Sabtu, 17 Desember 202219.17 WIBAliya berdiri kaku di depan Dean.Saat itu hujan rintik di luar. Aliya mendatangi basecamp baru yang telah berpindah dari Suntenjaya ke Cikahuripan.Tanpa pengawalan.Bahkan Iyad yang saat itu bertugas mengawal Aliya pun, tak tampak batang hidungnya di belakang Aliya.Di ruang tamu itu, Aliya berdiri berhadapan dengan Dean yang terkejut dengan kedatangan tiba-tiba Aliya.Sepertinya tanpa sadar, Aliya berhasil membuat dirinya tidak terdeteksi.“Al….” Dean memanggil Aliya yang masih berdiri terpaku menatap dirinya dengan sorot mata yang aneh, tak terjabarkan.Terdengar suara derap kaki dari teras menuju ke dalam rumah. Itu Iyad. Dia terengah-engah.“Kang! Aliya hila--” Kalimatnya terputus begitu melihat Aliya yang tengah berdiri di ruang tamu rumah itu.“Loh… kenapa Aliya bisa di…sini?” Iyad menatap bingung pada Agung yang tengah di ruang itu juga.Agung menggelengkan kepala dan menggedikkan bahunya. Tapi saat Iyad hendak membuka mulutnya lagi, Agung me
Aliya memberanikan diri menaikkan tatapannya ke arah mata Dean. Ia kini sungguh dapat melihat ketulusan itu di sana.Tidak ia dapati sama sekali pandangan Dean yang marah atau jijik padanya.Meskipun Dean telah membaca tulisan Aliya yang tidak secara detail ia tuangkan saat di basecamp Suntenjaya, tapi ia yakin Dean bisa mendapatkan gambaran keseluruhannya.Aliya bahkan merasa, saat proses healing terakhir kali yang mengharuskan Aliya membuka jalur untuk Dean masuk padanya agar proses healing terjalin sempurna, ia merasakan sempat ada hentakan kekagetan dari energi Dean.Lalu sore tadi-lah, Aliya tersadar, bahwa ia berkemungkinan telah terdeteksi oleh Dean.Entah itu segala yang Aliya lihat, segala yang Aliya dengar atau bahkan segala yang ia rasakan pada hari ia di Kazan dan di tempat Elang, Dean mungkin telah mengetahuinya detik itu.Meski Aliya berpikir, itu sedikit tidak mungkin saat ini, tapi bukan hal yang mustahil juga jika Dean bisa melakukan itu. Bahwa Dean menembus ingatan d
Foto Aliya dalam gambaran hitam putih.Aliya duduk di atas sebuah ranjang, seperti tak berbusana, hanya selembar kain yang menutup bagian depan dan paha atasnya.[I bet she didn’t tell you all about that day in my place, rite?] (Saya berani bertaruh, dia tidak menceritakan semuanya yang terjadi di hari itu padamu, kan?)[Would you like a bonus?] (Apa kau ingin sebuah bonus?)[I could tell you her favourite poses in making love] (Saya bisa memberitahukanmu pose-pose favoritnya dalam bercinta)Rahang Dean terkatup rapat. Ia menarik napas dalam dan menghembuskannya dengan berat.[Tell me, Dean. How does it feel to be a neglected hubbie?] (Katakan Dean. Bagaimana rasanya menjadi suami yang diabaikan?)Dean menutup halaman status. Jemarinya menggeser kembali, membuka chat dengan Diani.Ada beberapa pesan dari Diani yang belum terbaca olehnya.[Pada saat kapan Elang bisa mendengar Aliya?]Dean mengetikkan balasann
Sabtu, 17 Desember 202221.31 WIB, Cikahuripan.Dean menghentikan Navara hitam yang ia kemudikan untuk mengantar Aliya pulang, setelah kejadian Aliya yang tiba-tiba datang ke basecamp mereka dan menangis histeris.Tubuh jangkungnya muncul menjejak rumput halaman depan basecamp Cikahuripan, setelah ia menutup pintu mobil dengan cepat. Langkahnya lebar menuju pintu depan dan bergegas masuk.Orang pertama yang ia cari adalah Nawidi.Dean menghampiri Nawidi yang sebelumnya tengah mengeluarkan beberapa barang dari dalam kardus namun telah menghentikan kegiatannya begitu terdengar suara langkah kaki Dean mendekat.“Nawidi.”“Dean,” Nawidi bangun dari posisi berjongkoknya. Ia lalu mengikuti langkah Dean menuju teras belakang rumah bergaya modern itu namun tak kalah luas dari basecamp mereka yang sebelumnya.Terkadang bagi mereka, para elemen, tak perlu mengucapkan banyak kalimat secara nyata, untuk mengetahui m
“Benar,” sahut Nawidi.“Hal yang merisaukan saya adalah Aliya, Agni dan Agung.”Nawidi mengangguk. “Ya. Ketika Aliya tidak bisa lagi ia pengaruhi, Einhard akan menggunakan Agni atau Agung untuk mengacaukan situasi dan mengganggu Anda.”“Saya akan kunci akses Agni dan anak-anak lain pada kontak Aliya, agar mereka tidak bisa membaca jika Elang mengirim pesannya lagi di status Aliya. Namun Aliya harus betul-betul terpantau olehmu.”“Saya paham. Saya akan pastikan itu.”Dean terdiam sejenak. Ia lalu menoleh pada Nawidi. “Satu hal lagi, saya akhirnya menggunakan privilege saya pada Guru. Saya akan meminta sebagian pengawal Guru untuk berjaga di tempat Aliya.”“Apakah yang Anda maksud adalah pengawal dari bangsa jin?”“Ya,” jawab Dean mengangguk pelan.Guru yang dimaksud Dean adalah kakek dari Aliya, yang menurunkan elemen anginnya pada De
Minggu, 25 Desember 2022Rumah Aliya.Aliya menghela napas khawatir. Ia dalam kebingungan. Karena sehari sejak Dean melanjutkan gemblengannya, ponsel Diani sama sekali tidak bisa ia hubungi.Sudah Aliya coba mencari nomor kontak lama kakak Diani, namun tidak aktif juga.Aliya bahkan menghubungi teman lamanya yang masih tersimpan nomor kontaknya. Namun teman lamanya itu pun tidak berhasil menghubungi Diani, karena tidak ada nomor lain yang ia miliki.Seminggu sudah, Aliya tidak mendapatkan kabar apapun dari Diani. Yang lebih membuat Aliya merasa panik, saat ia mencoba menghubungi Nawidi, nomor Nawidi pun tidak aktif.Namun Aliya berpikir bahwa Nawidi dan teman-teman lain tengah sibuk, apalagi karena Dean pun masih dalam masa sekolahnya.Meskipun Aliya sempat merasa aneh, mengapa Dean tak kunjung menyelesaikan sisa masa gemblengannya, namun Aliya tidak terlalu merasa khawatir, karena mempercayai Nawidi dan teman-teman lainnya yang menja
Mata Aliya kemudian menerawang, mencoba mengingat keseluruhan kejadian pada hari itu.Aliya mengingat, bahwa Elang saat itu baru pulang dari luar negeri setelah hampir dua minggu. Saat itu Aliya tidak merasakan sesuatu hal yang aneh pada diri Elang.Namun dengan bantuan tulisan dalam fail tersebut, Aliya mengingat beberapa hal lainnya. Yaitu Elang yang memang tampak agak sedikit berbeda. Dan mengulang-ulang kalimat: ‘Jangan Tinggalkan Aku’.Saat itu Aliya tidak terlalu menganggap kalimat itu aneh. Karena seorang Elang memang sering menghujaninya dengan kalimat mesra ataupun memohon Aliya untuk selalu berada di sisinya.Satu hal yang luput dari perhatian Aliya, kalimat itu dikatakan berulang oleh Elang pada hari itu. Dan tidak ada candaan mesra seperti biasanya.Aliya menghela napas. Ia menduga, besar kemungkinan di tanggal dan tahun itu lah Elang mendapatkan nurbuat-nya.Matanya menerawang lagi, mencoba membuka lagi ingatannya te
Diani lalu bertanya, apakah Aliya membuat status baru, yang lalu dijawab Aliya dengan ‘tidak’. Diani mengerti, bahwa status-status di WA Aliya telah di protect atau dilindungi oleh Dean, sehingga apapun yang terkirim dari Elang, tidak akan terbaca oleh Aliya.Setelah cukup mengerti situasinya, Diani menunda untuk memberitahukan perihal munculnya percakapan Elang di status milik Aliya.Diani tidak ingin membuat Aliya panik lalu melakukan tindakan impulsif. Sekitar dua puluh menit kemudian, Diani melihat muncul status-status baru di nomor WA milik Aliya.[Oh hello commander….] (Oh, halo panglima…)[What's your plan now?] (Apa rencanamu sekarang?)[I suggest you,] (Aku sarankan,)[Retreat] (Mundur)[Bawa anak-anak didikmu. Though they look like they crave for eating me alive, they don’t have my interest] (Meskipun mereka tampak begitu ingin memakanku hidup-hidup, aku tidak tertarik berurusan dengan mereka)[Leave Radinka here to ensure all their safe and sound things] (Tinggalkan Radinka
Teaser untuk S3 RATU BUMI: KELAHIRAN SANG PEWARIS(Entah kapan akan dibuat S3-nya. Tapi Author ingin berikan ini sebagai ekstra saja untuk kalian. Thanks to you all!!)Seorang wanita tengah berada di depan laptop. Sebuah kacamata berbentuk persegi dengan bingkai berwarna biru bertengger di pangkal hidungnya.Terdengar suara tuts pada keyboard yang ditekan cukup keras dan cepat.“Selesai!!” seru wanita itu dengan bibir tersungging senyum yang begitu lebar.Matanya sekali lagi menatap lekat pada layar laptop miliknya. Seolah puas dengan apa yang ia baca, ia mengangguk dan tersenyum lagi.“Mantap memang. Si gue menggambarkan tokohnya begitu nyata. Cakep banget ini. Epik,” ujarnya sambil terus mengangguk-angguk kan kepala. Tiada henti ia memuji dirinya sendiri.“Mungkin karena aku pake namaku sendiri buat tokoh cewek, ini bener-bener terasa seperti kejadian nyata. Tapi kan itu emang tujuanku..”“Sepertinya aku bener-bener jenius… Beberapa potong mimpi ku, bisa kujadikan rangkaian cerita se
Suatu hari di bulan September 2023.Aliya menggeliat lalu mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia merentangkan kedua tangannya dan menguap.Kepalanya menengok ke kiri. Sisi itu kosong.Ia lalu menengadah, melihat ke arah jam dinding dalam kamar itu. 7:15.Aliya kemudian turun dari ranjang-nya. Ia kenakan sandal rumah berbahan kain dengan bordiran inisial A pada bagian tutup kakinya.Dengan langkah malas ia keluar kamar. Kepalanya berputar mencari.Hari itu, setelah ia tadi shalat subuh, ia tertidur kembali, karena semalam ia begadang menyelesaikan pekerjaannya hingga jam 2 dini hari.Kaki Aliya terus melangkah. Kini hidungnya mencium harum masakan berasal dari dapur. Ia pun mengarahkan kakinya ke arah sumber aroma tersebut.Ia terhenti di ambang pintu dapur. Bibirnya tersenyum. Matanya menatap ke depan dengan sorot penuh kasih.Tubuh jangkung dengan masih menggunakan set piyama tidur bermotif salur itu, masih asyik melakukan sesuatu di depan kompor.“Sudah bangun, rupanya…” kata pemilik
Dean menyetir mobil Jeep Cherokee Trackhawk yang terbuka dengan santai, menikmati embusan angin yang hangat di wajahnya sementara Aliya di sampingnya tampak takjub memandangi pemandangan di sekeliling mereka.Sekitar lima belas menit lalu, Aliya dan Dean tiba di Amboseli Airtrip di dalam Taman Nasional Amboseli.Taman Nasional Amboseli ini terletak di selatan Kenya, tepatnya di Kabupaten Kajiado, dekat perbatasan Kenya dengan Tanzania.Taman ini berada sekitar 240 kilometer sebelah tenggara Nairobi, ibu kota Kenya, dan terletak di bawah bayang-bayang Gunung Kilimanjaro yang megah di Tanzania, yang memberikan latar belakang yang ikonik dan terkenal di taman ini.Amboseli terkenal dengan populasi gajah besarnya, serta pemandangan sabana yang menakjubkan.Dean sengaja membawa Aliya ke tempat favorit-nya ini, untuk memberikan pengalaman baru bagi Aliya.Dengan helikopter, mereka terbang sekitar 40 menit dari helipad di atas gedung kantor cabang Starlight Corp di Nairobi menuju Kajiado. Se
Aliya paham, yang dimaksud orang Elemen Air itu adalah Elang. Namun yang tidak ia paham, mengapa ia menangkap gestur kemarahan dari sosok Syauqi? Apakah Syauqi dan Elang pernah bertemu sebelumnya?Ini belum waktunya Aliya bertanya lebih jauh tentang itu. Jadi ia kemudian hanya mengalihkan pertanyaan pada hal lain.“Bukankah yang kudengar, bahwa Realm adalah keluarga yang memang bermukim di Tanah Air. Tapi--” Ucapan Aliya terhenti.Syauqi tertawa kecil. “Anda bingung karena saya berwajah campuran di luar Indonesia?”“Ya, jujur aku bingung.” Mau tak mau Aliya pun tertawa kecil.“Nenek saya sedikit memberontak, Madam.”“Eh?”Syauqi terkekeh. “Nenek saya kabur dari Indonesia dan menikah dengan orang Jepang. Lalu ibu saya lahir dan kemudian menikah dengan orang Amerika. Lalu lahirlah saya.”Pria berwajah elok itu menjeda diri sesaat. “Saat saya berumur lima tahun, ibu saya membawa saya kembali ke kakek buyut. Tetua Realm Api dan mengembalikan saya. Kata ibu saya, itu wasiat nenek saya sebel
Aliya bersandar di sofa lounge hotel yang nyaman, menatap tenang pada makanan di depannya.Ia mencoba hidangan khas Nairobi: Nyama Choma, potongan daging panggang yang gurih dan kaya rempah, ditemani dengan kachumbari—salad segar dari tomat, bawang, dan cabai.Rasa pedas dan segar dari kachumbari melengkapi cita rasa daging yang hangat, membuat Aliya semakin larut dalam suasana santai sambil menunggu Dean yang tengah dalam rapat mendadak di ballroom hotel.Saat kunyahan terakhir, Aliya teringat percakapannya tadi dengan Matteo, yang penuh dengan dukungan.Matteo, sahabat Dean itu, mengungkapkan ketulusan hati ketika mengetahui Aliya bersama Dean."Aku sangat bahagia, Nyonya.”“Please, panggil Aliya saja, Matteo.”Matteo tersenyum sumringah. “Baiklah.. Ya.. aku benar-benar merasa bahagia.”“Aku bisa lihat itu. Sejak pertama kita bertemu, wajahmu berseri-seri terus,” Aliya tersenyum lebar.“Ini bukan tentang diriku, Nyonya. Melihatmu akhirnya bersama Dean... itu sungguh yang selama ini
Tak berapa lama limousine yang ditumpangi Dean dan Aliya tiba di satu hotel yang tampak megah.Beberapa greeter dan bellboy tampak menyambut ramah dan penuh hormat saat Aliya dan Dean yang dipimpin Matteo, memasuki area hotel.Dean terlihat sedikit menaikkan alis—tampak berpikir sesuatu, namun tetap dengan santai mengikuti langkah Matteo yang terlihat bersemangat berbicara dengan Aliya.Aliya melangkah masuk ke dalam suite mewah di Helshington Nairobi, tak dapat menahan gumaman kagum yang meluncur pelan.Matanya menyusuri setiap sudut ruangan—sebuah suite yang luas dengan desain butik berkelas, bercampur sentuhan klasik yang elegan.Dindingnya dihiasi karya seni khas Afrika, menambah sentuhan eksotis pada ruangan yang megah namun tetap hangat.Lampu-lampu gantung dari kristal menghiasi langit-langit tinggi, sementara lantai kayu yang mengilap mencerminkan pantulan cahaya lembut dari lampu yang dipasang dengan artistik.Di satu sisi, ada balkon pribadi yang menghadap ke pemandangan perb
Gedung kantor cabang Starlight Corp di Nairobi terlihat lebih sibuk dari biasanya.Para karyawan berjalan cepat, membawa berkas-berkas dan peralatan, memastikan setiap detail tertata sempurna untuk menyambut kedatangan CEO mereka, yang nyaris tidak pernah terlihat.Lobi utama yang biasanya hanya dihiasi dengan dekorasi sederhana kini terlihat sedikit berbeda. Tanaman hijau segar diletakkan di beberapa sudut, meja resepsionis dibersihkan hingga berkilau, dan tim keamanan memeriksa ulang setiap titik untuk memastikan semuanya sesuai standar.Di tengah kesibukan tersebut, Direktur cabang melangkah mendekati Matteo, manajer yang selalu tenang di tengah hiruk-pikuk persiapan ini.Dengan ragu, Direktur bertanya, "Mr. Odhiambo, apa benar tidak masalah jika kita melakukan persiapan seperti ini?"Sang Direktur masih teringat akan sikap sang CEO yang cenderung rendah hati dan tidak suka dengan seremoni berlebihan.Pernah sekali waktu saat ia pertama kali menjabat sebagai direktur cabang, ketika
Aliya duduk sendirian di dalam kabin jet pribadi Gulf Stream yang melaju anggun di atas awan menuju Kenya.Interior jet ini tampak begitu mewah dan nyaman, didesain dengan kursi kulit lembut berwarna krem yang berpadu dengan elemen kayu mahoni gelap.Cahaya matahari senja yang masuk dari jendela memberikan kilau hangat ke dalam kabin, menciptakan suasana tenang yang menyelimuti perjalanan mereka.Aliya menatap keluar jendela, melihat hamparan langit oranye keemasan yang seakan tak berujung, membiarkan pikirannya melayang.Bayangan pertama kali ia melihat pesawat ini, dengan logo Starlight Corp di badan jet, memenuhi benaknya.Kata-kata Agung kembali terngiang di kepalanya, bagaimana Dean memilih nama Starlight, terinspirasi dari panggilan kesayangan yang ia berikan padanya setelah pertama kali melihat Aliya dalam mimpi.Ketika ia iseng berselancar di dunia maya, ia mendapati bahwa Starlight Corp adalah korporasi besar yang dikagumi dunia. Selain Starlight Corp dikenal dengan kebijakan
Dean tersedak lalu terbatuk.“Prrrfffffftttttt.” Agni sukses menyemburkan nasi yang baru saja ia suapkan ke dalam mulutnya.Bi Titin menahan tawa. Ia mengacungkan jempol pada Aliya, lalu melenggang santai kembali ke dapur.Hening.Aliya melotot ke arah Agni.“Jorok, ih!” Aliya menepukkan tangannya ke beberapa nasi semburan Agni yang mampir dan bertengger di bajunya.“So-sorry Moony!” Agni bergegas bangun dan meraih beberapa lembar tissue dan menghampiri Aliya. Tangannya mengelap tangan Aliya.Saat tangan Agni akan berpindah ke bagian baju di bawah dagu Aliya, tangan Dean telah memegang tangan Agni.“Biar saya saja,” kata Dean singkat.Agni memanyunkan mulutnya. “Lu sih, Om…” Lalu kembali ke tempat duduknya dan membersihkan sisa-sisa nasi yang berhamburan di meja sambil nyengir.Dengan menggaruk kepalanya yang tak gatal, Agni mengambil piring makannya dan memutuskan segera menyingkir dari ruang makan, untuk memberi keleluasaan bagi pasangan itu.“Gue pindah ah. Ini obrolannya udah dua