Beranda / Rumah Tangga / Ratu Baru Duda Anak Satu / Bab 6 : Masa Lalu Pahit

Share

Bab 6 : Masa Lalu Pahit

Penulis: Bella Angeline
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-10 21:39:25

“Mama!”

Baru saja Inda tiba di kantor, mendadak ada seorang anak kecil memeluk kaki betis ramping miliknya. Iris mata bulatnya sungguh menggemaskan sekali. Begitu polos dan penuh sinar cahaya.

“Sasha, sini.”

Sebuah suara membuat Inda menengadahkan kepala melihat atasannya, David berjalan menghampirinya—ralat, lebih tepat kepada Sasha.

“Dia bukan Mama, Sasha.”

Anak perempuan lugu itu cemberut, semakin kuat mengeratkan pelukannya. “Mama....”

David menghela napas berat. “Maafkan anakku.”

Inda mengagguk paham lalu beralih melihat Sasha. “Mau aku peluk?”

Sasha sontak tersenyum lebar dan merentangkan kedua tangan mungilnya. Inda dengan senang hati menggendong Sasha kemudian memberikan isyarat kepada atasannya bahwa tidak apa-apa.

Inda lalu menurunkan Sasha ketika sampai di ruang David. “Sasha, kamu baik-baik di sini ya."

“Mama mau ke mana? Mama mau tinggalin Sasha lagi?” tanya Sasha menarik celana panjang kerja putih Inda. Tatapan Sasha kembali berair.

David yang melihatnya langsung menjauhkan Sasha dari Inda agar tidak mengganggu pekerjaan Inda. “Sekali lagi aku minta maaf. Sebaikanya kamu kembali ke meja kerjamu.”

“Baik, Pak,” jawab Inda sopan.

“Tunggu,” panggil David sesaat.

“Ya, Pak? Masih ada yang bisa saya bantu?”

“Siapa namamu?”

“Inda Maharjani, Pak.”

David memunggut-munggut sebentar lalu meminta Inda segera pergi sebelum Sasha merengek lagi. Namun samar-samar Inda mendengar suara tangis histeris dari belakang yang pastinya berasal dari Sasha. Dia anak yang sangat manis dan cantik. Hati Inda tidak tega mendengarnya.

Inda akhirnya berbalik ke dalam dan mengentuk pintu ruangan David.

“Mamaa! Aku mau Mama!” seru Sasha dengan air mata membendung.

Kaki Inda melangkah lebar mendekati Pak David. “Bolehkan saya izin menemaninya sementara waktu, Pak? Saya sungguh tidak tega membiarkan Sasha menangis seperti ini.”

Hening sejenak sebelum David menyetujuinya.

“Baiklah, aku akan bekerja dulu. Kamu tolong bantuin jaga Sasha untukku.”

Tangan Inda mengelus pipi lembut milik Sasha pelan, menghapus air matanya. “Jangan nangis lagi ya, nanti cantiknya hilang loh.”

Sasha lalu tersenyum manis dan mulai berceloteh panjang lebar dari teman sebangkunya yang selalu membawa bekal dari sang mama, terus berlanjut ke mama teman sekolahnya yang juga ikut jemput mereka. Sesekali Inda tanggapi dengan senyuman khasnya.

Tanpa disadari, tangan Inda bergerak mengelus perut ratanya. Jika saja ia sudah memiliki anak, umurnya pasti sudah seumuran Sasha kali ya. Pasti juga sang suami, tidak akan berselingkuh, rumah tangga mereka juga tetap harmonis. Hembusan napas keluar dari bibir tipis Inda. Semuanya hanya andai.

Perkataan Dihan yang memicu pertengkaran lagi tadi, berputar kembali dalam benak Inda. Tangan Inda mengepal. Hatinya serasa dicubit. Tega sekali pria itu meminta izinnya untuk menikahi Mega secara resmi.

Ah, sudahlah, Inda. Mau kamu memiliki anak darinya pun, belum tentu Dihan tidak akan mendua. Kata 'pasti' sudah tidak ada lagi di antara mereka. Mungkin ini justru lebih baik. Anaknya tidak perlu memiliki ayah seperti Dihan, yang mudah tergoda dengan rubah betina.

“Mama? Mama?”

Inda tersadar dari lamunan ketika Sasha menggoyang kecil lengannya. “Iya, Sahsa?”

“Sasha tadi tanya apa Mama besok bisa antar jemput Sasha ke sekolah bareng Papa?”

“Sasha, dia bukan mamamu. Seharusnya kamu panggil dia Kakak.” David datang mengusap puncuk kepala Sasha.

Sasha tidak menerima perkataan dari sang ayah. “Dia Mama Sasha, Pa. Sasha tidak akan salah, Papa bohong bilang Mama sudah pergi jauh. Bohong!”

“Sasha!” tegur David dengan nada keras.

Inda terlonjat kaget mendengar David meninggikan volum suara secara tiba-tiba.

Air mata Sasha spontan terjun begitu saja dari kelopak mata indahnya. “Papa jahat!”

Inda mencoba menahan David yang akan bersuara lagi. “Biarkan saya saja, Pak.”

Tidak sampai 30 menit dari anak perempuan itu merengek, Sasha sudah tertidur dengan tenang setelah berhasil dibujuk oleh Inda.

"Ini kah rasanya mempunyai seorang anak?" batin Inda sambil membelai rambut anak perempuan yang terpejam cantik di pelukannya. Inda bisa melihat dengan jelas wajah sang ayah yang diturunkan ke Sasha.

“Saya berterima kasih sekali, Inda. Kamu sudah menjaganya hari ini, dan tampaknya Sasha salah sangka kamu mamanya. Kamu dan istri saya sama—sama memiliki rambut panjang yang hitam legam. Sungguh, saya minta maaf atas hal itu.”

Inda menggelengkan kepala. Mendengarkan tuturan dari bosnya membuat Inda penasaran. Pasalnya, Inda tak pernah melihat bosnya dengan seorang perempuan. “Tidak apa-apa, Pak. Sasha sangat menggemaskan, saya juga jadi terhibur. Kalau boleh tahu, apa yang terjadi dengan mamanya Sasha, Pak?”

“Istri saya meninggal saat melahirkan Sasha, dan Sasha sendiri tidak pernah melihat wajah mamanya. Dia hanya mengenal mamanya dari sebuah foto yang hanya menggambarkan punggung mamanya.” David menjelaskan, sesekali pria itu menghela napas untuk menahan emosinya.

“Kenapa hanya foto punggung, Pak? Apa istri Bapak tidak sedih di alam sana kalau Sasha tidak mengenali wajah mamanya sendiri?” tanya Inda penasaran.

Entah kenapa saja, Inda merasa terdorong untuk bertanya hal yang sensitif dan pribadi itu.

David menoleh ke arah Sasha, mengelus-ngelus pelipisnya. “Itu permintaan dari istri saya. Dia tidak ingin Sasha kemudian hari terus mengingat wajahnya dan menangis. Dia juga meminta saya untuk menikah lagi supaya Sasha memiliki seorang Mama. Hanya saja saya belum niat mencari wanita yang akan mengganti posisi istri saya.”

Jawaban dari Pak David membuat hati Inda terenyuh. Sejujurnya, Inda merasa iri karena dia selalu menginginkan suami yang setia hingga akhir hidupnya. Namun, kini yang dia dapatkan justru suami yang menyakitinya, menduakannya dengan seorang wanita yang bahkan sudah mengandung.

"Da ... Inda ..." Suara dan lambaian tangan dari pria bermanik cokelat terang yang ada di hadapannya membuyarkan lamunan Inda. Tak sadar, air mata Inda menggelinang di pelupuk matanya.

“Maaf, cerita saya jadi merusak suasana. Saya tidak berniat untuk membuat Kamu menangis,” ucap David sembari menyodorkan sapu tangannya untuk menghapus air mata yang mulai membasahi pipi Inda.

"Tidak apa-apa, Pak. Saya hanya kelilipan tadi," balas Inda. Dia pun terkejut ketika mengetahui dirinya menangis. Inda tidak ingin mengakui atau bahkan menumpahkan semua masalahnya kepada bosnya sendiri.

David hanya bisa tersenyum kecil ketika mendengar jawaban dari Inda. Pria itu tahu bahwa wanita bermanik hitam di depannya hanyalah beralasan karena mereka saat ini berada di lantai 45 kantornya, tidak mungkin ada debu yang membuat wanita itu kelilipan.

"Inda, apa kamu--"

Bab terkait

  • Ratu Baru Duda Anak Satu   Bab 7 : Kebahagiaan Sasha

    "Saya permisi dulu ya, Pak. Sudah larut juga," sela Inda cepat, sebelum bosnya bertanya lebih. David menahan pergelangan tangan Inda. "Biarkan aku yang mengantarmu pulang."Wajah Inda muncul tanda tanya besar di benaknya."Ah, aku tidak ada maksud lain. Ini sebagai tanda terima kasih sudah membantuku menenangkan Sasha," jelas David.Inda berpikir sesaat, kemudian menganggukan kepala menyetujui tawaran David."Tunggu sebentar ya." David segera membereskan barangnya dan mengambil kunci mobil. Tak lupa menggendong Sasha dengan pelan, takut gadis kecilnya terbangun.Inda terdiam melihat adegan hangat itu, dan mengekor David menuju parkiran."Boleh bantu aku buka pintu belakang?" tanya David ke Inda. Inda menuruti permintaan atasannya. Kemudian David menurunkan Sasha yang masih tertidur pulas. Setelah menutup pintu, kini gantian David membuka pintu mobil untuk Inda. "Terima kasih," balas Inda tersenyum sopan.David pun menyusul masuk ke dalam mobil tersebut. Kemudian terkekeh sembari men

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-18
  • Ratu Baru Duda Anak Satu   Bab 8 : Mama Pengganti

    Inda menatap dalam manik mata David dengan tatapan kebingungan."Pak, apa anda baik-baik saja?" tanya Inda melambaikan tangannya di hadapan David.David tanpa sadar menahan tangan Inda. "Bisakah kamu menjadi mama pengganti untuk Sasha?" tanya David akhirnya.Mulut Inda melongo seakan tak percaya dengan indera pendengarannya. "Ta-tapi Pak...." "Aku tahu kamu keberatan karena kemungkinan besar sudah punya pacar atau bahkan mungkin suami. Tapi, ini hanya permintaanku sebagai seorang Ayah. Kamu cukup menjaga Sasha ketika ia membutuhkan sosok seorang mama. Paling lama aku minta 1 tahun," jelas David. Inda tampak berpikir. "Kasih saya sehari untuk mempertimbangkan ini, Pak." David memangut-mangut paham. "Baiklah. Sebelumnya aku minta maaf bila permintaanku ini terlalu mendadak."🪷🪷🪷Inda membolak-balikkan badan di kasurnya. Baru pertama kali ia merasa susah sekali untuk masuk ke alam mimpi padahal jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. "Apakah aku harus menyetujui permintaan Pak Dav

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-21
  • Ratu Baru Duda Anak Satu   Bab 9 : Keluarga Baru

    "Apa itu, Pak?" tanya Inda tanpa mengalihkan tatapannya dari Sasha. David berdeham sesaat. "Hubungan kamu dengan suamimu kurang baik ya?" Refleks Inda memalingkan wajahnya ke David dengan kaget."Semalam ketika aku mau balikin kunci aku mendengar laki-laki itu berteriak," jelas David yang menangkap raut kebingungan di muka Inda.Inda menoleh dan menunduk, memainkan jari-jari tangannya. Gugup untuk bercerita kepada David."Aku tahu ini bukan urusanku, tapi di luar ini kita bisa jadi teman kan? Dan kamu bisa langsung memanggilku nama." Mendengar hal itu, Inda berpikir sejenak sebelum menghela napas berat. "Suamiku ... dia menikah lagi." "Nikah siri tanpa sepengetahuanku. Dan wanita itu mengandung anaknya," lanjut Inda.David menganga lebar, seakan tidak bisa memercayainya. "Jadi kamu?" "Tetap istri pertama, ya cuma sebutan saja. Tak ada berpengaruh apa pun di rumah tanggaku sekarang." David bisa menangkap kekecewaan dan kesedihan di balik mata hitam pekat itu. Sungguh, ia tidak sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-23
  • Ratu Baru Duda Anak Satu   Bab 10 : Kepekaan David

    Kini Inda berdiri di depan pagar yang menjulang tinggi dengan halaman yang cukup luas menuju pintu utama.Tangan Inda sedikit bergetar untuk menekan bel rumah milik David. Gugup, itulah yang Inda rasakan."Eh, Non. Anda mencari siapa?" tanya seorang paman paruh baya yang sedang menggunting dedaunan."Em.... Saya.... Tidak apa-apa. Saya salah alamat," kata Inda akhirnya mengulas senyum tipis kemudian berbalik arah dan menghela napas gusar."Mamaaa!" teriak Sasha sambil melambaikan tangannya melalui jendela mobil.David memarkirkan mobilnya di samping Inda. Lalu Sasha buru-buru membuka pintu mobil."Sasha, hati-hati, Nak." Inda gercep menggendong Sasha berkaki pendek itu turun. "Tadi Sasha bangun dan langsung mencarimu, aku tak enak hati mengganggumu lagi, jadi aku bawa dia makan es krim," jelas David. "Kamu sendiri kenapa ada di sini?" Inda menunduk malu. "Itu ... aku—" "Mama! Mari kita masuk!" ajak Sasha menarik tangan Inda. Inda tersentak, terpaksa membiarkan Sasha membawanya ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-28
  • Ratu Baru Duda Anak Satu   Bab 11 : Selamat Tinggal Masa Lalu

    Inda langsung mundur beberapa senti ke belakang. "Ti-tidak kok. Aku sehat-sehat saja."Kening David mengkerut, tatapannya tampak khawatir. Apalagi takut karena jaga Sasha yang menyebabkan Inda sakit. "Jangan gerak, tunggu sebentar di sini." David bergegas pergi mengambil kotak P3K yang berisi cek suhu tubuh. David langsung menuntun Inda berbaring di sofa, dan memasuki alat cek suhu ke telinga Inda."Astaga, tidak us—""Diam, jangan gerak, Inda," cegat David.Inda mengedipkan mata beberapa kali. Ada rasa gugup dan terharu. Seorang atasan mengkhawatirkan kesehatan karyawannya. "David," panggil Inda pelan. "Hm?" "Terima kasih, sudah mengkhawatirkan aku." Tangan David berhenti bergerak dari menyusun kembali barang-barang ia keluarkan secara berserakan.Kemudian tatapan keduanya saling bertautan satu sama lainnya. Seakan-akan dunia milik mereka berdua."Papa?" tanya Sasha yang berhasil membangunkan keduanya untuk memutuskan kontak mata. "Mama gimana?"David lalu mengeluarkan alat ter

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-31
  • Ratu Baru Duda Anak Satu   Bab 12 : Lelah Hati

    Inda turun dari mobil secepat kilat menghampiri Sasha yang tengah meracau di dalam ruang UKS. "Sasha!" seru Inda."Anda Mama Sasha ya?" tanya petugas UKS tersebut."Iya, saya, Bu," jawab Inda tanpa berpikir lagi."Sasha demamnya tidak mau turun-turun padahal sudah kasih obat," terangnya.Inda mengangguk paham, dan segera duduk di tepi Sasha. Mengelap peluh yang terus bercucuran dari kening Sasha."Kita ke rumah sakit saja," saran David melihat kepucatan Sasha di wajahnya.Inda lalu menggendong Sasha di dekapannya. "Permisi, Bu."Inda dan David mengambil langkah lebar hingga menuju mobil David. "Kenapa panas sekali ya," gumam Inda khawatir sambil menepuk-nepuk punggung Sasha. David menginjak pedal gas dengan kecepatan di atas rata-rata hingga sampai di rumah sakit.&&&"Tenang, dia cuma salah makan sesuatu saja yang membuat dia seperti ini. Aku sudah buka resepnya nanti tebus di apotek saja," ucap dokternya.Kini Inda dan David akhirnya bisa menarik napas lega."Terima kasih, Dok,"

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-03
  • Ratu Baru Duda Anak Satu   Bab 13 : Drama di Rumah Mertua

    Inda terganggu oleh getaran-getaran heboh di tas selempangnya. Awalnya ia pikir, itu pasti Dihan yang meneleponnya. Maka Inda memutuskan untuk tidak mengangkatnya.Kedua kali, ditelpon lagi. Dengan kesal, Inda mengangkat panggilan tersebut tanpa melihat sang penelepon."Halo? Siapa?" "Inda! Ke rumah sekarang juga!" perintah Ibu Dihan kemudian menutup sambungannya. Inda mengembuskan napas frustasi dan itu menarik perhatian David. "Kenapa? Ada masalah kah?" tanya David. "Bisakah kamu menurunkan aku di sini saja?" "Tidak, Inda. Aku akan mengantarmu," kata David keukeh.Setelah Inda menyebutkan alamat rumah mertuanya. David memutar balik setir dengan perasaan tak karuan.Butuh waktu sekitaran 30 menit, Inda sudah telah sampai di tujuan. "Aku akan menunggu di sekitaran sini. Telpon aku bila perlu," ucap David sebelum Inda menutup pintu mobilnya.Inda menekan bel pintu rumah, yang ternyata sudah ditungguin oleh Yolanda, Ibu Dihan. "Permisi, Bu." Inda menyapa sopan kemudian masuk ke d

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-09
  • Ratu Baru Duda Anak Satu   Bab 14 : Berkunjung ke Kampung

    "Menjauh dariku Dihan!" ucap Inda kesal seraya memberontak."Tidak. Sudah lama kita tidak berdekatan seperti ini. Wangimu masih sama." Dihan menghirup dalam-dalam aroma vanila minta yang menjadi aroma favoritnya.Inda terkekeh kecil. "Kau kira dengan perkataanmu itu, aku bakalan luluh? Aku sudah jijik denganmu!""Jangan begitu, sayang. Kasih aku kesempatan terakhir. Aku berani bersumpah, kali ini aku akan memperbaiki hubungan kita balik seperti dulu," pinta Dihan semakin erat memeluk Inda dari belakang.Dengan geram, Inda mengigit lengan Dihan sekeras mungkin membuat pria itu mengerang kesakitan hingga melepaskan pelukannya."Astaga, Inda! Aku ini suamimu!"Inda tersenyum mengejek. "Kedepannya bukan lagi. Dan asal kau tahu Dihan! Aku bukan tidak pernah memberimu kesempatan, tapi sudah berkali-kali! Cuma kau yang tidak menghargainya." Inda lalu naik ke kamarnya dan mengunci diri di sana. Membersihkan diri sebelum akhirnya ia memutuskan untuk baring ke kasur miliknya yang sudah kosong

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-13

Bab terbaru

  • Ratu Baru Duda Anak Satu   Bab 19 : Confess Feeling

    "Inda apakah kamu marah?" tanya David sambil mencengkram pergelangan tangan wanita bersurai sepanjang dada itu. Inda belum menyahutnya. Ia kebingungan atas perasaannya sendiri. Dari arah belakang, Felicia melihat adegan ini dari dalam mobil dengan wajah tak senang. Tangannya terkepal erat menatap Inda."Dasar wanita tak tau diri, sudah bersuami saja masih menggoda pria lain," gumam Felicia kesal.Salah satunya cara ia menjauhkan Inda dari David adalah ibunya David. "Aku mau ke mansion David," perintah Felicia kepada bodyguardnya.Mobil Felicia pun melaju pergi dengan hati panas seakan terbakar.Sementara, David masih menunggu jawaban dari Inda. Sepenting itukah tanggapan Inda tentangnya? "Aku tidak marah," jawab Inda seadanya. Inda bukan tidak marah, tapi dia tidak ada hak untuk marah. Dia bukan siapa-siapa, hanya seorang karyawan rendahan saja. "Tapi wajahmu berkata lain, Inda." David memaksa. "Aku bilang tidak ada! Untuk apa aku marah, aku tidak punya hak. Kamu bebas mau berd

  • Ratu Baru Duda Anak Satu   18 : Perasaan Aneh

    Mega memilih-milih pakaian yang akan dikenakannya siang ini. Susah seharian ia di rumah saja, rasa bosan pun menyapa. Maka dia memutuskan untuk keluar mempercantik kukunya. Sebuah dentingan notifikasi terdengar dari ponsel Mega. "Ck, nanti sajalah," gumam Mega kepada dirinya sendiri, mengabaikan pesan yang mengganggu aktivitasnya.Selesai mengganti pakaiannya, ia baru melihat pesan yang dikirimkan oleh nomor asing lagi. Sebuah pesan berisi ajakan untuk bertemu. Tangan Mega terkepal kuat. Dalam hatinya mengobarkan api amarah. "Pasti Rion. Mau apa sih dia?!" keluh Mega kesal.Tanpa memedulikan isi pesan tersebut, Mega keluar dari rumah menuju ke tempat yang ditujunya dengan supir pribadi yang direkrut oleh sang suaminya, Dihan.Di belakangnya, Rion mengikuti Mega secara diam-diam. Tak lupa juga dengan penyamarannya memakai kacamata culun dan tas ransel sekolah yang besar.&&&&"David," panggil seseorang paruh baya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.David yang sedah memeriksa lapor

  • Ratu Baru Duda Anak Satu   Bab 17 : Surprise

    Senyum Inda mewarnai wajah ketika menyuapkan es krim durian kesukaannya. David yang memperhatikan tingkah Inda hari ini layaknya bocah kecil, terkekeh pelan.Setelah makan di restoran, Inda dan David memutuskan berjalan-jalan sekitar restoran di taman terdekat. "Kamu tampak senang," kata David."Sudah lama aku tidak makan ini. Eh! Ada gulali!" seru Inda dengan mata berbinar-binar. David lekas menyusul Inda di belakang seraya menggelengkan kepalanya."Mas, satu ya." Inda hendak mengeluarkan dompat dari tas, sebelum akhirnya sebuah lembaran uang seratus muncul di depannya."Kembaliannya di ambil saja," ujar David."Kamu sudah membayarkan makanan, dan membeliku es krim, David. Biarkan aku membayarmu kali ini," kata Inda merasa tak enak hati."Tidak apa-apa, harga itu kecil bagiku." "Sombong," cibir Inda sambil menjulurkan lidahnya."Sombong katamu?" ulang David kemudian menangkap badan Inda dan menggelitiknya."Aduh! Geli! Geli David! Hentikan ...," pinta Inda dengan tawa meledak."Dav

  • Ratu Baru Duda Anak Satu   Bab 16 : Apa ini termasuk kencan?

    Apakah ini termasuk Nge-date?Inda kebingungan saat tidak menemukan siapa pun di rumahnya, selain dirinya dan David.“Bu? Ayah? Indra? Di mana kalian?” Tanya Inda mencari ke dapur, taman belakang dan ruang keluarga.“Sasha pun tidak ada,” kata David. “Coba telpon?”Inda mengangguk menyetujui saran dari David. Panggilan terhubung. “Halo Kak? Ada apa?” Tanya Indra di seberang. “Dra, kalian semua pergi ke mana?” “Ah, kami lagi di luar bawa Sasha bermain. Jangan khawatir, kami akan bantuin kakak jagain Sasha. Nikmati saja waktu berduaan.” Terdengar tawa geli sebelum Indra memutuskan sambungan. “Bagaimana? Apa yang dibilangnya?” David menatap penasaran. Inda menelan ludahnya. “Me-mereka lagi bermain di luar.”David tampak berpikir. “Baiklah, apakah kita juga harus keluar? Makan bersama misalnya?” “Bo-boleh, tapi aku bersih-bersih dulu.” David mengangguk kepalanya dan juga menyusul ke kamar membersihkan diri. &&&&Inda mencari pakaian yang bagus untuk dikenakan, tapi semua tidak lagi

  • Ratu Baru Duda Anak Satu   Bab 15 : Rumah Berteduh

    Seharian ini, Inda terus menjaga sang Ayah—Rudy--di sampingnya. Meski Inda tahu ayahnya gengsi untuk menerima bantuan darinya tapi Inda tahu jelas bahwa Rudy sangat rindu padanya. “Kau pergi saja sana, kenapa masih di sini?” Entah sudah berapa kali Rudy mengatakan hal ini, bukannya Inda sakit hati atau sedih, melainkan tertawa. “Benar nih Ayah mau usir aku?” tanya Inda terkekeh geli. Inda tahu jelas sifat ayahnya satu ini. Mulut Rudy menyuruhnya pergi padahal dalam hati justru berkebalikannya.Belum sempat Rudy membalas ledekan sang anak, panggilan Jeni dari luar kamar menginterupsi keduanya. “Nak Inda, itu ada orang bilang teman kerjamu, Nak.”Dahi Inda berkerut dalam. Siapa teman kerjanya yang tahu alamat rumah kampungnya? Inda kemudian keluar dari kamar ayah menuju ruang tamu. Matanya terkuak lebar ketika melihat sosok yang tak pernah terpikirkan olehnya.Sasha berlarian langsung menghambur ke pelukan Inda. “Mamaaa! Mama liburan kok tidak bawa Sasha.”Jeni dan Rudy yang di bel

  • Ratu Baru Duda Anak Satu   Bab 14 : Berkunjung ke Kampung

    "Menjauh dariku Dihan!" ucap Inda kesal seraya memberontak."Tidak. Sudah lama kita tidak berdekatan seperti ini. Wangimu masih sama." Dihan menghirup dalam-dalam aroma vanila minta yang menjadi aroma favoritnya.Inda terkekeh kecil. "Kau kira dengan perkataanmu itu, aku bakalan luluh? Aku sudah jijik denganmu!""Jangan begitu, sayang. Kasih aku kesempatan terakhir. Aku berani bersumpah, kali ini aku akan memperbaiki hubungan kita balik seperti dulu," pinta Dihan semakin erat memeluk Inda dari belakang.Dengan geram, Inda mengigit lengan Dihan sekeras mungkin membuat pria itu mengerang kesakitan hingga melepaskan pelukannya."Astaga, Inda! Aku ini suamimu!"Inda tersenyum mengejek. "Kedepannya bukan lagi. Dan asal kau tahu Dihan! Aku bukan tidak pernah memberimu kesempatan, tapi sudah berkali-kali! Cuma kau yang tidak menghargainya." Inda lalu naik ke kamarnya dan mengunci diri di sana. Membersihkan diri sebelum akhirnya ia memutuskan untuk baring ke kasur miliknya yang sudah kosong

  • Ratu Baru Duda Anak Satu   Bab 13 : Drama di Rumah Mertua

    Inda terganggu oleh getaran-getaran heboh di tas selempangnya. Awalnya ia pikir, itu pasti Dihan yang meneleponnya. Maka Inda memutuskan untuk tidak mengangkatnya.Kedua kali, ditelpon lagi. Dengan kesal, Inda mengangkat panggilan tersebut tanpa melihat sang penelepon."Halo? Siapa?" "Inda! Ke rumah sekarang juga!" perintah Ibu Dihan kemudian menutup sambungannya. Inda mengembuskan napas frustasi dan itu menarik perhatian David. "Kenapa? Ada masalah kah?" tanya David. "Bisakah kamu menurunkan aku di sini saja?" "Tidak, Inda. Aku akan mengantarmu," kata David keukeh.Setelah Inda menyebutkan alamat rumah mertuanya. David memutar balik setir dengan perasaan tak karuan.Butuh waktu sekitaran 30 menit, Inda sudah telah sampai di tujuan. "Aku akan menunggu di sekitaran sini. Telpon aku bila perlu," ucap David sebelum Inda menutup pintu mobilnya.Inda menekan bel pintu rumah, yang ternyata sudah ditungguin oleh Yolanda, Ibu Dihan. "Permisi, Bu." Inda menyapa sopan kemudian masuk ke d

  • Ratu Baru Duda Anak Satu   Bab 12 : Lelah Hati

    Inda turun dari mobil secepat kilat menghampiri Sasha yang tengah meracau di dalam ruang UKS. "Sasha!" seru Inda."Anda Mama Sasha ya?" tanya petugas UKS tersebut."Iya, saya, Bu," jawab Inda tanpa berpikir lagi."Sasha demamnya tidak mau turun-turun padahal sudah kasih obat," terangnya.Inda mengangguk paham, dan segera duduk di tepi Sasha. Mengelap peluh yang terus bercucuran dari kening Sasha."Kita ke rumah sakit saja," saran David melihat kepucatan Sasha di wajahnya.Inda lalu menggendong Sasha di dekapannya. "Permisi, Bu."Inda dan David mengambil langkah lebar hingga menuju mobil David. "Kenapa panas sekali ya," gumam Inda khawatir sambil menepuk-nepuk punggung Sasha. David menginjak pedal gas dengan kecepatan di atas rata-rata hingga sampai di rumah sakit.&&&"Tenang, dia cuma salah makan sesuatu saja yang membuat dia seperti ini. Aku sudah buka resepnya nanti tebus di apotek saja," ucap dokternya.Kini Inda dan David akhirnya bisa menarik napas lega."Terima kasih, Dok,"

  • Ratu Baru Duda Anak Satu   Bab 11 : Selamat Tinggal Masa Lalu

    Inda langsung mundur beberapa senti ke belakang. "Ti-tidak kok. Aku sehat-sehat saja."Kening David mengkerut, tatapannya tampak khawatir. Apalagi takut karena jaga Sasha yang menyebabkan Inda sakit. "Jangan gerak, tunggu sebentar di sini." David bergegas pergi mengambil kotak P3K yang berisi cek suhu tubuh. David langsung menuntun Inda berbaring di sofa, dan memasuki alat cek suhu ke telinga Inda."Astaga, tidak us—""Diam, jangan gerak, Inda," cegat David.Inda mengedipkan mata beberapa kali. Ada rasa gugup dan terharu. Seorang atasan mengkhawatirkan kesehatan karyawannya. "David," panggil Inda pelan. "Hm?" "Terima kasih, sudah mengkhawatirkan aku." Tangan David berhenti bergerak dari menyusun kembali barang-barang ia keluarkan secara berserakan.Kemudian tatapan keduanya saling bertautan satu sama lainnya. Seakan-akan dunia milik mereka berdua."Papa?" tanya Sasha yang berhasil membangunkan keduanya untuk memutuskan kontak mata. "Mama gimana?"David lalu mengeluarkan alat ter

DMCA.com Protection Status