Dean menarik napas panjang. Sungguh ia bersyukur bahwa dirinya sangat normal.Agni memiringkan kepala tanpa tahu apa yang tengah dilamunkan Dean sebelumnya.Ia pun bertanya. “Apa emang bener-bener harus nunggu tanda khusus dulu, lu baru bisa nikahin Moony secara raga? Selain nungguin bang Einhard lepasin Moony secara hukum.”Dean mengangguk lemah. “Ya, Agni.”“Pertama, saya harus menunggu bonding sempurna kami.”“Kedua, menunggu tanda berikutnya, saya baru bisa melakukan itu. Itulah pesan dari kakek Aliya.”“Bisa saja, saya mengabaikannya. Namun, itu akan kembali lagi pada Aliya sendiri. Akan ada dampak untuk kami, terutama untuk Aliya.”Agni mengatupkan bibirnya. “Sabar Om. Gua ngerti perasaan lu.”“Tapi kan lu masih bisa mesra-mesraan sama Moony di dunia sukma kalian,” Agni menghela napas.‘Ah, ya benar…’ Dean terdiam
Aliya menunduk dengan sebuah senyuman kecil samar terukir di bibirnya yang sedikit pucat.Meski tanpa penjelasan gamblang dari Dean, Aliya bisa merasakan perhatian yang dalam dari suami sukmanya itu.Kepalanya lalu terangkat dan menoleh ke arah Dean. Cukup lama ia pandangi dari samping, wajah Dean yang sedang mengemudi.Wajah tampan yang selalu tampak tenang dan memiliki kesabaran yang super itu, kini bisa dilihatnya dari jarak sedekat ini, sepuasnya.Bagaimana Aliya tidak menyebutnya ‘Super Sabar’?Tiga tahun sudah ternyata mereka terikat pernikahan, meski secara sukma, dan Aliya baru mengetahui bahwa ia menjadi isteri Dean beberapa minggu lalu.Selama ini Dean telah menunggunya membuka diri kembali, dengan sabar.Di saat Aliya menghilangkan semua memori tentang dunia elemen dan membenci Elang serta semua teman-teman elemennya, Dean mungkin terus mendoakan dirinya.Aliya seharusnya merasa sangat bersyukur, selama ini selalu dikelilingi oleh orang-orang yang tulus mendukung, melindungi
Sabtu, 17 Desember 202219.17 WIBAliya berdiri kaku di depan Dean.Saat itu hujan rintik di luar. Aliya mendatangi basecamp baru yang telah berpindah dari Suntenjaya ke Cikahuripan.Tanpa pengawalan.Bahkan Iyad yang saat itu bertugas mengawal Aliya pun, tak tampak batang hidungnya di belakang Aliya.Di ruang tamu itu, Aliya berdiri berhadapan dengan Dean yang terkejut dengan kedatangan tiba-tiba Aliya.Sepertinya tanpa sadar, Aliya berhasil membuat dirinya tidak terdeteksi.“Al….” Dean memanggil Aliya yang masih berdiri terpaku menatap dirinya dengan sorot mata yang aneh, tak terjabarkan.Terdengar suara derap kaki dari teras menuju ke dalam rumah. Itu Iyad. Dia terengah-engah.“Kang! Aliya hila--” Kalimatnya terputus begitu melihat Aliya yang tengah berdiri di ruang tamu rumah itu.“Loh… kenapa Aliya bisa di…sini?” Iyad menatap bingung pada Agung yang tengah di ruang itu juga.Agung menggelengkan kepala dan menggedikkan bahunya. Tapi saat Iyad hendak membuka mulutnya lagi, Agung me
Aliya memberanikan diri menaikkan tatapannya ke arah mata Dean. Ia kini sungguh dapat melihat ketulusan itu di sana.Tidak ia dapati sama sekali pandangan Dean yang marah atau jijik padanya.Meskipun Dean telah membaca tulisan Aliya yang tidak secara detail ia tuangkan saat di basecamp Suntenjaya, tapi ia yakin Dean bisa mendapatkan gambaran keseluruhannya.Aliya bahkan merasa, saat proses healing terakhir kali yang mengharuskan Aliya membuka jalur untuk Dean masuk padanya agar proses healing terjalin sempurna, ia merasakan sempat ada hentakan kekagetan dari energi Dean.Lalu sore tadi-lah, Aliya tersadar, bahwa ia berkemungkinan telah terdeteksi oleh Dean.Entah itu segala yang Aliya lihat, segala yang Aliya dengar atau bahkan segala yang ia rasakan pada hari ia di Kazan dan di tempat Elang, Dean mungkin telah mengetahuinya detik itu.Meski Aliya berpikir, itu sedikit tidak mungkin saat ini, tapi bukan hal yang mustahil juga jika Dean bisa melakukan itu. Bahwa Dean menembus ingatan d
Foto Aliya dalam gambaran hitam putih.Aliya duduk di atas sebuah ranjang, seperti tak berbusana, hanya selembar kain yang menutup bagian depan dan paha atasnya.[I bet she didn’t tell you all about that day in my place, rite?] (Saya berani bertaruh, dia tidak menceritakan semuanya yang terjadi di hari itu padamu, kan?)[Would you like a bonus?] (Apa kau ingin sebuah bonus?)[I could tell you her favourite poses in making love] (Saya bisa memberitahukanmu pose-pose favoritnya dalam bercinta)Rahang Dean terkatup rapat. Ia menarik napas dalam dan menghembuskannya dengan berat.[Tell me, Dean. How does it feel to be a neglected hubbie?] (Katakan Dean. Bagaimana rasanya menjadi suami yang diabaikan?)Dean menutup halaman status. Jemarinya menggeser kembali, membuka chat dengan Diani.Ada beberapa pesan dari Diani yang belum terbaca olehnya.[Pada saat kapan Elang bisa mendengar Aliya?]Dean mengetikkan balasann
Sabtu, 17 Desember 202221.31 WIB, Cikahuripan.Dean menghentikan Navara hitam yang ia kemudikan untuk mengantar Aliya pulang, setelah kejadian Aliya yang tiba-tiba datang ke basecamp mereka dan menangis histeris.Tubuh jangkungnya muncul menjejak rumput halaman depan basecamp Cikahuripan, setelah ia menutup pintu mobil dengan cepat. Langkahnya lebar menuju pintu depan dan bergegas masuk.Orang pertama yang ia cari adalah Nawidi.Dean menghampiri Nawidi yang sebelumnya tengah mengeluarkan beberapa barang dari dalam kardus namun telah menghentikan kegiatannya begitu terdengar suara langkah kaki Dean mendekat.“Nawidi.”“Dean,” Nawidi bangun dari posisi berjongkoknya. Ia lalu mengikuti langkah Dean menuju teras belakang rumah bergaya modern itu namun tak kalah luas dari basecamp mereka yang sebelumnya.Terkadang bagi mereka, para elemen, tak perlu mengucapkan banyak kalimat secara nyata, untuk mengetahui m
“Benar,” sahut Nawidi.“Hal yang merisaukan saya adalah Aliya, Agni dan Agung.”Nawidi mengangguk. “Ya. Ketika Aliya tidak bisa lagi ia pengaruhi, Einhard akan menggunakan Agni atau Agung untuk mengacaukan situasi dan mengganggu Anda.”“Saya akan kunci akses Agni dan anak-anak lain pada kontak Aliya, agar mereka tidak bisa membaca jika Elang mengirim pesannya lagi di status Aliya. Namun Aliya harus betul-betul terpantau olehmu.”“Saya paham. Saya akan pastikan itu.”Dean terdiam sejenak. Ia lalu menoleh pada Nawidi. “Satu hal lagi, saya akhirnya menggunakan privilege saya pada Guru. Saya akan meminta sebagian pengawal Guru untuk berjaga di tempat Aliya.”“Apakah yang Anda maksud adalah pengawal dari bangsa jin?”“Ya,” jawab Dean mengangguk pelan.Guru yang dimaksud Dean adalah kakek dari Aliya, yang menurunkan elemen anginnya pada De
Minggu, 25 Desember 2022Rumah Aliya.Aliya menghela napas khawatir. Ia dalam kebingungan. Karena sehari sejak Dean melanjutkan gemblengannya, ponsel Diani sama sekali tidak bisa ia hubungi.Sudah Aliya coba mencari nomor kontak lama kakak Diani, namun tidak aktif juga.Aliya bahkan menghubungi teman lamanya yang masih tersimpan nomor kontaknya. Namun teman lamanya itu pun tidak berhasil menghubungi Diani, karena tidak ada nomor lain yang ia miliki.Seminggu sudah, Aliya tidak mendapatkan kabar apapun dari Diani. Yang lebih membuat Aliya merasa panik, saat ia mencoba menghubungi Nawidi, nomor Nawidi pun tidak aktif.Namun Aliya berpikir bahwa Nawidi dan teman-teman lain tengah sibuk, apalagi karena Dean pun masih dalam masa sekolahnya.Meskipun Aliya sempat merasa aneh, mengapa Dean tak kunjung menyelesaikan sisa masa gemblengannya, namun Aliya tidak terlalu merasa khawatir, karena mempercayai Nawidi dan teman-teman lainnya yang menja