Raga sambil menutup mulutnya yang masih menguap. Saat Raga hendak berdiri, Leon mendahului. Mana mungkin dia membiarkan tuan mudanya lebih sigap daripada dirinya sendiri. “Gue numpang ke kamar mandi dulu, boleh enggak?” Tanya Raga. Dia menunjuk pintu imut yang menuju ke kamar mandi Amira. Raga perlu mencuci wajahnya. Dia tidak mau terlihat mengerikan lebih lama di depan Amira. Setidaknya dia mau memastikan wajahnya layak diperlihatkan di depan sang pacar. “Ya udah sana!” Ami

    Last Updated : 2025-01-25
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 160. Kelanjutan Strategi

    Amira baru selesai mengganti baju saat seseorang mengetuk pintu rumahnya beberapa kali. Sedikit curiga, Amira tidak langsung membuka pintu. Apalagi hari sudah malam dan semua teman-temannya sudah pulang. Amira sendirian.“Siapa?” Tanya Amira tanpa membuka pintu. “Kurir pengantaran pesanan atas nama Amira,” sahut suara dari seberang.Amira mendelik. Dia menggeleng curiga. “Gue enggak pesen apa-apa!” Balas Amira, berteriak. Amira hendak menjauh dari pintu, sebelum ketukan kembali terdengar.“Nama pengirimnya Raga!”Seruan itu membuat Amira berhenti. Dia gegas mengambil handphone miliknya sendiri. Amira berniat memastikan. Dia langsung menghubungi nomor Raga. “Iya, itu dari gue,” sahut Raga dari seberang.Belum juga Amira mengucapkan apa pun, Raga sudah tahu apa yang hendak Amira tanyakan. Amira memasang senyum sekilas. Dia meledek Raga. “Mau nyogok ceritanya?” Pasti karena Amira bilang kalau dia kesal pada Raga. Pacarnya itu sedang bersikap manis padanya. “Iya, dong. Isinya makan

    Last Updated : 2025-01-26
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 161. Hadiah

    Amira melepaskan pelukan Raga. Di dalam mobil, dia bergeser sedikit. Amira mencoba memasukkan handphone yang baru saja Raga berikan ke dalam saku celananya. “Gue maafin, tapi jangan kirim hadiah lagi.”Amira bersikap seolah tak ada yang terjadi. Dia harus mengatakan sesuatu untuk menutupi apa yang baru saja mereka lakukan. Pembahasan tentang hadiah adalah satu-satunya hal yang terlintas dalam otak Amira. “Pemborosan. Makanan yang lo kirim semalam juga enggak habis,” sambung Amira kemudian. Makanan yang Raga kirim memang sangat banyak, melebihi porsi Amira. Amira sampai menyimpannya di kulkas, lalu menghangatkannya lagi sebagian untuk sarapan pagi ini. “Harusnya lo habisin,” sahut Raga. “Nanti malam juga gue kirimin lagi.”Amira mendelik. Dia merasa pacarnya ini bebal. Padahal baru saja Amira menolak, tapi Raga malah abai. “Jangan nolak,” ucap Raga, mengingatkan. “Gue kan udah bilang mau tanggung jawab.”Raga memberikan senyum miring, dan Amira tidak suka itu. Dia merasa Raga mere

    Last Updated : 2025-01-27
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 162. Pesan Cinta

    Amira menatap handphone kecil di tangan miliknya. Itu handphone yang diberikan oleh Raga diam-diam saat di mobil tadi. “Kenapa coba dia kasih ini?” Amira menyempatkan diri untuk melihat ke kanan kiri. Dia bahkan mengunci pintu rumahnya sebelum memeriksa handphone itu. “Nyalain dulu aja,” ucap Amira sambil berusaha menahan rasa penasarannya. Ponsel lipat yang memang berukuran lebih kecil dari tangan Amira, kini terbuka. Amira memperhatikan layarnya yang berpendar. “Ini handphone baru?”Amira hendak mencari tahu lebih banyak saat pintu rumahnya diketuk. “Pesanan atas nama Amira!”Amira pun membuka pintu. Dia mendapatkan sebuah paper bag besar dari sang kurir. “Makasih,” ucap Amira seraya menutup pintu kembali. Paper bag itu masih di tangan Amira ketika handphone miliknya berbunyi nyaring. Tangan Amira meraih handphone tersebut. Dia mendapati nama Raga tertera di layar. “Udah sampai makanannya?” Tanya Raga di nada sambung pertama.“Udah, kenapa?” Sambil menjawab, Amira membawa p

    Last Updated : 2025-01-27
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 163. Sleep Call

    Meski hari sudah larut, rasa kantuk Amira hilang seketika. Sekarang dia sibuk berbalas pesan dengan Raga, sambil menelepon. “Udah ngantuk banget?” Tanya Raga dari seberang. Amira menggeleng. “Enggak. Udah enggak ngantuk lagi.” Amira mengucapkan jawaban jujur, tapi Raga malah terkekeh. “Udah enggak ngantuk … berarti sebelumnya ngantuk, dong.” Amira tidak mau mengakui. Dia diam saja. Tangannya masih sibuk mengetik balasan di handphone kecilnya. Mereka memang sedang melakukan pembicaraan dua jalur. Satu jalur panggilan lewat smartphone, sementara satu jalur yang lain lewat pesan singkat di handphone lipat baru milik Amira. [Udah cari tau tentang asisten baru lo?] Amira menunggu sebentar sebelum ada balasan lain yang masuk dalam handphone lipat kecil miliknya. [Udah. Enggak ada yang aneh. Leon udah kerja lama sama kakek. Emang lo liat apa?] Amira memang belum mengatakan apa yang dia lihat. Kecurigaan Amira membuat dia tidak mau bicara terlalu banyak di depan Leon. [Asiste

    Last Updated : 2025-01-28
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 164. Seorang 'W'

    Semalam, Amira terlalu sibuk meladeni mulut manis Raga sampai dia tertidur. Amira benar-benar mengalami apa yang disebut sleep call untuk pertama kalinya. “Yah, baterainya habis,” ucap Amira sambil menatap handphone miliknya yang mati total saat dia terbangun di pagi hari. Entah sampai kapan handphone itu menyala. Amira tidak bisa mengingatnya. Apakah Raga yang memutuskan panggilan mereka atau handphone Amira yang terlanjur tewas. “Cas dulu.” Amira beranjak dari tempat tidur. Dia menghubungkan ponsel pintarnya dengan pengisi daya. Saat itu, tangannya tak sengaja menyenggol handphone yang lain. “Ah, gue lupa. Semalam enggak balas pesan yang di sini.” Amira mengecek ponsel lipat itu. Layarnya menyala menampilkan pesan di kotak masuk. [Nama keluarga gue Wijaya. W itu bukannya kakek gue? Nama kakek gue Heri Wijaya.] [Bisa aja Leon lagi ngabarin ke kakek.] Amira mendengus. Tentu saja dia sudah memikirkan kemungkinan itu. Masalahnya adalah, isi pesan itu tidak seperti

    Last Updated : 2025-01-28
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 165. Investigasi Dadakan

    Teriakan Raga membuat Leon mengetuk pintu rumah Amira dari luar. Raga menggerutu. Harusnya dia tidak berteriak sekeras itu. "Tuan Raga? Apa terjadi sesuatu?" Amira dan Raga saling memandang. Mereka sekarang bingung karena mendapatkan ketukan dari luar. Sepertinya, Leon curiga dengan teriakan Raga. “Tuan? Apa Tuan Raga baik-baik saja?” Leon berteriak lagi dari luar. Dia tampak tidak sabar. “Tuan! Saya buka pintunya sekarang!” Merasa tak ada waktu yang tersisa, Raga langsung membuka pintu. Dia terpaksa harus melakukannya, jika tak ingin pintu rumah Amira dijebol paksa oleh Leon. “Gue enggak apa-apa,” jawab Raga singkat. Raga memalingkan wajahnya cepat. Tak ada yang bisa Raga lakukan selain menghindar dari tatapan Leon. Dia tak mau membuat Leon curiga dengan ekspresi wajah yang belum bisa dia kendalikan saat ini. “Sorry.” Amira berinisiatif untuk mengalihkan perhatian. “Gue enggak sengaja nginjek kaki Raga,” ucap Amira pada Leon. Amira menambahkan sedikit bumbu agar Leon

    Last Updated : 2025-01-29

Latest chapter

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 249. Kecemburuan di Waktu yang Salah

    “Berani sekali kamu!”Vivian menarik baju Raga, begitu keras sampai sebagian dari pakaian Raga sobek. “Sekarang aku sangat ingin melenyapkanmu!” Vivian menunjuk ke arah mobil yang sudah disabotase sebelumnya. Dia menyuruh orang-orangnya mendekat. “Masukkan mereka semua ke mobil!” Para pengawal itu mendorong Amira dan teman-temannya kasar. Mereka semua hampir dijejalkan masuk ke dalam mobil. Namun, tiba-tiba saja Vivian berubah pikiran. “Bawa bocah lelaki itu kemari,” ucapnya seraya memberikan perintah. “Sepertinya mati dengan tenang akan terlalu membahagiakan untuknya. Apalagi bersama dengan orang yang dia sukai.” Salah satu pengawal membawa Raga mendekat pada Vivian.“Kamu di sini saja. Kita liat bagaimana teman-teman dan pacarmu mati dari sini.”Vivian menyimpan dendam. Dia tertawa puas saat mendengar teriakan kemarahan dari Raga. Beberapa pengawal bergerak. Mereka memegangi Raga, mengunci pergerakannya. Vivian tertawa lagi. Dia menatap puas ke arah Raga yang sedang menatapn

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 248. Langkah Menuju Neraka

    “Gue percaya sama lo,” sahut Amira.Dia mengangguk lalu melingkarkan lengannya, memeluk Raga. “Kebetulan, gue juga udah enggak bisa bergerak lagi,” sambungnya. Amira bersandar pada lengan Raga. Kepalanya mulai terasa sakit. Di tengah nyeri yang melanda, Amira malah mendapatkan sepotong bayangan masa depan. “Enggak,” ucap Amira lirih. Apa yang dia lihat bukanlah hal yang dia inginkan. Itu masa depan yang buruk, sangat sangat buruk. “Amira?” Raga terkejut saat Amira memaksa untuk berdiri. Kedua kaki Amira memang tampak goyah, tapi perlahan dia bisa berdiri tegak. “Raga,” panggil Amira. Dia meminta pacarnya itu mendekat. “Kita akan diikat dan dimasukkan ke dalam mobil yang berjalan ke jurang,” bisiknya. Vivian, wanita gila itu, akan melakukan hal yang sama seperti apa yang dia lakukan pada Amira sebelum ini. Amira bisa mendengar jerit ketakutan Michelle, juga teriakan Dina. Semuanya terasa sangat nyata. “Enggak bakal terjadi,” jawab Raga. Amira merasakan genggaman Raga di tan

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 247. Kobaran yang Membakar

    “Pukul lebih keras!” Raga berteriak kesal.Entah kenapa kaca mobil itu seperti terbuat dari bahan anti peluru. Sulit sekali untuk dihancurkan. “Tunggu! Biar gue bantuin juga!” Evan akhirnya menemukan sebuah batu besar. Dia hendak berputar ke tempat Raga dan Alex berdiri, tapi langkahnya malah terhenti. “Lo siapa?” Di depannya, berdiri seorang pria. Evan meloncat mundur. Otaknya mengirimkan sinyal bahaya. “Raga! Ada orang lain di sini!” Teriak Evan tanpa ragu. Evan tak mau mengambil resiko untuk menunda. Firasatnya mengatakan jika orang itu berbahaya. “Lo cerewet juga rupanya. Sama kayak temen cewek lo itu,” ucap pria itu. Seketika, Evan langsung teringat pada Amira. Cewek yang dimaksud oleh pria ini, pasti adalah Amira!“Lo siapa?” Evan memicing tajam. “Bilang Lo disuruh sama siapa?!”Pria itu malah tertawa keras. Dia menggeleng lalu mengangkat bahu. “Coba tebak.”Evan tidak bisa melihat dengan jelas apa yang pria itu keluarkan dari dalam sakunya. Benda kecil itu membuat Evan t

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 246. Teriakan di Tengah Kegelapan

    “Lo kenapa, deh?!” Evan berteriak tak senang. “Kalau begini kita bisa ketauan, kan!”Siapa yang tidak panik? Mereka datang bermodalkan nekat. Bantuan masih jauh di belakang. Evan jelas tak bisa terus duduk tenang. “Amira dalam bahaya! Kita dalam bahaya!” Raga membalas teriakan Evan dengan teriakan lain yang lebih keras. “Lo enggak sadar jalan yang dari tadi kita lewatin?!”Raga menunjukkan fakta kepada Evan. Dia meminta temannya itu mengingat-ingat.“Apaan?!” Evan bertanya bingung.“Kita dari tadi cuma lewatin jalan naik, turun. Jalannya jelek! Gelap!”Evan tersentak sesaat kemudian. Dia sepertinya mulai menyadari apa yang Raga maksud. “Kita di hutan? Gunung? Atau mungkin … dekat jurang?”Gantian, Evan yang berteriak panik. Ia memukul kursi kemudi, menyerukan hal yang sama seperti Raga. “Cepat! Amira dalam bahaya!”Alex menekan pedal gas tanpa ragu. Dengan bantuan lampu depan yang menyala, dia bisa menyetir lebih baik. Mobil Amira terlihat jelas. Kakinya semakin keras menginjak p

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 245. Tak Akan Lolos

    “Ken!” Heri berteriak keras.Dalam sekejap, asisten pribadinya datang mendekat. Heri terduduk di kursi. Dia jelas lelah. Terbakarnya kantor sungguh bukan masalah kecil.“Bagaimana apinya? Apa sudah padam sempurna?” Ken mengangguk. “Petugas pemadam sudah berhasil memadamkan api. Mereka sedang memeriksa sumber kebakaran saat ini.”Heri menghela lelah. Dia juga ingin ikut mencari tahu apa yang terjadi, tapi dia tidak memiliki waktu untuk itu. “Bagaimana keadaan Gavin dan Andini?” Tanya Heri. Dia tak sepenuhnya jujur pada Raga. Gavin dan Andini, orang tua Raga, tidak mengalami luka bakar atau apa, mereka hanya menjadi korban kepanikan. “Keduanya baik, Tuan. Tuan Gavin dan Nyonya Andini sedang diperiksa dokter.”Heri mengangguk mengerti. Baru saja Heri hendak bicara, tapi Ken lebih dulu membuka suara.“Tuan juga sebaiknya diperiksa. Dokter sudah menunggu.”Ken sedikit memaksa. Dia memang terlihat mengkhawatirkan keadaan Heri. Heri akhirnya mengiyakan. Dia juga merasa sesak sejak tadi

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 244. Tiket Pemberhentian Terakhir

    “Aduh ….” Amira meringis. Dia akhirnya tersadar. Amira tak ingat kapan dia pingsan. Hanya ada sebagian memori yang terekam di otaknya. Bagian saat Vivian datang dan Leon menjualnya. Lalu ketika kedua orang itu berbincang, Amira sepertinya mulai kehilangan kesadaran.“Lo udah bangun?” Suara di sebelahnya membuat Amira tersadar. Dia tidak sendirian. Bahkan, Amira sedang berada di dalam mobil dengan tubuh terikat.“Siapa? Kenapa gue ada di sini?” Tanya Amira. Pria di samping Amira itu hanya tertawa. Dia melirik ke arah Amira sambil mengedip genit. “Sayang sekali. Gue enggak dibayar lebih buat jawab pertanyaan lo itu.” Amira memicing. Dia menoleh, memeriksa keadaan sekitar. Di dalam mobil itu, ternyata hanya ada mereka berdua. “Kita mau ke mana?” Amira bertanya bingung. Dia tidak mengerti. Bukankah Leon sudah menjualnya? Lantas, kenapa dirinya ditinggalkan? Kenapa wanita yang bernama Vivian itu tidak membawanya?“Bukan kita, tapi lo.” Pria itu tersenyum. “Lo aja.”Wajahnya tampan,

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 243. Api dalam Gelap

    “Masih lurus terus?” Sinar dari layar ponsel memantul di wajah Raga yang tegang. Dalam keheningan malam, hanya deru mesin mobil dan napasnya yang terdengar. Evan duduk di sampingnya, memelototi peta digital yang terus bergeser. Sinyal dari ponsel Amira—lemah dan tidak stabil—masih muncul secara berkala.“Sejauh apa Amira dibawa?” gumam Evan, memijat pelipisnya. “Ikutin aja!” Raga terus memberikan perintah. Alex yang menyetir pun hanya bisa menurut. Dia terus menyusuri jalan tanpa banyak bertanya. Jalan di depan mereka makin sempit, gelap, dan berbatu. Bahkan mobil pun mulai melambat karena tidak ada penerangan sama sekali. Hanya lampu depan yang menerobos kabut tipis di udara.“Di belakang aman?” Tanya Evan, mulai khawatir jika mereka sampai terpisah. Di belakang mereka, ada mobil Reynald. Di mobil itu, Febby, Michelle, Dika, dan Dina ikut serta. “Ada,” sahut Raga setelah menoleh sekilas. Mereka hanya bisa menyusul Amira tanpa bantuan. Amira menghilang begitu cepat. Dika dan

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 242. Bonus Terbaik

    “Buka matamu!” Teriakan Leon menggema di dalam ruang kumuh itu. Amira terpaksa membuka mata, meski tubuhnya sudah mati rasa. “Kamu pikir ini sudah selesai?” Leon tertawa nyaring. “Ini baru dimulai, Amira.”Amira terkejut saat Leon mengangkat tinggi handphone kecil yang Amira sembunyikan. “Kenapa kaget?” Tanya Leon dengan seringai di wajah. “Kamu pikir aku tidak tahu rencanamu?”Leon terkekeh sebentar. Pria itu terlihat sangat menikmati kengerian di wajah Amira. “Kalian sungguh bocah-bocah yang sombong,” ujar Leon, sinis. “Jangan mengira diri kalian pintar. Aku sudah menangani kasus seperti sejak bertahun-tahun yang lalu.”Leon berjalan di depan Amira. Sesekali dia menatap Amira sinis. Terkadang dia tiba-tiba memberikan tendangan–sesuai mood saja. “Kamu tahu pekerjaan apa yang aku urus di keluarga Wijaya, Amira?” Leon mengangguk, seolah membenarkan tebakan yang belum terucap.“Aku mengurus banyak pekerjaan, termasuk yang kotor seperti ini.” Amira tersentak saat wajah Leon tiba-

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 241. Bayaran dari Dendam

    “Kita … mau ke mana?” Amira bertanya dengan suara cemas. Hari semakin gelap, tapi mobil yang Amira naiki dengan Leon belum juga berhenti. Mereka sudah begitu jauh berkendara. “Kenapa jalannya tidak rata? Apa kita ke hutan?” Amira terus bertanya, membuat Leon berteriak kesal. “Diamlah! Atau aku lempar kau ke jurang di luar sana!” Teriakan Leon membuat Amira terdiam. Dia memilih untuk tidak bicara sampai emosi Leon mereda. Sepertinya, Amira sudah memberikan cukup petunjuk lewat panggilan yang terhubung dengan Raga. Mobil terus berjalan sampai akhirnya berhenti perlahan. Leon memarkir mobil dan keluar lebih dulu. “Turun!” Teriak pria itu, tidak sabaran. Leon menarik Amira cepat. Ia membuat Amira terhuyung sampai akhirnya terjerembab di atas tanah yang keras. “Duh, menyusahkan!” Leon terpaksa membantu Amira. Amira kesulitan berdiri sendiri dengan tangan yang sudah terikat ke belakang. “Astaga, kenapa kamu rapuh sekali!” Leon mengomel saat melihat hidung Amira yang mengeluarkan d

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status