Home / Young Adult / Ratu Indigo VS Bad Boy / Bab 140. Masa Depan Laveire

Share

Bab 140. Masa Depan Laveire

Author: Dewiluna
last update Huling Na-update: 2025-01-15 19:03:23

Michelle, Febby, dan Evan pulang di jam makan siang. Raga pun terpaksa berpamitan pada Amira. Leon mengatakan jika Raga harus menjalani beberapa pemeriksaan lanjutan.

Beberapa jam Raga habiskan, hanya untuk mendengar pernyataan dokter yang mengatakan jika dirinya baik-baik saja. Setelah semua pemeriksaan itu, Raga dinyatakan sehat.

"Apa Tuan Raga mau langsung pulang ke rumah sekarang?" Tanya Leon pada Raga yang sudah kembali ke kamar inapnya.

Tentu saja, Raga bisa keluar dari rumah sakit kapan pun dia mau. Lukanya benar hanya goresan, tidak berbahaya, apalagi mengancam nyawa.

"Nanti," sahut Raga singkat.

Raga masih ingin menemani Amira. Amira pasti masih galau dengan berita ditutupnya sekolah. Setidaknya, Raga ingin menghibur Amira sampai hari ini.

"Tapi Tuan Raga harus menjalankan jadwal yang dibuat oleh Tuan Besar secepatnya."

Raga mendengus. Apa yang diucapkan oleh Leon terdengar seperti perintah.

"Kalau gitu, ngapain nanya gue masih mau di rumah sakit apa enggak!" Ket
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 141. Jalan Keluar yang Lain

    Raga terdiam. Di dalam ruang rawat inapnya, dia menunggu jawaban dari Heri. Sang kakek, tidak mengucapkan apa pun. Heri hanya memandang Raga, lurus. Raga tidak bisa bertahan lebih lama dalam keheningan. Dia bertanya lagi, kali ini lebih agresif. “Mungkin Kakek bisa mencoba mengambil alih Laveire. Kakek kan selalu sukses dalam segala hal?” Heri berdecih. “Pintar sekali kamu bicara,” cibir Heri, sinis. Raga menggeleng. Dia tidak sekedar memuji. Tentu saja semua itu berdasarkan pada bukti. Perusahaan keluarga Wijaya yang masih berdiri dalam bentuk Exscales adalah bentuk nyata hasil kerja keras Heri. “Tidak bisa. Kakek terlalu sibuk. Exscales yang sedang berada di puncak, membutuhkan lebih banyak tenaga dari yang bisa kamu lihat.” Jawaban Heri sangat masuk akal. Namun, Raga tidak berniat untuk menyerah. “Bagaimana kalau Kakek yang ambil alih tapi orang lain yang mengurusnya?” Usul Raga terdengar buru-buru, tapi dia sudah terlanjur maju. Raga tak berniat untuk mundur ta

    Huling Na-update : 2025-01-15
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 142. Jangan Bikin Gue Jauh

    Amira menunggu pacarnya menjawab. Namun, Raga tampak terlalu terkejut hanya untuk berucap. "Raga," panggil Amira sekali lagi. "Enggak apa-apa kan, kalau kita beda sekolah?" Ulang Amira. Amira sampai menggeser tempat duduknya. Dia mendekat pada Raga, dengan sengaja menepuk lengan cowok itu. Amira melakukannya semata agar Raga merespon, tidak hanya terus diam. "Kita masih bisa tetep ketemu, loh," ucap Amira dengan nada lembut, membujuk. Kata-kata Amira mendapatkan sebuah tatapan dari Raga. Cowok itu memandang tak rela. Amira tidak tahu saja, betapa inginnya Raga mengatakan tidak. Raga berniat menyuarakan keberatannya. Tapi melihat Amira yang berusaha membujuk, Raga jadi tak tega. "Habis harus gimana?” Tanya Amira. Kali ini, dia mengangkat bahu, menunjukkan kebingungannya. "Gue kayaknya enggak bisa kalau harus masuk ke sekolah kayak Laveire lagi. Uang gue mungkin enggak cukup."Amira harus berpikir jauh ke depan. Sebenarnya, bukan tidak mungkin jika Amira memilih sekolah seperti L

    Huling Na-update : 2025-01-16
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 143. Bersamamu, Meski Jauh

    Pembicaraan Raga dan Amira terpotong dengan kedatangan perawat yang membawa makan malam. Raga membantu Amira makan seperti biasa. Mereka berbincang sesaat sampai akhirnya Leon memperingatkan Raga untuk segera kembali ke kamarnya sendiri. “Jangan terlalu malam, Tuan Raga. Besok–”Raga mengangkat tangan, mencegah Leon bicara lebih banyak. “Jangan ngeduluin gue ngomong.”Leon gegas menutup mulutnya rapat. Dia tidak melanjutkan kalimatnya lagi. Amira yang mendengar kalimat kesal Raga, menyadari jika ada yang aneh dari sang pacar. Dia bergerak mendekat pada Raga. “Jangan, dong!” Cegah Raga saat Amira berusaha menggapai tangannya. Amira ingin tahu apa yang akan terjadi. Dia hendak melihat masa depan dari tangan Raga. Namun, Raga menepis tangan Amira yang terulur. “Biar gue bilang sendiri.” Raga menolak tangan Amira. Sebagai gantinya, Raga menatap Amira lekat. Kedua bola matanya menelisik netra Amira lembut, mendalami iris coklat di depannya. “Gue sayang sama lo,” ucap Raga tanpa aba

    Huling Na-update : 2025-01-16
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 144. Kunjungan Pagi

    Amira mengumpulkan kesadarannya yang masih bertebaran di atas ranjang. Dia menguap beberapa kali sebelum menyuruh Alex duduk. Pengawal rajin itu terus saja berdiri di sudut. "Duduk, Pak." Amira menunjuk sofa yang ada di sudut kamarnya. "Aku marah kalau Pak Alex enggak duduk." "Tapi–" Amira menggeleng. Dia tidak menerima penolakan. "Kalau Pak Alex enggak duduk, Pak Alex enggak boleh ada di sini,” ujar Amira sambil menunjuk pintu keluar. Alex kan sama seperti Amira, masih berstatus pasien. Namun, Raga malah menyuruh Alex mengawal Amira. Harusnya Alex beristirahat di kamarnya. “Bapak mau duduk atau balik ke kamar Bapak sendiri?” Ancam Amira. Alex terpaksa menurut. Dia mengambil tempat di atas sofa yang ditunjuk Amira. Amira pun mengangguk puas melihatnya. Dia mengucek matanya sekilas, sebelum menurunkan kaki dari ranjang. Amira hendak beranjak ke toilet sebelum sebuah suara teriakan terdengar. "Amira!" Suara sekencang toa itu sudah jelas siapa pemiliknya. Siapa lagi kalau

    Huling Na-update : 2025-01-17
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 145. Harapan untuk Laveire

    "Maksud Pak Reynald gimana?" Evan bertanya. Saat ini, Evan merasa tidak yakin dengan apa yang didengarnya. Mungkin saja karena di ruang rawat Amira ini ada banyak orang. Dia jadi tidak bisa mendengar dengan jelas. "Gurunya berhenti semua?" Tanya Evan, sekali lagi. Dia berusaha memastikan. Memang, mereka sudah bisa menduga tentang murid yang pindah. Namun, tidak ada yang menduga jika guru akan melakukan hal yang sama. "Kenapa?!" Evan memekik tak percaya. Reynald hanya bisa angkat bahu. Dia sama tak percaya seperti Evan. Dia juga kaget ketika mendapati pertemuan kemarin yang hanya dihadiri oleh beberapa orang saja. "Kebanyakan tidak mau lagi terlibat dengan Laveire. Mereka tidak mau nama mereka disangkut pautkan." Citra Laveire sudah terlanjur buruk. Meski keluarga Wijaya sudah membantu menutupi kasusnya, tetap saja berita yang beredar dari mulut ke mulut tidak dapat dihentikan. "Kepala sekolah sudah mengundurkan diri, dan kepala yayasan sedang bingung mencari solusi." A

    Huling Na-update : 2025-01-17
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 146. Telepon dari Pacar

    Raga baru selesai membaca tumpukan dokumen di depannya. Lehernya terasa kebas, dan matanya perih. Bahkan kepalanya panas meski sudah berada di bawah pendingin udara.“Gue mau istirahat dulu,” ucap Raga sembari meregangkan tubuhnya. Leon mendapati wajah lelah Raga. Dia dengan perhatian menawarkan Raga secangkir kopi. “Boleh,” sahut Raga mengiyakan. Leon segera beranjak dari tempatnya. Kedua mata Raga mengawasi Leon sampai asisten barunya itu menghilang di balik pintu. Dia langsung mengomel setelah Leon tak bersamanya lagi. “Kakek hebat banget udah nyiapin ruangan baru buat gue,” ucap Raga. Pandangan Raga tertuju ke sekeliling ruangan. Saat dia berangkat tadi pagi, Raga mengira dirinya akan ditempatkan di ruangan Heri seperti biasa. Ternyata, Raga malah mendapatkan ruangannya sendiri. “Kakek bisa nebak kalau gue bakalan kerja di kantor ini. Entah itu tebakan, atau harapan,” sambung Raga, sinis. Raga menghela kemudian. Dia beranjak berdiri, berjalan ke arah jendela yang ada di dal

    Huling Na-update : 2025-01-18
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 147. Raga Sibuk

    Raga mengusap wajahnya kasar. Sekarang, dia merasa ruang kerjanya semakin panas saja. Raga menarik kerah kemejanya longgar. Napasnya tiba-tiba jadi sesak. “Ada apa, Tuan Raga?” Tanya Leon, cemas. Leon yang baru datang langsung menghampiri Raga. “Apa Tuan Raga sakit?” Sekilas Leon bisa melihat wajah Raga yang memerah. Leon meletakkan kopi yang ada di tangannya ke atas meja. Dia segera meminta Raga menoleh agar bisa memeriksa, tapi tuan mudanya itu malah berteriak kesal.“Enggak! Gue enggak sakit!” Sungut Raga, penuh emosi. “Gue cuma ma–”Tidak. Tidak mungkin Raga mengaku kalau dia malu.“Gue mau makan! Gue laper! Laper banget! Cepet beliin gue makanan!”Leon mengkerut heran. Dia mendapati Raga yang salah tingkah. Ingin bertanya lebih banyak, tapi tangan Raga malah mendorongnya ke pintu keluar. Raga masih menggerutu kesal. Mulutnya menggumam kata-kata dongkol, tapi semua itu luntur setelah dia mendapatkan satu pesan singkat dari Amira. [Love you, too. Makan yang banyak, Pacar.]Se

    Huling Na-update : 2025-01-18
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 148. Kue Perayaan

    Jam sepuluh malam, dan Evan sedang bersantai di kamarnya. Saat dering dari handphone miliknya terdengar, Evan masih terjaga. “Eh?” Evan menatap layar handphone miliknya dengan ekspresi terkejut, juga kaget. Evan mendapati foto Amira terpampang di layar. Amira menghubunginya? Ada apa?“Halo?” Evan langsung menjawab panggilan tersebut. Evan begitu senang sampai dia melupakan satu hal yang penting. “Halo,” sahutan dari seberang terdengar.Bukan suara perempuan yang menyapa telinga Evan. Dia mendengar suara berat laki-laki. “Ini siapa?” Evan sampai menjauhkan layar handphone dari telinganya.Evan memastikan jika dia tidak salah menjawab panggilan. Namun, memang benar itu adalah foto Amira yang terpampang di layar handphone miliknya. “Amira?” Evan memanggil nama Amira. Namun, sekali lagi bukan Amira yang menjawab. Semakin didengar, semakin Evan mengenali suara itu. Dia merasa sering sekali mendengarnya. Entah mengapa suara lelaki di seberang sana membuatnya kesal. Padahal hanya satu

    Huling Na-update : 2025-01-19

Pinakabagong kabanata

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 249. Kecemburuan di Waktu yang Salah

    “Berani sekali kamu!”Vivian menarik baju Raga, begitu keras sampai sebagian dari pakaian Raga sobek. “Sekarang aku sangat ingin melenyapkanmu!” Vivian menunjuk ke arah mobil yang sudah disabotase sebelumnya. Dia menyuruh orang-orangnya mendekat. “Masukkan mereka semua ke mobil!” Para pengawal itu mendorong Amira dan teman-temannya kasar. Mereka semua hampir dijejalkan masuk ke dalam mobil. Namun, tiba-tiba saja Vivian berubah pikiran. “Bawa bocah lelaki itu kemari,” ucapnya seraya memberikan perintah. “Sepertinya mati dengan tenang akan terlalu membahagiakan untuknya. Apalagi bersama dengan orang yang dia sukai.” Salah satu pengawal membawa Raga mendekat pada Vivian.“Kamu di sini saja. Kita liat bagaimana teman-teman dan pacarmu mati dari sini.”Vivian menyimpan dendam. Dia tertawa puas saat mendengar teriakan kemarahan dari Raga. Beberapa pengawal bergerak. Mereka memegangi Raga, mengunci pergerakannya. Vivian tertawa lagi. Dia menatap puas ke arah Raga yang sedang menatapn

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 248. Langkah Menuju Neraka

    “Gue percaya sama lo,” sahut Amira.Dia mengangguk lalu melingkarkan lengannya, memeluk Raga. “Kebetulan, gue juga udah enggak bisa bergerak lagi,” sambungnya. Amira bersandar pada lengan Raga. Kepalanya mulai terasa sakit. Di tengah nyeri yang melanda, Amira malah mendapatkan sepotong bayangan masa depan. “Enggak,” ucap Amira lirih. Apa yang dia lihat bukanlah hal yang dia inginkan. Itu masa depan yang buruk, sangat sangat buruk. “Amira?” Raga terkejut saat Amira memaksa untuk berdiri. Kedua kaki Amira memang tampak goyah, tapi perlahan dia bisa berdiri tegak. “Raga,” panggil Amira. Dia meminta pacarnya itu mendekat. “Kita akan diikat dan dimasukkan ke dalam mobil yang berjalan ke jurang,” bisiknya. Vivian, wanita gila itu, akan melakukan hal yang sama seperti apa yang dia lakukan pada Amira sebelum ini. Amira bisa mendengar jerit ketakutan Michelle, juga teriakan Dina. Semuanya terasa sangat nyata. “Enggak bakal terjadi,” jawab Raga. Amira merasakan genggaman Raga di tan

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 247. Kobaran yang Membakar

    “Pukul lebih keras!” Raga berteriak kesal.Entah kenapa kaca mobil itu seperti terbuat dari bahan anti peluru. Sulit sekali untuk dihancurkan. “Tunggu! Biar gue bantuin juga!” Evan akhirnya menemukan sebuah batu besar. Dia hendak berputar ke tempat Raga dan Alex berdiri, tapi langkahnya malah terhenti. “Lo siapa?” Di depannya, berdiri seorang pria. Evan meloncat mundur. Otaknya mengirimkan sinyal bahaya. “Raga! Ada orang lain di sini!” Teriak Evan tanpa ragu. Evan tak mau mengambil resiko untuk menunda. Firasatnya mengatakan jika orang itu berbahaya. “Lo cerewet juga rupanya. Sama kayak temen cewek lo itu,” ucap pria itu. Seketika, Evan langsung teringat pada Amira. Cewek yang dimaksud oleh pria ini, pasti adalah Amira!“Lo siapa?” Evan memicing tajam. “Bilang Lo disuruh sama siapa?!”Pria itu malah tertawa keras. Dia menggeleng lalu mengangkat bahu. “Coba tebak.”Evan tidak bisa melihat dengan jelas apa yang pria itu keluarkan dari dalam sakunya. Benda kecil itu membuat Evan t

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 246. Teriakan di Tengah Kegelapan

    “Lo kenapa, deh?!” Evan berteriak tak senang. “Kalau begini kita bisa ketauan, kan!”Siapa yang tidak panik? Mereka datang bermodalkan nekat. Bantuan masih jauh di belakang. Evan jelas tak bisa terus duduk tenang. “Amira dalam bahaya! Kita dalam bahaya!” Raga membalas teriakan Evan dengan teriakan lain yang lebih keras. “Lo enggak sadar jalan yang dari tadi kita lewatin?!”Raga menunjukkan fakta kepada Evan. Dia meminta temannya itu mengingat-ingat.“Apaan?!” Evan bertanya bingung.“Kita dari tadi cuma lewatin jalan naik, turun. Jalannya jelek! Gelap!”Evan tersentak sesaat kemudian. Dia sepertinya mulai menyadari apa yang Raga maksud. “Kita di hutan? Gunung? Atau mungkin … dekat jurang?”Gantian, Evan yang berteriak panik. Ia memukul kursi kemudi, menyerukan hal yang sama seperti Raga. “Cepat! Amira dalam bahaya!”Alex menekan pedal gas tanpa ragu. Dengan bantuan lampu depan yang menyala, dia bisa menyetir lebih baik. Mobil Amira terlihat jelas. Kakinya semakin keras menginjak p

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 245. Tak Akan Lolos

    “Ken!” Heri berteriak keras.Dalam sekejap, asisten pribadinya datang mendekat. Heri terduduk di kursi. Dia jelas lelah. Terbakarnya kantor sungguh bukan masalah kecil.“Bagaimana apinya? Apa sudah padam sempurna?” Ken mengangguk. “Petugas pemadam sudah berhasil memadamkan api. Mereka sedang memeriksa sumber kebakaran saat ini.”Heri menghela lelah. Dia juga ingin ikut mencari tahu apa yang terjadi, tapi dia tidak memiliki waktu untuk itu. “Bagaimana keadaan Gavin dan Andini?” Tanya Heri. Dia tak sepenuhnya jujur pada Raga. Gavin dan Andini, orang tua Raga, tidak mengalami luka bakar atau apa, mereka hanya menjadi korban kepanikan. “Keduanya baik, Tuan. Tuan Gavin dan Nyonya Andini sedang diperiksa dokter.”Heri mengangguk mengerti. Baru saja Heri hendak bicara, tapi Ken lebih dulu membuka suara.“Tuan juga sebaiknya diperiksa. Dokter sudah menunggu.”Ken sedikit memaksa. Dia memang terlihat mengkhawatirkan keadaan Heri. Heri akhirnya mengiyakan. Dia juga merasa sesak sejak tadi

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 244. Tiket Pemberhentian Terakhir

    “Aduh ….” Amira meringis. Dia akhirnya tersadar. Amira tak ingat kapan dia pingsan. Hanya ada sebagian memori yang terekam di otaknya. Bagian saat Vivian datang dan Leon menjualnya. Lalu ketika kedua orang itu berbincang, Amira sepertinya mulai kehilangan kesadaran.“Lo udah bangun?” Suara di sebelahnya membuat Amira tersadar. Dia tidak sendirian. Bahkan, Amira sedang berada di dalam mobil dengan tubuh terikat.“Siapa? Kenapa gue ada di sini?” Tanya Amira. Pria di samping Amira itu hanya tertawa. Dia melirik ke arah Amira sambil mengedip genit. “Sayang sekali. Gue enggak dibayar lebih buat jawab pertanyaan lo itu.” Amira memicing. Dia menoleh, memeriksa keadaan sekitar. Di dalam mobil itu, ternyata hanya ada mereka berdua. “Kita mau ke mana?” Amira bertanya bingung. Dia tidak mengerti. Bukankah Leon sudah menjualnya? Lantas, kenapa dirinya ditinggalkan? Kenapa wanita yang bernama Vivian itu tidak membawanya?“Bukan kita, tapi lo.” Pria itu tersenyum. “Lo aja.”Wajahnya tampan,

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 243. Api dalam Gelap

    “Masih lurus terus?” Sinar dari layar ponsel memantul di wajah Raga yang tegang. Dalam keheningan malam, hanya deru mesin mobil dan napasnya yang terdengar. Evan duduk di sampingnya, memelototi peta digital yang terus bergeser. Sinyal dari ponsel Amira—lemah dan tidak stabil—masih muncul secara berkala.“Sejauh apa Amira dibawa?” gumam Evan, memijat pelipisnya. “Ikutin aja!” Raga terus memberikan perintah. Alex yang menyetir pun hanya bisa menurut. Dia terus menyusuri jalan tanpa banyak bertanya. Jalan di depan mereka makin sempit, gelap, dan berbatu. Bahkan mobil pun mulai melambat karena tidak ada penerangan sama sekali. Hanya lampu depan yang menerobos kabut tipis di udara.“Di belakang aman?” Tanya Evan, mulai khawatir jika mereka sampai terpisah. Di belakang mereka, ada mobil Reynald. Di mobil itu, Febby, Michelle, Dika, dan Dina ikut serta. “Ada,” sahut Raga setelah menoleh sekilas. Mereka hanya bisa menyusul Amira tanpa bantuan. Amira menghilang begitu cepat. Dika dan

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 242. Bonus Terbaik

    “Buka matamu!” Teriakan Leon menggema di dalam ruang kumuh itu. Amira terpaksa membuka mata, meski tubuhnya sudah mati rasa. “Kamu pikir ini sudah selesai?” Leon tertawa nyaring. “Ini baru dimulai, Amira.”Amira terkejut saat Leon mengangkat tinggi handphone kecil yang Amira sembunyikan. “Kenapa kaget?” Tanya Leon dengan seringai di wajah. “Kamu pikir aku tidak tahu rencanamu?”Leon terkekeh sebentar. Pria itu terlihat sangat menikmati kengerian di wajah Amira. “Kalian sungguh bocah-bocah yang sombong,” ujar Leon, sinis. “Jangan mengira diri kalian pintar. Aku sudah menangani kasus seperti sejak bertahun-tahun yang lalu.”Leon berjalan di depan Amira. Sesekali dia menatap Amira sinis. Terkadang dia tiba-tiba memberikan tendangan–sesuai mood saja. “Kamu tahu pekerjaan apa yang aku urus di keluarga Wijaya, Amira?” Leon mengangguk, seolah membenarkan tebakan yang belum terucap.“Aku mengurus banyak pekerjaan, termasuk yang kotor seperti ini.” Amira tersentak saat wajah Leon tiba-

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 241. Bayaran dari Dendam

    “Kita … mau ke mana?” Amira bertanya dengan suara cemas. Hari semakin gelap, tapi mobil yang Amira naiki dengan Leon belum juga berhenti. Mereka sudah begitu jauh berkendara. “Kenapa jalannya tidak rata? Apa kita ke hutan?” Amira terus bertanya, membuat Leon berteriak kesal. “Diamlah! Atau aku lempar kau ke jurang di luar sana!” Teriakan Leon membuat Amira terdiam. Dia memilih untuk tidak bicara sampai emosi Leon mereda. Sepertinya, Amira sudah memberikan cukup petunjuk lewat panggilan yang terhubung dengan Raga. Mobil terus berjalan sampai akhirnya berhenti perlahan. Leon memarkir mobil dan keluar lebih dulu. “Turun!” Teriak pria itu, tidak sabaran. Leon menarik Amira cepat. Ia membuat Amira terhuyung sampai akhirnya terjerembab di atas tanah yang keras. “Duh, menyusahkan!” Leon terpaksa membantu Amira. Amira kesulitan berdiri sendiri dengan tangan yang sudah terikat ke belakang. “Astaga, kenapa kamu rapuh sekali!” Leon mengomel saat melihat hidung Amira yang mengeluarkan d

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status