Kediaman Bima
Kamar Lilac.Selama beberapa hari Lilac telah berkomunikasi sama Hirsyam. Mereka berpacaran. Walaupun seperti itu Harsyat masih menganggap bahwa Lilac hanyalah adiknya.
Saat kejadian tidak mengenakkan itu yaitu saat kedua orang tua Harsyat mau bercerai, Lilac dengan setia memberikan dukungannya kepada Harsyat.
Mulai saat itu Harsyat merasa bahwa Lilac di masa depan akan menjadi seorang wanita yang luar biasa dan menjadi masa depannya.
"terima kasih udah mendukung aku, Lilac," ucap sendu Harsyat.
"iya, Kakak. Kakak yang semangat," kata Lilac.
Kemudian Ayahnya menyuruhnya untuk tidur karena ia akan sekolah besok.
Setelah beberapa bulan Hirsyam di minta oleh ayahnya untuk menginap di kediamannya.
Awalnya ia enggan untuk mengikuti keinginan ayahnya itu namun ia menerima karena Ibunya yang
Amelia terdiam mendengar ancaman Hirsyam. Kemudian ia memanggil pelayannya dan untuk menyajikan cemilan. "Sebastin, sajikan makanan pembuka untuk tamu yang terhormat ini," "Baik, Tuanku," ucap Sebastin sambil tersenyum. "tidak perlu. Jangan pernah kau menyentuh mereka! Kalau kau macam-macam maka tunggu saja karma akan mengenaimu." Amelia pergi tanpa pamit kepada Hirsyam. Hirsyam tersenyum mendengar ucapan Amelia. "Bukan gue yang akan mendapat nasib buruk tapi kamu!" ucapnya. Ia lalu melirik Sebastin lalu menyuruhnya menghancurkan semua perusahaan yang dikelola oleh Amelia. Amelia masuk kedalam mobilnya, saat ia menuju ke kantornya ponselnya berbunyi. "Bu, bagaimana ini? Para investor satu persatu meninggalkan perusahaan kita. Sekarang kita mengalami kerugian hampir 60 persen,"  
Kejadian itu membuat Lilac harus melakukan perawatan selama lebih 3 tahun untuk memulihkan mentalnya. Masa-masa pemulihannya, ia banyak mendapat kesulitan, hatinya merasa hancur saat reka ulang kejadian naas itu. Setiap selesai reka ulang hatinya panas, napasnya sesak dan ingin kembali ke masa lalu untuk menyelamatkan kedua orang tuanya. Lilac tak kuasa menahan tangis mengingat kondisi Ayah Ibunya yang sekarat saat itu. Tubuhnya gemetar dan bendungan yang telah lama ia tahan sedikit demi sedikit mulai goyah. Bendungan itu mulai keropos, dinding-dinding kokoh yang disebut tegar itu lambat laun mulai rapuh oleh ketidakmampuan menahan tekanan batin. Lilac berteriak, akhirnya tembok-tembok kokoh itu hancur. Telaga bening penuh kenangan itu akhirnya surut dan tertinggal hanyalah dendam. Elegi dalam ruang berduri. Luka semakin menganga hingga debu-debu kebencian muncul masuk dan mendiaminya, laksana aligator yang menyergap mang
Besok ia akan mencari dan membuntuti seorang pria yang diduga adalah otak pembunuhan dari orang tua Lilac. Hari yang di tunggu-tunggu telah tiba. Rasyid telah bersiap untuk menjalankan misinya. "kau sudah siap?" kata seorang wanita di seberang melalui alat komunikasi yang di masukkan dalan rongga telinganya. "Iya, gue siap!" Melihat dirinya di cermin. Memastikan segalanya dan menyiapkan mentalnya agar tetap tenang dalam segala situasi. Rasyid keluar dari kamarnya dan mengenakan jaket kulit warna hitam, ia sangat tampan. "Semua sudah dipersiapkan bukan?" Berjalan melewati koridor kamar hotel menuju left "Iya loe tinggal beraksi aja. Gue tunggu kabar baru dari loe ya? Dan tetap waspada!" kata Imelda. Rasyid memasuki mobil berwarna hitam bertipe inova DT 1121 D. "target telah di temukan Pak, dia berada di sebuah restoran," kata seorang operator yang memberikannya petunjuk. "Baiklah." Rasyi
Ia lalu membuang tubuhnya ke kasur. Badannya seketika tak kuat menahan tekanan yang baru saja ia rasakan."Baru sekarang saya rasa efeknya. Oh iya kalian hati-hati," kata Rasyid sambil membuang ponselnya."Iya. Kamu istirahatlah," kata Imelda.Imelda membuka cctv yang memperlihatkan kejadian sebelumnya. Ia lalu berkata "menarik! Kita berhadapan dengan musuh yang tidak biasa,"Imelda keluar dari sebuah kubus berwarna hitam tempat dia dan beberapa anak buahnya mengawasi dan memberikan petunjuk kepadaLilac melihatnya keluar dengan wajah kusut "ada apa? Tumben wajahmu kusut?"Seperti ada bongkahan besar yang menghalangi dirinya, Imelda merasa bahwa usahanya akan mengalami kendala.Tak jarang ia merasa keadaan itu menjadi rumit bila bertemu seseorang yang akan menjadi bongkahan besar dalam hidupnya.Sejenak ia termenung tenggelam dalam lamunannya, ia berfikir keras berusaha mencari cela."Imelda! Imelda!" Beberap
Namun, sayang wajah rupawannya tidak sesuai dengan hatinya yang keji.Wajah tampan itu berubah menjadi wajah memedi yang mengerikan.***Bagaskara mulai menampakkan kirana yang silap mata. Semua orang sibuk dengan tugas masing-masing.Seorang lelaki berdiri, menjinjitkan kakinya yang gemetar, melihat keadaan kediaman itu yang di lindungi oleh pagar setinggi 3 meter.Lelaki itu memeriksa sekelilingnya, tetapi tidak ada satu orang pun yang bisa dia tanya.Pria itu duduk memeluk lututnya, melihat langit lalu memerhatikan jamnya.Berharap ada seorang pegawai yang datang dan bisa meminta tolong pada dirinya.Lilac mengawasi pria itu dari cctv yang memang terpasang di luar pagar kediamannya.Bajunya lusuh dan acak-acakan. Wajahnya sedih dan matanya sembab serta tanpa menggunakan alas kaki.Imelda lalu bertanya pada Lilac, "saya usir, Nona?""jangan! Tanya ke pria itu apa yang terjadi pada dirinya dan ap
Setelah puas bercerita, Firgan Syafrag akan melakukan hal gila yang membuat dirinya bisa menang taruhan. "apa yang ingin loe lakukan?" ucap Hirsyam bingung. "kau akan tahu," kata Firgan Syafrag. "Huu! Baiklah, gue tunggu kabar gembira dari loe ya?!" kata Hirsyam. Percakapan mereka selesai malam itu. Firgan menoleh melihat jam 'sudah saatnya,' lirihnya dalam hati. Firgan membuka pintu kamarnya, melihat sekeliling lalu mengendap-ngendap berjalan menuju tempat tinggal Lilac. Sejak 3 hari yang lalu Firgan berusaha untuk akrab pada beberapa pelayan. Sampai satu di antaranya ia ajak untuk melakukan hubungan tidak senonoh. Saat itu situasi sepi dan Firgan sedang mandi. Seperti biasanya tugas seorang pelayan membersihkan dan merapikan semua kamar. Dia lalu melihat pelayan itu dari ujung kaki sampai ujung kepala lalu terbersit dipikirannya untuk melakukan hal negatif. Ia tanpa malu-malu melepas
Sebuah memo telah di bawa oleh seorang pelayan lalu di berikan kepada seorang wanita yang tengah berendam dalam kolam busa dengan perawakan tinggi semampai, bermata biru, hidung mangir, berkulit putih dan body bak gitar spanyol.Wanita itu bernama Arika Aribanako seorang desainer ternama di kota B.Tersenyum dan berkata "siapkan semua keperluan saya!" Seraya keluar dalam kolam mandi berbusa.Wanita itu berjalan tanpa sehelai kain menutupi keindahannya. Cahaya lampu yang jatuh di kulitnya membuatnya tampak mulus dan bercahaya.Semua pelayannya sibuk mempersiapkan pakaian yang akan ia kenakan.Ia bagai bidadari yang turun dari suralaya siap mengguncang hati anak adam.Satu per satu pakaiannya telah ia kenakan, dua kancing ia biarkan terbuka untuk menampakkan gundukan indah yang dapat memancing gairah panas yang menggebu-gebu.Lalu datang seorang pelayan yang bertugas untuk memoles wajah mulus nan cantiknya.Bibirnya semakin seksi
Mengambil ponsel yang sedang di charge lalu menelpon seorang kenalannya. Terdengar suara pria yang menjawab telepon itu."Hallo! Hei gimana kabar?"***Imelda sedang mengerjakan tugas dari Lilac begitupun pegawai yang lainnya. Kesibukan di hari senin sampai rabu membuat Lilac bosan di ruang kerjanya.Ia lalu berpikir untuk melanjutkan kuliahnya tapi bukan arsitek tetapi hukum di sebuah negara yang jauh dari rumahnya.Ia lalu mempersiapkan segalanya termasuk pendelegasian tugas-tugas kepada bawahannya. Ia lalu mulai menulis.Beberapa menit kemudian ia selesai "akhirnya! Tinggal beritahu yang lainnya," kemudian merapikan semua peralatan menulisnya. 'Sebentar malam aku umumin ke semua,'"Imelda tolong semua pegawai hadir di ruang aula kita akan makan bersama!" kata Lilac.Semua bawahan pertanya-tanya sama sikap Nona mereka "kenapa Nona memanggil kita s