Share

Eps. 33

Penulis: liliputputih
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-12 19:18:58

Bu Rasti baru saja selesai mencuci piring dan gelas kotor bekas makan malam. Setelah beres, ia lalu menghampiri Herga yang sedang melatih kakinya untuk kembali bisa berjalan tanpa bantuan kruk di ruang tamu. Bu Rasti tersenyum lega karena putra sulungnya itu sudah menunjukkan perubahan yang lebih baik. Dia memperhatikan Herga dari ambang pintu.

"Eh... ibuk?" Herga berhenti, menyandarkan tubuhnya di dinding.

"Gimana? Udah bisa seimbang?" Bu Rasti mendekati Herga dan duduk di sofa.

"Hhhh, lumayan sih buk. Tapi kadang masih nyeri kalau buat nahan terlalu lama."

"Ya udah istirahat dulu sini. Jangan terlalu dipaksain. Yang penting kan kamu ada usaha. Duduk sini," Bu Rasti menepuk-nepuk sofa di sebelahnya.

Herga duduk di sebelah ibunya dan menyelonjorkan kaki ke atas meja.

"Maaf ya buk, biar lurus kakinya. Hehehe,"

Bu Rasti tersenyum sembari membelai kepa

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Rasa Tanpa Batas Waktu   Eps. 34

    Suara dering ponsel membangunkan Herga yang masih tertidur pulas. Perlahan dia membuka mata, meraba-raba bufet kecil yang ada di samping tempat tidurnya untuk mengambil ponsel yang masih terus berdering nyaring. Itu bukan dering alarm, melainkan panggilan masuk."Hufffhhhh.... siapa sih pagi-pagi? Ganggu orang masih ngantuk aja," gerutunya.Setelah berhasil mendapatkan ponselnya, tanpa melihat ke arah layar, jarinya menggesek ikon warna hijau ke atas."Halooo...." sapa Herga malas."Herga."Suara itu otomatis membuat Herga membuka mata begitu sempurna. Ia hafal betul itu suara siapa. Itu adalah suara Pak Fikri. Pemilik bengkel tempat Herga mencari uang. Herga pun bangkit dan menyandarkan punggung di dinding."P-pak Fikri? Maaf pak, ada apa ya?" Herga terbata.Pak Fikri menelfon Herga dan memintanya untuk datang ke bengkel hari ini. Herga pun mengiyak

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-18
  • Rasa Tanpa Batas Waktu   Eps. 35

    "Eh, gimana kabar Herga, Vi? Dia udah lama banget lho kayaknya nggak masuk kuliah. Emang kakinya belum sembuh? Apa dia nggak kontrol ke dokter? Lo bilang tempo hari pas lo dateng ke rumah dia, dia lagi belajar jalan tanpa kruk kan?" tiba-tiba Sassy menyeletuk sekaligus memberondong pertanyaan pada Viola di saat mereka bertiga (Sassy, Viola dan Icha) sedang menikmati sarapan di kantin.Viola yang saat itu sedang menyuap sesendok nasi goreng hampir tersedak saking kagetnya. Kok tumben Sassy nanyain soal Herga sedetail itu. Ia dan Icha saling lirik. Namun sepertinya Icha sedang lebih asyik menikmati sarapannya ketimbang obrolan dan pertanyaan Sassy barusan. Jadi, dia cuek aja dan melanjutkan sarapannya. Dengan jahil dia justru mencomot krupuk di piring Viola yang langsung mendapat tampikan."Dihhh... ngrampas aja lo," gerutu Viola."Satu doang..." Icha tak menggubris dan terus melahap sekeping krupuk hasil rampasannya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-26
  • Rasa Tanpa Batas Waktu   Eps. 36

    Berita tentang Herga yang diberhentikan dari pekerjaannya di bengkel akhirnya sampai juga di telinga Bu Rasti. Herga sudah terlanjur bingung dan merasa tidak bisa untuk menyembunyikannya dari ibunya. Sedih? Tentu. Namun karena Bu Rasti juga tahu bagaimana kondisi bengkel itu sekarang, dia pun bersikap legowo. Sudah hampir satu bulan, bengkel Pak Fikri sepi tidak seperti biasanya. Hal itu dikarenakan sekitar beberapa meter tak jauh dari sana, ada bengkel baru yang lebih besar dan lebih lengkap fasilitas serta alat-alat servisnya."Ya udah lah nak. Itu berarti rejeki kamu dari bengkel Pak Fikri cuma sampai di sini," ujar Bu Rasti legowo. "Kamu nggak usah banyak pikiran. Lagipula, kuliah kamu itu kan sudah hampir akhir, jadi mungkin saja dengan begini kamu bisa lebih fokus sama kuliah kamu.""Tapi buk, kita kan butuh biaya juga untuk kehidupan sehari-hari. Bukannya aku meremehkan kemampuan ibuk. Aku cuma nggak mau ibuk terlalu capek bekerja.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-28
  • Rasa Tanpa Batas Waktu   Eps. 37

    Steffan mondar-mandir dengan gelisah di ruang kerjanya. Pikiran dan perasaannya saling berbenturan dengan apa yang kini tengah ia rasakan. Apa iya aku mulai menyukai Viola?Pertanyaan itu yang sedari semalam terus berputar di kepalanya.Sedang melamun sembari menatap keluar melalui jendela kaca besar, suara pintu yang terbuka dari luar membuatnya tersentak. Steffan memutar tubuhnya dan seketika langsung menghela nafas berat saat melihat siapa yang datang.Nessa, perempuan tersenyum manis ke arahnya sebelum kembali berjalan mendekat. Steffan melengos saat Nessa berdiri tepat di seberang meja besarnya."Hai Fan," sapa Nessa ringan. Steffan melengos membuat Nessa tersenyum kecut. Dia menyadari kesalahannya namun tidak ingin lagi berdebat. "Aku datang ke sini bukan untuk mencari gaduh kok," tuturnya.Steffan hanya merespon dengan hembusan nafas berat.Begitu juga dengan Nessa.

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-10
  • Rasa Tanpa Batas Waktu   Eps. 38

    "Kamu nggak bikin masalah sama dia kan, Ga?" cecar Bu Rasti khawatir."Enggak buk," Herga menggeleng. "Aku pertama dan terakhir ketemu sama tu orang juga malam itu aja.""Terus..... kenapa dia nyari-nyari kamu ya? Kok perasaan ibuk nggak enak sih, Ga...""Sssshhhh.... udah udah udah... ibuk tenang ya," Herga menenangkan ibunya yang terlihat menampilkan wajah cemas. "Nanti aku minta Simon, Fatih atau Denis deh buat temenin aku ketemu orang itu.""Pokoknya kamu jangan sendirian kalau ke sana."***Malamnya, Herga menghubungi teman-teman nongkrongnya untuk kapan bisa menemani ia menemui Surya. Namun sayang, baik Simon, Fatih maupun Denis tidak bisa saat itu juga. Mereka ada kesibukan masing-masing dengan keluarganya. Alhasil, malam itu Herga tidur dengan gelisah. Beberapa kali terba

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-23
  • Rasa Tanpa Batas Waktu   Eps. 39

    Tanpa pikir panjang Viola langsung meninggalkan tempat bersamaan dengan masuknya Herga ke dalam mobil mewah bersama dua orang tersebut. Perasaan Viola nggak karuan. Dia bingung dan tidak tahu harus menghubungi siapa. Dia tidak memiliki kontak orang-orang terdekat Herga. Bahkan kontak Herga pun Viola tidak punya.Kini yang terlintas di benak Viola hanyalah dia harus ke rumah Herga, menemui Bu Rasti dan menceritakan apa yang terjadi.Tak butuh waktu lama untuk sampai ke rumah Herga dengan cara mengemudi yang membabi buta. Nana yang saat Viola datang dia juga baru pulang dari sekolah dan melepas sepatu di depan pintu, kaget demi mendengar suara rem mobil yang begitu kasar.Nana sudah pulang dari Bali 2 hari yang lalu."Na... ibuk ada?" tanya Viola terburu-buru dengan wajah cemas begitu keluar dari mobil."Mungkin di dalam kak. Aku juga baru pulang sekolah. Ada apa kak?""Yuk

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-28
  • Rasa Tanpa Batas Waktu   Eps. 40

    Viola tiba di rumah dan langsung mendapat sambutan dramatis dari sang mama. Di sana juga ada Steffan. Cowok itu tidak tega meninggalkan Bu Delia di rumahnya sendiri dalam suasana kecemasan. Apalagi Pak Brian sedang tidak ada di rumah."Ya ampun Vio... sayang... kamu tu kemana aja sih seharian iniii...? Dan kenapa kamu nonaktifin ponsel kamu...??? Kamu nggak tahu kita semua di sini khawatirin kamu? Mama tadi seharian di butik nungguin kamu sama Kak Steffan, Sassy dan Icha... kemana kamuuu???" cecar Bu Delia dengan wajah cemas dan terlihat sedikit menahan jengkel. Pun begitu, perasaannya juga lega karena akhirnya putri semata wayangnya itu pulang.Viola menghela nafas panjang. Dengan wajah tak merasa berdosa, ia tersenyum sembari merengkuh bahu mamanya."Hehehe... Vio lagi pengen cari suasana baru aja mama. Yang penting kan Vio tetep balik ke rumah, dan...." Viola membentangkan tangan sekilas. "Vio baik-baik aja. Udah, mama

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-09
  • Rasa Tanpa Batas Waktu   Eps. 41

    Suara ketukan pintu kamar yang beradu bersama dengan dering alarm membangunkan Viola dari tidur malamnya yang lelap. Tidur dengan mimpi yang membuat hatinya berbunga-bunga. Semalam sebelum memejamkan mata, Viola merenung, mengingat apa yang telah ia lakukan--saat ia memeluk cowok itu di depan ibu dan adiknya tanpa rasa canggung. Berani banget ya gue semalam?"Mmmmmhhhhh...." Viola menggeliat malas di atas tempat tidur. Perlahan ia membuka mata."Vio.... bangun nak... ini sudah jam berapa? Memangnya kamu nggak berangkat kuliah?" terdengar suara Bu Delia dari luar kamar disusul ketukan pintu beberapa kali."Yaaaaa Maaaa..... aku udah bangun kok..." sahut Viola dengan suara parau khas bangun tidur.Mendengar suara putrinya, Bu Delia menjauhkan tangan dari daun pintu dan tersenyum."Mama tunggu di meja makan ya sayang!" ujar Bu Delia sebelum meninggalkan kamar Viola.Namun tak ada jawaban. Bu Delia tak ambil p

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-19

Bab terbaru

  • Rasa Tanpa Batas Waktu   Eps. 66

    Pagi itu Viola bangun dengan perasaan campur aduk. Waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi tapi matanya sudah jernih dan nggak merasakan ngantuk lagi. Ia duduk di atas tempat tidur sambil menatap layar ponsel di tangannya. Di daftar riwayat pangilan ada empat panggilan tak terjawab yang berasal dari nomor Herga. Namun hatinya kembali dibuat pias saat menghubungi nomor tersebut dan ternyata tidak aktif. Jari Viola bergulir ke aplikasi pesan singkat WhatsApp dan di sana Herga mengirimkan pesan. Viola membuka pesan itu dan membaca dalam hati. "Viola, Terimakasih untuk semua yang pernah kamu beri ke aku dan keluargaku. Tapi tetap saja itu tidak akan pernah bisa mengembalikan Ayahku untuk bisa bersama kami kembali. Aku mungkin terlalu polos dan bodoh untuk melihat seseorang yang baru kukenal tiba-tiba berbuat banyak hal baik untukku dan keluargaku. Kini aku tahu alasannya. Sekarang, mari kita sama-sama melupakan apa yang pernah terjadi, khususnya di antara kita. Anggap saja kita tidak per

  • Rasa Tanpa Batas Waktu   Eps. 65

    Sassy dan Icha cuma bisa melongo setelah mendengar semua cerita dari mulut Viola. Mereka prihatin dengan nasib Viola sekarang. Orang yang sangat ia cintai menghilang tanpa kabar bak ditelan bumi. "Gue yakin. Entah kapan itu Herga pasti bakalan hubungi gue lagi. Gue ngertiin dia kalau emang sekarang dia belum bisa ketemu sama gue atau bicara sama gue. Tapi suatu saat nanti, dia pasti bakal temui gue. Iya kan Sas, Cha...???" ucap Viola bernada sedih. Sassy dan Icha saling tatap dan sama-sama mengangguk demi menenangkan hati Viola. Meski sebenarnya mereka tak yakin itu akan terjadi. Menjadi Herga pasti sakit dengan kenyataan yang ada. Tapi kalau karena cinta, siapa yang tahu? Semoga saja harapan Viola bukan sekedar harapan. "Lo jangan ngerasa sendiri ya Vi, ada kita di sini," kata Icha mengelus pundak Viola. "Gue juga. Oh iya, kata Bi Asih lo sama sekali belum makan sejak dateng ke sini," sambung Sassy. Ia mengeluarkan sebungkus bagelen berukuran sedang dari dalam tasnya. "Lo makan i

  • Rasa Tanpa Batas Waktu   Eps. 64

    Herga dan Steffan saling berhadapan. Awalnya, mereka tampak saling diam sampai kemudian mulai berbincang beberapa hal. Beberapa kali terlihat Herga menunduk dan Steffan yang menghela napas. Bu Rasti yang khawatir memilih untuk diam di dalam mobil memperhatikan keduanya. Beberapa saat kemudian, setelah perbincangan cukup lama, tampak Herga dan Steffan saling berjabat tangan. Steffan menepuk-nepuk pundak Herga sebelum akhirnya cowok itu kembali menghampiri ibu dan adiknya di dalam taksi. Taksi berlalu meninggalkan Steffan yang masih berdiri di tempatnya. Tangannya lantas melambai seolah mengucapkan selamat tinggal saat taksi itu menghilang di tikungan. Sementara di tempat lain, yaitu di depan gerbang rumah Steffan, Sassy dan Icha hati-hati bergantian memencet bel. Setelah bunyi bel ke tiga, seorang satpam berlari tergopoh-gopoh mendekati pintu gerbang. Pria bernama Asep itu memperhatikan kedua gadis cantik di depannya dengan seksama. "Kalian siapa?" tanya Asep. "Mau cari siapa?""Ka

  • Rasa Tanpa Batas Waktu   Eps. 63

    Viola membuka matanya perlahan. Pandangannya langsung tertuju pada jam dinding di depan ranjang. Waktu menunjukkan pukul 11 siang. Baru saja ia hendak meraih ponsel dari atas nakas, telfon rumahan yang ada di atas nakas berdering. "Halo?" sapa Viola datar. Suaranya terdengar parau."Kamu udah bangun, Vi?" suara Steffan terdengar dari seberang. Viola melirik ponselnya yang ternyata masih nonaktif. "Baru aja. Ada apa kak?""Kamu kalau mau makan atau butuh sesuatu, minta tolong sama bibik ya. Atau kamu mau kakak bawain makanan dari luar?" Steffan menawarkan. "Aku nggak laper kok kak. Nanti kalau aku udah laper, aku cari makanannya sendiri."Terdengar gemuruh hembusan napas dari ujung telfon. "Ya sudah. Kalau gitu, kamu istirahat aja dulu. Nanti mungkin kakak pulang agak malem.""Iya kak. Nggak pa-pa kok.""Oke, bye..."Klik! Tanpa membalas, Viola langsung meletakkan gagang ponsel. Ia meraih ponselnya, mengaktifkan kembali dan merebahkan diri. Saat ponsel itu aktif, ada sejumlah noti

  • Rasa Tanpa Batas Waktu   Eps. 62

    Tak menunggu waktu lama, begitu Bu Delia pergi Sassy dan Icha pun menyusul di belakang. Sementara dari dalam rumahnya di lantai dua Pak Brian melihat aktifitas itu dari balik jendela. Tatapannya sendu dan sayu. "Berhenti deh Cha," pinta Sassy saat mereka sudah mendapat separuh jalan tempuh menuju rumah Steffan. Icha pun menurut. Kakinya menginjak rem dan ia menepikan mobil. "Kenapa Sas?" tanya Icha. "Mending kita jangan ke rumah Kak Steffan sekarang deh. Takutnya Viola emang lagi pengen tenangin diri. Entar malah ganggu lagi.""Tapi gue penasaran sebenernya ada apa. Apa ada hubungannya sama dia mau berangkat ke Itali? Apa.... papanya maksa Viola buat ambil study itu dan sebenernya dia nggak mau trus mereka bertengkar?" Icha menerka-nerka.Sassy menghela napas. "Lo pikir gue nggak pengen tau? Tapi kan nggak harus sekarang juga. Viola pasti hubungin kita kalau hatinya udah enakan. Jangan sampai kita kesana dan malah bikin moodnya tambah hancur deh."Icha manggut-manggut. "Ya udah de

  • Rasa Tanpa Batas Waktu   Eps. 61

    Viola menemui Steffan di rumahnya. Saat itu hanya ada Steffan di rumah karena Bu Tamara sedang berada di luar kota. Steffan tentu kaget dengan kedatangan Viola yang tiba-tiba tanpa memberitahunya terlebih dahulu. Ditambah lagi dengan keadaan Viola yang menangis dan terlihat amat sangat sedih di wajahnya. Viola yang biasanya manis dan ceria, kini terlihat layu dan sendu. Steffan meletakkan dasinya ke kursi dan menuntun Viola ke sofa di ruang tengah. "Ada apa Vi? Kamu kenapa datang kesini pagi-pagi, trus nangis kaya gini? Ada yang nyakitin kamu? Siapa yang berani sakitin kamu?" cecar Steffan. Pikirannya sudah melayang pada sosok Herga. Awas aja kalau dia berani membuat Viola menangis, batinnya. Viola semakin terisak. Ia membenamkan wajah pada kedua telapak tangan. Steffan pun memilih untuk membiarkan Viola menangis dan menunggu sampai gadis itu bisa bercerita. Steffan melirik jam dinding. Lima belas menit lagi, ia ada pertemuan dengan seorang client di kantor. Tapi biarlah, Steffan

  • Rasa Tanpa Batas Waktu   Eps. 60

    Viola hampir putus asa. Ia melempar ponselnya sembarangan dan menangis di pojok kamar. Ketukan pintu dari luar dan panggilan mamanya tidak digubris. Malam ini, sesuatu terjadi tidak terduga dan begitu cepat. Baru satu jam yang lalu ia dan Herga saling berjanji untuk setia, tapi kini keadaannya justru berlawanan. Viola merasa tak lama lagi ia akan kehilangan sosok yang sangat ia cintai itu. Paginya, Viola bangun pagi-pagi sekali. Ia mungkin hanya tidur beberapa jam saja semalam. Setelah mandi dan berganti pakaian, Viola segera bergegas meninggalkan kamar. Ia melewati ruang makan dan hanya berlalu saat melihat kedua orang tuanya duduk di sana. Pak Brian yang akan memanggil Viola, ditahan oleh Bu Delia. Viola memang tidak punya keinginan untuk sarapan bersama di rumah. Dan Bu Delia bisa mengerti hal itu. Ia juga meminta agar suaminya turut mengerti.Dengan kecepatan penuh didukung suasana jalanan yang lengang karena masih pagi, Viola membawa mobilnya ke komplek rumah Herga. Setibanya di

  • Rasa Tanpa Batas Waktu   Eps. 59

    Bu Delia dan Pak Brian berada dalam satu ruangan di rumah besar mereka. Keduanya duduk berhadapan dan masih saling diam setelah percakapan yang cukup panjang. Bu Delia yang kritis, mencecar Pak Brian dengan banyak pertanyaan tentang alasan suaminya itu mengirim Viola ke luar negeri alih-alih melanjutkan study. Ia memiliki pikiran yang sama dengan Steffan, 'kenapa semendadak itu?' dan ia yakin pasti suaminya itu menyembunyikan sesuatu. Dan ternyata benar. Setelah lelah berbicara kesana kemari, berputar-putar, Pak Brian akhirnya mengatakan hal jujur yang membuat Bu Delia sangat syok. "Jadi.... itu berarti papa selama ini......" saking kagetnya Bu Delia sampai tak bisa melanjutkan kata-katanya. Ia membungkam mulutnya sendiri."Ma.... ini udah masa lalu. Papa juga merasa berdosa tapi papa nggak punya pilihan lain saat itu," sahut Pak Brian lelah. Bu Delia membenamkan wajah di telapak tangannya sekejap. Ia tidak menyangka suaminya telah menjadi pembunuh. "Mama benar-benar nggak nyangka

  • Rasa Tanpa Batas Waktu   Eps. 58

    Bu Delia duduk merenung di salah satu kursi di sebuah restoran yang tak jauh dari kantor suaminya. Tangannya sibuk membuka-buka buku menu, namun matanya tak fokus pada deretan tulisan di dalamnya. Sesekali ia melihat keluar seperti orang penasaran. Sampai-sampai seorang waitress yang berdiri di sebelah mejanya menegur dan membuatnya gelagapan. "E... i-iya mbak, maaf.... saya... e... anu... pesen ini aja satu sama minumnya yang ini," ucapnya sembari menunjuk pilihannya di buku menu. Waitress itu mencatat pesanan Bu Delia sebelum akhirnya berlalu ke belakang. Siang ini, Bu Delia sebenarnya ingin mengajak makan siang suaminya sekaligus membicarakan tentang study ke Italia itu. Namun saat ia baru saja ingin membuka pintu ruang kerja Pak Brian, ia tak sengaja mendengar percakapan antara Steffan dan suaminya yang terdengar serius. Bu Delia lantas mengurungkan niatnya dan memilih untuk berdiri beberapa saat di luar ruangan. Bahkan saat salah satu staff Pak Brian menyapa dengan suara yang

DMCA.com Protection Status