Hallo, ini dengan Aerina No 7 🖐️
Sebelumnya, mohon maaf, atas lambatnya Saya mengupdate chapter terbaru dari novel ini.
Terima kasih banyak juga, telah membaca novel pertama Saya yang dikerjakan dengan begitu serius.
Dikarenakan Saya lebih suka menabung draft chapter terlebih dahulu, sehingga bisa update secara gila-gilaan dalam sekalinya nge-up, jadi seringkali Saya uploadnya dalam beberapa bulan dengan tanggal yang juga gak menentu.
Karena ini adalah novel pertama dan yang utama, sebagai pusat universe untuk bakalan novel baru fiksi sejarah era abad ke-17 di kedepannya, kemungkinan … novel ini bakal memiliki banyak chapter dengan alur yang maju-mundur, dan juga masih begitu jauh dengan permasalahan akhir.
Sekali lagi, terima kasih banyak telah membacanya. Dan juga, jika kalian penasaran dengan visualisasi dari beberapa karakter dalam novel ini, … kalian bisa mengeceknya di akun F******k bernama @Kim Bunny Myeon.
Harap dimaklumi jika gambar visualisasinya tak sesuai dengan ekspektasi, karena terkadang … Saya menggambarnya saat sedang merasa bosan saja.
Sekian, dan … terima kasih lagi.
Aerina_No_7
“Hm, jadi seperti itu rupanya.”“Sungguh sangat mengkhawatirkan, jika kejadian yang mengerikan itu, … kembali terulang lagi nanti.”Baik Rosalina maupun Howard, sama-sama mendengarkan dengan baik dari awal sampai akhir, semua penjelasan yang Gloriella paparkan terkait kejadian yang terjadi di kediaman Eiren itu, … supaya mereka berdua tidak ragu-ragu dan menyalahi faktanya lagi.“Karena suamimu ditangkap oleh Raja, jadi untuk melapor dan meminta bantuan keamanan dari pihak kerajaannya saja, tidak mungkin akan dibiarkan, … benarkan?"Membalas ucapan Howard, Gloriella pun berkata, “Sebab itulah, Saya memutuskan untuk bertahan di sini, bahu membahu bersama dengan semua pekerja beserta ksatria yang ada, … untuk membela dan mempertahankan kediaman kami semua, Your Imperial Majesty.”“Yah, itu tidak
“Sir … Hisahilde, apakah Anda baik-baik saja?” tanya Fennel khawatir, begitu melihat ada keanehan dalam gelagat si pemuda pemilik mata semerah batu ruby.“Saya tidak apa-apa,” jawab Hisahilde dengan gerak tubuhnya seperti orang yang sedang menggigil kedinginan, “Mungkin?”“Young Mas— maksudku, Sir Hisahilde! Anda telah kembali!” teriak ksatria bernama Ridan, sembari menghampiri Hisahilde dengan diikuti oleh ksatria lainnya, yang telah berhasil menarik perhatian dari para pekerja kediaman Eiren ini.“Oh, ya ampun! Itu Sir Hisahilde! Sir Hisahilde telah kembali!”“Sir Hisahilde, Anda telah berhasil menemukan His Highness, bersama dengan Sir Eglantine! Saya sangat merasa bersyukur sekali.”Para pekerja rumahan dan juga para ksatria-ksatria muda, langsung memanjatkan syukur dan mengerubungi Hisahilde
“Omong-omong, Darissa. Apa kau sudah melihat Hilide? Kenapa dia tidak datang ke kamarku dan menangis tersedu-sedu karena sangat mengkhawatirkanku dari kemarin? Bukankah itu aneh? Ini baru pertama kalinya dia melakukannya.”“Oh, benar!” Darissa yang tengah duduk-duduk di atas ranjang bersama dengan Putri Rosalina itu, melihat punggung Alesya yang tengah asyik memandangi sepinya pemandangan luar bawah sana, dari balik jendela yang terkunci rapat.“Haruskah aku pergi ke bawah dan mencarinya?” tanya Darissa disusul dengan suara derit ranjang bergerak, yang memberitahukan Alesya secara tidak langsung, kalau adiknya itu sekarang telah beranjak.“Tidak, tidak perlu,” Alesya berbalik, mengambil mantel bulu pendek yang menggantung di dalam lemari, kemudian menaruhnya di bawah tulang selangka, sampai bisa menutupi bagian dada.“Aku akan mencarinya sendiri,&
“His Majesty the Emperor, telah pergi ke kamar tamu yang ada His Highness the Prince Violegrent. Jadi, beliau menyuruh kita untuk segera pergi dari sana, … supaya bisa memberi mereka waktu privasi untuk mereka berdua.”“Dengan itu, ayo kita pergi melihat Her Excellency! Katanya, ada yang bilang bahwa beliau … telah jatuh pingsan, sesaat setelah mengantar His Majesty ke kamar di mana putranya berada.”“Oh my! Kalau begitu, bagaimana keadaan Madam sekarang?”“Sir Zeind dan Sir Hisahilde, telah membantu memboyong Madam ke kamarnya. Miss Poppy juga telah membantu menggantikan pakaiannya, dengan pakaian tidur yang lebih nyaman.”“Madam bisa sampai tak sadarkan diri seperti itu, karena beliau terlalu kelelahan dan tidak tidur selama semalaman suntuk, bukan? Ditambah, … beliau juga mungkin saja masih merasa syok atas ditangkapnya Mil
Rumor kepulangan sang pangeran yang kembali dengan selamat ke ibukota, telah merebak ke penjuru wilayah kerajaan.Semuanya bermula dari desa kecil di dekat perbatasan negara, … yang berada di bawah naungan pengawasan Marquess, merambat ke pedesaan, kota kecil, dan kota-kota besar, … sampai akhirnya terdengar ke ibukota.Rumornya, memang banyak dibicarakan orang-orang. Akan tetapi, tidak terlalu dihiraukan sampai dihebohkan, seperti rumor tentangnya saat ia menghilang di tengah kompetisi perburuan, … bersama dengan gosip ditangkapnya Marquess of Eiren, akibat telah berlaku lancang dengan menodongkan pedang miliknya, ke leher sang Raja.Pulang dengan menaiki kereta kuda, Lancient dan Fennel sampai ke istana, tepat di waktu yang telah memasuki senja.Segera saja si pemuda berambut pirang itu langsung membersihkan diri dan merawat luka pada bahu yang telah mengering, juga tak lupa untuk memakai pakaian keseharian
“Halo? Masih belum tidur, kan?""…?""Kenapa kau terlihat tak merasa senang sama sekali?”Sang pangeran berambut merah, si Ruffin Cailean Edelhert itu, … melambai-lambaikan tangannya ke arah di mana muka Lancient yang tampak termenung, di mana kini di pangeran pirang itu mulai memandanginya dengan tatapan heran.“Haruskah aku merasa bahagia?” tanya balik Lancient, yang justru malah berhasil membuat Ruffin menjadi bingung sendiri.Akan tetapi, tak lama kemudian, … Ruffin mulai memecahkan keheningan kamar ini lagi, dengan cara pungah berujar, disertai menyombongkan diri.“Tentu! Harus!” tukasnya pasti, sembari mengibaskan ekor rambut merah panjang kebanggaannya, “Karena aku, Master Ruffin Cailean Edelhert, yang sangat hebat ini, … akan secara langsung mengajarimu dan juga melatihm
“Master, aku sudah menunggumu dari tadi! Kenapa kau baru datang sekarang?! Kupikir, kau akan menunda kembali bualanmu tentang melatihku.”“Ya maaf.”Ruffin yang baru saja memasuki lapangan luas tempat pelatihan pedang di dekat istana kediaman Lancient itu, tampak seperti seseorang yang sudah melakukan suatu hal buruk.“Ke mana Fennel?” tanya Lancient sembari melonggok-longgokan kepalanya, mencari keberadaan si pemuda berambut ebony yang biasanya akan selalu mengikutinya, kemanapun ia menuju.“Oh, soal itu, ….” menghampiri Lancient dengan menggantungkan kalimatnya, Ruffin mengambil satu pedang kayu yang tersedia di dekat pangeran pirang itu, dengan lengan yang telah lengkap dibalut oleh sarung tangan hitam favoritnya, “… Aku telah menyingkirkannya,” sambungnya berujar dengan enteng.“Me-menyingkirkanny
“Senjata yang terbuat dari Mana-nya sendiri, adalah keahlian istimewa untuk seseorang yang memiliki banyak Mana dan banyak kepandaian dalam hal mengendalikannya, sampai bisa memiliki Mana sihir berpangkat tinggi.”Seakan-akan telah lihai dalam hal mengendalikan Mana sihir, dengan mudah … Ruffin mengubah bentuk dari pedang bara api miliknya, menjadi bentuk senjata lain yang ia ingin tunjukkan. Seperti busur panah, tombak, pecut rantai, kapak, gada, dan trisula.Namun, senjata yang paling ia banggakan dalam memamerkannya, dan mengatakan kepada Lancient bahwa itu adalah senjata kesukaannya, … adalah sebuah celurit setinggi bahu, bermatakan dua mata senjata saling bertolak belakang, dengan ujungnya yang sangat-sangat tajam.“Tidak sebarang orang bisa melakukan sihir tingkat tinggi. Hanya orang-orang yang pemilik Mana bawaan yang melimpah banyak, atau orang pemilik sedikit energi Mana namun bisa mengon
“Oh! Syukurlah! Akhirnya kau sadar, Rui!”Ruffin mengerjapkan matanya beberapa kali.Mendengar dan melihat, juga positif memastikan kalau hanya ada Lancient saja di samping, anak laki-laki berambut merah itu berpikir, ia bebas berekspresi.“Sialan!” umpatnya, sembari mendudukkan diri dan langsung memegangi kepala. “Kepalaku serasa ingin meledak.”“Tapi ini adalah rekor baru loh,” timpal Lancient antusias, memandang master sihirnya di masa lalu dengan berbinar-binar.“Kau hanya tidak sadarkan diri selama seharian penuh saja. Tidak seperti saat kau pingsan setelah mengembalikan ingatanku.”Hm, … benarkah?Ekhem!Mendapatkan ucapan kekaguman dari si pangeran berambut pirang tersebut, tak ayal, sudut bibir Ruffin terasa gatal.Dia yang tadinya mengerahkan sebelah tangan kanan untuk memegangi kepala dan sedikit meremas rambutnya akibat merasa pusing, kini mulai beralih.Mengalihkan pergerakan jari-jemarinya tersebut, tuk mengusap poninya supaya tersisir ke belakang.“Well yeah. Siapa dulu
“….”TRP!Putri pedang kepercayaan sang Kaisar Violegrent, Alvina Desideria Kennard, berdiri beberapa langkah dari seseorang yang tengah duduk meringkuk memeluk lutut, … sembari memasang ekspresi muka yang datar.Gadis berambut biru beri itu terfokus melihat bagaimana tubuh sang putri kekaisaran yang dikejarnya, yakni saudari kembarnya orang yang ia suka, Rosalina, bergetar karena sesenggukan.Dia sedang menangis, … rupanya.“Your Royal Highness.”Alvina memanggil dengan lembut padahal.Namun, panggilannya itu justru membuat sang putri tersentak hebat.“Bolehkah Saya mendekati Anda sekarang?” Tanyanya meminta izin secara hormat, dikarenakan hubungan pertemanan mereka sudah lumaya
“Hm~!”Ah, hari yang indah.Hisahilde tak bisa berhenti tersenyum, setelah ia menang untuk pertama kalinya melawan Fennel Eglantine, pada satu minggu yang lalu.Ini adalah sebuah kebanggaan yang patut dikenang lama.Sebuah kemenangan yang ia dapat, setelah berkali-kali melawan dan tak lelah berlari keras, untuk mendapatkan kehormatan tersebut.Walaupun hanya sekali, tetap saja ini patut diapresiasi.Tak apa jika tak diapresiasi oleh orang lain.Setidaknya, ia harus mengapresiasi kerja kerasnya sendiri.Dia mengambil waktu luang untuk memanjakan tubuh.Mulai dari mandi sampai ke mengenakan pakaian rapi, memakai wewangian, dan menyisir poni rambutnya ke belakang, … semuanya ia lakukan secara mandiri.&nbs
“Miss Eiren. Anda kemari lagi hari ini?”“Tentu saja~!”“….”Aira menatap kosong gadis berambut permen kapas, yang tengah mengobrol dengan sok akrab bersama resepsionis perpustakaan di lantai dasar sana, dari lantai kedua.“Saya permisi dulu ya~!”“Ya! Nikmati waktu luang Anda dengan membaca buku yang bermanfaat!”Manik putih ivory miliknya yang seindah mutiara, menggelincir. Keduanya bergerak mengikuti langkah si penyandang nama kehormatan Eiren itu, di mana dia mulai berjalan mendekati lantai tepat di bawah Aira.“Hm, ….”Gumamannya keluar, begitu sudut matanya menangkap gambaran benda ditangan, sebuah buku bervolume tebal nan cukup berat.Ide licik dan terbilang sangat jahat pun muncul.“Ups!”Aira melemparkan buku yang barusan masih ada dalam pertanggungjawabannya itu, supaya sengaja jatuh mengikut gaya gravitasi.SRAKK!Secara cepat, kertas-kertas yang terbuka juga disapu angin lalu sampai-sampai suara bolak-baliknya terdengar jelas, mengundang Alesya tuk melongok ke atas.Dan,
BUK! BUK! BUK!“Uwahhh!”“Hm~?”Seorang pelayan peneman murid perempuan berambut merah muda, yang tengah merasa gemas karena ia memukul-mukul bantal di atas ranjang milik sendiri, tersenyum mengamati.“Miss Alesya,” panggilnya lembut, berusaha menyudahi aksi dari majikan mudanya ini dengan sebuah pertanyaan.“Apa ada yang bisa Saya bantu?”Poppy, itu adalah namanya.Pelayan muda yang usianya kurang lebih sebaya dengan sang nona yang ia layani ini, memiliki rambut berwarna merah ati.Mata hijau anggurnya yang menyorot halus, memandang sang nona secara teliti.Tidak lupa, sebuah senyuman mulai merayap dan membentuk sebuah patri.“Uhh, aku hanya ….”Ah, sungguh.Mendapati putri sulung Marquess Eiren bahagia seperti itu, di mana gadis berambut permen kapas tersebut, mulai memeluk dan menyelusupkan sebagian wajah ayunya kepada bantal yang tadi ia pukuli dengan muka terlihat begitu merah merona, … ini mendorong Poppy secara alami ikutan bahagia.“Hanya …!”Alesya melirik Poppy menggunakan e
BRUAK!“Kyahkk!”“…!”Suara gadis yang berteriak setelah terdengarnya suara sesuatu yang beradu, telah sukses memecah fokus milik seseorang.Seseorang yang lekas menolehkan kepala bersurai merah muda yang indah, namun, secara bersamaan terlihat lucu karena warnanya hampir menyerupai permen kapas, … tuk memalingkan muka pada sumber suara.Seseorang yang ….GREP!“H-huhh??”… Membelalakkan manik mata kuning keemasan, yang memantulkan bayangan sesosok remaja laki-laki berambut hitam ebony, menangkap hati-hati seorang murid perempuan berambut hijau lumut.“Ah, … Anda baik-baik saja?” Tanya remaja laki-laki yang gadis berambut permen kapas ini kenali sebagai Grand Duke muda Eglantine, Fennel, sembari melepaskan pegangan tangannya dari yang ia tolong.Suaranya terdengar halus, sangat sopan ditelinga.Tatapannya yang lembut, terpancar dari manik mata hijaunya yang menenangkan.“S-saya baik-baik saja.”Seharusnya, dia, si gadis berambut permen kapas ini, putri sulung the Honourable Marquess o
GROOO~!.“…!”“…!”“…!”Suara perut yang terdengar keroncongan, mengagetkan ketiga muda-mudi yang ada di sana.Yakni, Aira yang sempat tidak terima di dalam hatinya, kalau ia hanya menjadi obat nyamuk saja.Ruffin yang masih memiliki sisa potongan besar kue muffle di tangannya.Juga, penghasil sumber suara keroncongan itu sendiri, Alvina, ….“M-maafkan Saya atas kelancangan ini!”… Yang menutupi muka merah padamnya dengan kedua telapak tangan.“Hoo, ini menarik,” batin Aira menyeringai, tiba-tiba merasa senang.Dia sangat mengharapkan, supaya nenek yang mengaku sudah menunggu si pangeran dari Violegrent ini selama kurang lebih 70 tahun, terlepas itu benar atau tidak, … akan mengalami hal yang serupa seperti dirinya tadi.Yaitu, ….“Kamu lapar?”… Dihardik dengan kasar oleh target tantangan mereka.“Ini memang tidak sopan, tetapi, … apa kamu mau memakan punyaku sebagai pengganjal perutmu tuk sementara waktu?”"S-sungguh?"Akan tetapi, … apa?“Bolehkah Saya menerima bantuan yang berharg
“Pangeran Edelhert~!”“….”“Pangeranku~!”“….”“Your Royal Highness~!”“….”“Ruff—!”“—Hei.”Tidak tahu malu, padahal sudah diperingatkan di seminggu yang lalu, … Alvina melabrak Aira sembari menampilkan sisi sikapnya yang lain.Sikapnya yang sebenarnya, yang kasar, serampangan, dan jauh dari kata seperti sesosok nona bangsawan.“Dasar j*lang rendahan.”Berkali-kali, Aira mencoba mencari perhatian dari Ruffin, yang jelas-jelas menghindarinya dan merasa tidak nyaman atas gangguan itu.Berkali-kali juga, Alvina mengawasi dia dari kejauhan dengan tangan yang mengepal.“Kau bebal sekali, ya? Sampai-sampai tidak mau mendengarku.”SRAKK!“…!”Alvina memojokkan Aira sampai di gadis berambut hijau lumut itu terpojok menyandarkan tubuhnya pada tembok ruangan, … yang lagi-lagi sangat sepi tuk dilewati murid-murid lain sehingga membuat mereka berdua bisa bersikap leluasa.“Apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu berhenti?” Tanya Alvina dengan ekspresi wajah yang tampak bermain-main, dilihat d
“…!”Aira terenyak.Tak pernah ia bayangkan, seseorang sedingin, dan begitu pendiam seperti Putri Duke Kennard, yakni Alvina Desideria Kennard, … akan berlaku seperti itu.“Persetan kau!”Dia mengacungkan jari tengahnya tepat di depan muka.Bahkan, menambah dramatisasi supaya kesan menjengkelkan terasa begitu cetar, … anak perempuan berambut biru beri dan bermata biru es itu, menjulurkan lidahnya seperti mengejek.“A-apa yang?!”Kaget, tentu itu yang ia rasa.Bukankah selama ini, putri Duke itu sangat dikenal dengan kelakuannya yang elegan, seolah-olah memahami dan menjalankan peribahasa, “diam adalah emas”?Lalu mengapa …?“Ha, sepertinya kau terkejut ya, dengan perubahanku sekarang? Asal kau tahu, justru, sifat asliku adalah seperti ini.”“…!”“Malahan, perubahan sifatku yang drastis ini, disebabkan oleh seseorang.”SRKK!Alvina mendekatkan wajahnya ke samping Aira, dan segera memelankan suara akan kelanjutan ucapannya, memberi intonasi yang kalem namun, terasa menekan.“Seseorang y