Di depan Amelia wanita itu terus memainkan harta yang seharusnya miĺik Amelia seorang.
Tidak ada yang lebih menyakitkan ketika melihat dengan mata kepala sendiri orang yang dicintai bermesraan apalagi sampai berhubungan badan dengan wanita lain.
Begitupun yang dirasakan Amelia saat mendapati suaminya melakukan perbuatan bejat itu tetapi dibalik itu ia paham semua perbuatan itu karena dia juga melakukan hal sama yang dilakukan oleh suaminya.
Sebelum berangkat ke bandara ia menyempatkan diri untuk menikmati kopi di salah satu gerai yang ada di kota New Zeland.
Ia duduk di sudut sambil melihat kendaraan yang lalu-lalang di depan gerai itu.
Penyesalan selalu datang diakhir kesalahan itulah yang selalu dirasakan oleh Amelia, "seandainya saja aku tidak menuruti keinginan bodohnya dia, seandainya saja ...," gumamnya sambil melihat kopi yang ia pesan.
Ame
Lalu muncul pesan baru "kamu tidak perlu khawatir. Kita akan bertemu," ucap Hirsyam saat membaca pesan dari nomor misterius itu.Lalu Hirsyam menelpon nomor misterius itu lalu ia berkata "kita akan bertemu di Cafetarian 009 jalan Managaskar bentang biru barat nomor 1 jam 10 pagi,"Tut ...Tut ...Tut ...Lalu telepon itu mati."berani ... beraninya orang itu mematikan telponku!" ucap Hirsyam marah.Lalu ia memerintahkan pengawalnya bersiaga di tempat itu."ketika gue tahu siapa loe, gue akan bunuh secara perlahan," kata Hirsyam.Ia sangat marah karena ada seseorang yang berani mempermainkan dirinya saat ia seda
Mendengar itu Hirsyam lalu memerintahkan Sebastin untuk membunuh si hakim yang bertugas memeriksa dan memutus perkaranya. Sebastian melihat Hakim itu sedang menyantap sarapan pagi bersama keluarganya lalu ia berkata, "tidak lama lagi senyuman itu akan menjadi tangisan kesedihan." Tersenyum sambil memantau melalui teropong. "Pak, apakah kita eksekusi sekarang?" tanya anak buah Sebastin. "tunggu aba-aba!" kata Sebastin. Anak buah Sebastin mengawasi si Hakim itu dari kejauhan. Hakim itu terlihat bahagia dan sangat ramah kepada siapa saja. "Sekarang habisi dia!" titah Sebastin. Mendengar perintah dari Sebastin anak buahnya lansung menembak kepala si Hakim, ia menggunakan senapan laras panjang dengan pengedap suara sehingga orang-orang tidak mendengar bunyi tembakan yang mengarah ke ßi Hakim. Peluru itu menembus tubuh Hakim saat
Kediaman BimaKamar Lilac. Selama beberapa hari Lilac telah berkomunikasi sama Hirsyam. Mereka berpacaran. Walaupun seperti itu Harsyat masih menganggap bahwa Lilac hanyalah adiknya. Saat kejadian tidak mengenakkan itu yaitu saat kedua orang tua Harsyat mau bercerai, Lilac dengan setia memberikan dukungannya kepada Harsyat. Mulai saat itu Harsyat merasa bahwa Lilac di masa depan akan menjadi seorang wanita yang luar biasa dan menjadi masa depannya. "terima kasih udah mendukung aku, Lilac," ucap sendu Harsyat. "iya, Kakak. Kakak yang semangat," kata Lilac. Kemudian Ayahnya menyuruhnya untuk tidur karena ia akan sekolah besok. Setelah beberapa bulan Hirsyam di minta oleh ayahnya untuk menginap di kediamannya. Awalnya ia enggan untuk mengikuti keinginan ayahnya itu namun ia menerima karena Ibunya yang
Amelia terdiam mendengar ancaman Hirsyam. Kemudian ia memanggil pelayannya dan untuk menyajikan cemilan. "Sebastin, sajikan makanan pembuka untuk tamu yang terhormat ini," "Baik, Tuanku," ucap Sebastin sambil tersenyum. "tidak perlu. Jangan pernah kau menyentuh mereka! Kalau kau macam-macam maka tunggu saja karma akan mengenaimu." Amelia pergi tanpa pamit kepada Hirsyam. Hirsyam tersenyum mendengar ucapan Amelia. "Bukan gue yang akan mendapat nasib buruk tapi kamu!" ucapnya. Ia lalu melirik Sebastin lalu menyuruhnya menghancurkan semua perusahaan yang dikelola oleh Amelia. Amelia masuk kedalam mobilnya, saat ia menuju ke kantornya ponselnya berbunyi. "Bu, bagaimana ini? Para investor satu persatu meninggalkan perusahaan kita. Sekarang kita mengalami kerugian hampir 60 persen,"  
Kejadian itu membuat Lilac harus melakukan perawatan selama lebih 3 tahun untuk memulihkan mentalnya. Masa-masa pemulihannya, ia banyak mendapat kesulitan, hatinya merasa hancur saat reka ulang kejadian naas itu. Setiap selesai reka ulang hatinya panas, napasnya sesak dan ingin kembali ke masa lalu untuk menyelamatkan kedua orang tuanya. Lilac tak kuasa menahan tangis mengingat kondisi Ayah Ibunya yang sekarat saat itu. Tubuhnya gemetar dan bendungan yang telah lama ia tahan sedikit demi sedikit mulai goyah. Bendungan itu mulai keropos, dinding-dinding kokoh yang disebut tegar itu lambat laun mulai rapuh oleh ketidakmampuan menahan tekanan batin. Lilac berteriak, akhirnya tembok-tembok kokoh itu hancur. Telaga bening penuh kenangan itu akhirnya surut dan tertinggal hanyalah dendam. Elegi dalam ruang berduri. Luka semakin menganga hingga debu-debu kebencian muncul masuk dan mendiaminya, laksana aligator yang menyergap mang
Besok ia akan mencari dan membuntuti seorang pria yang diduga adalah otak pembunuhan dari orang tua Lilac. Hari yang di tunggu-tunggu telah tiba. Rasyid telah bersiap untuk menjalankan misinya. "kau sudah siap?" kata seorang wanita di seberang melalui alat komunikasi yang di masukkan dalan rongga telinganya. "Iya, gue siap!" Melihat dirinya di cermin. Memastikan segalanya dan menyiapkan mentalnya agar tetap tenang dalam segala situasi. Rasyid keluar dari kamarnya dan mengenakan jaket kulit warna hitam, ia sangat tampan. "Semua sudah dipersiapkan bukan?" Berjalan melewati koridor kamar hotel menuju left "Iya loe tinggal beraksi aja. Gue tunggu kabar baru dari loe ya? Dan tetap waspada!" kata Imelda. Rasyid memasuki mobil berwarna hitam bertipe inova DT 1121 D. "target telah di temukan Pak, dia berada di sebuah restoran," kata seorang operator yang memberikannya petunjuk. "Baiklah." Rasyi
Ia lalu membuang tubuhnya ke kasur. Badannya seketika tak kuat menahan tekanan yang baru saja ia rasakan."Baru sekarang saya rasa efeknya. Oh iya kalian hati-hati," kata Rasyid sambil membuang ponselnya."Iya. Kamu istirahatlah," kata Imelda.Imelda membuka cctv yang memperlihatkan kejadian sebelumnya. Ia lalu berkata "menarik! Kita berhadapan dengan musuh yang tidak biasa,"Imelda keluar dari sebuah kubus berwarna hitam tempat dia dan beberapa anak buahnya mengawasi dan memberikan petunjuk kepadaLilac melihatnya keluar dengan wajah kusut "ada apa? Tumben wajahmu kusut?"Seperti ada bongkahan besar yang menghalangi dirinya, Imelda merasa bahwa usahanya akan mengalami kendala.Tak jarang ia merasa keadaan itu menjadi rumit bila bertemu seseorang yang akan menjadi bongkahan besar dalam hidupnya.Sejenak ia termenung tenggelam dalam lamunannya, ia berfikir keras berusaha mencari cela."Imelda! Imelda!" Beberap
Namun, sayang wajah rupawannya tidak sesuai dengan hatinya yang keji.Wajah tampan itu berubah menjadi wajah memedi yang mengerikan.***Bagaskara mulai menampakkan kirana yang silap mata. Semua orang sibuk dengan tugas masing-masing.Seorang lelaki berdiri, menjinjitkan kakinya yang gemetar, melihat keadaan kediaman itu yang di lindungi oleh pagar setinggi 3 meter.Lelaki itu memeriksa sekelilingnya, tetapi tidak ada satu orang pun yang bisa dia tanya.Pria itu duduk memeluk lututnya, melihat langit lalu memerhatikan jamnya.Berharap ada seorang pegawai yang datang dan bisa meminta tolong pada dirinya.Lilac mengawasi pria itu dari cctv yang memang terpasang di luar pagar kediamannya.Bajunya lusuh dan acak-acakan. Wajahnya sedih dan matanya sembab serta tanpa menggunakan alas kaki.Imelda lalu bertanya pada Lilac, "saya usir, Nona?""jangan! Tanya ke pria itu apa yang terjadi pada dirinya dan ap