"baiklah, gue terima tawaran elu," ucap Bima.
Saat mendengar itu Hirsyam seketika menjadi senang, seakan mendaptkan durian dan emas sekaligus.
Bima kemudian menyuruh Hisryam dan Amelia ke Hotel Mermain, mereka akan bertemu disana.
Sebelum pertemuan dengan mereka Bima dan Cesiel sudah memesan kamar dan Seciel sudah berada di kamar itu.
Jam 10 malam Bima dan Amelia berjalan berdua menuju kamar yang telah disiapkan.
"bagaimana keadaan anakmu?"
"dia baik," kata Amelia
"kenapa kamu tidak menceraikan saja suamimu? toh banyak lelaki lain yang siap menikahi. Apalagi kamu masih muda," kata Bima.
"saya mencintai Hirsyam. Dan saya hanya ingin mendukungnya walaupun saya harus mengorbankan diri saya demi keinginannya mendapatkan kekayaan,"
"Hm!"
Kemudian Bim
Di depan Amelia wanita itu terus memainkan harta yang seharusnya miĺik Amelia seorang. Tidak ada yang lebih menyakitkan ketika melihat dengan mata kepala sendiri orang yang dicintai bermesraan apalagi sampai berhubungan badan dengan wanita lain. Begitupun yang dirasakan Amelia saat mendapati suaminya melakukan perbuatan bejat itu tetapi dibalik itu ia paham semua perbuatan itu karena dia juga melakukan hal sama yang dilakukan oleh suaminya. Sebelum berangkat ke bandara ia menyempatkan diri untuk menikmati kopi di salah satu gerai yang ada di kota New Zeland. Ia duduk di sudut sambil melihat kendaraan yang lalu-lalang di depan gerai itu. Penyesalan selalu datang diakhir kesalahan itulah yang selalu dirasakan oleh Amelia, "seandainya saja aku tidak menuruti keinginan bodohnya dia, seandainya saja ...," gumamnya sambil melihat kopi yang ia pesan. Ame
Lalu muncul pesan baru "kamu tidak perlu khawatir. Kita akan bertemu," ucap Hirsyam saat membaca pesan dari nomor misterius itu.Lalu Hirsyam menelpon nomor misterius itu lalu ia berkata "kita akan bertemu di Cafetarian 009 jalan Managaskar bentang biru barat nomor 1 jam 10 pagi,"Tut ...Tut ...Tut ...Lalu telepon itu mati."berani ... beraninya orang itu mematikan telponku!" ucap Hirsyam marah.Lalu ia memerintahkan pengawalnya bersiaga di tempat itu."ketika gue tahu siapa loe, gue akan bunuh secara perlahan," kata Hirsyam.Ia sangat marah karena ada seseorang yang berani mempermainkan dirinya saat ia seda
Mendengar itu Hirsyam lalu memerintahkan Sebastin untuk membunuh si hakim yang bertugas memeriksa dan memutus perkaranya. Sebastian melihat Hakim itu sedang menyantap sarapan pagi bersama keluarganya lalu ia berkata, "tidak lama lagi senyuman itu akan menjadi tangisan kesedihan." Tersenyum sambil memantau melalui teropong. "Pak, apakah kita eksekusi sekarang?" tanya anak buah Sebastin. "tunggu aba-aba!" kata Sebastin. Anak buah Sebastin mengawasi si Hakim itu dari kejauhan. Hakim itu terlihat bahagia dan sangat ramah kepada siapa saja. "Sekarang habisi dia!" titah Sebastin. Mendengar perintah dari Sebastin anak buahnya lansung menembak kepala si Hakim, ia menggunakan senapan laras panjang dengan pengedap suara sehingga orang-orang tidak mendengar bunyi tembakan yang mengarah ke ßi Hakim. Peluru itu menembus tubuh Hakim saat
Kediaman BimaKamar Lilac. Selama beberapa hari Lilac telah berkomunikasi sama Hirsyam. Mereka berpacaran. Walaupun seperti itu Harsyat masih menganggap bahwa Lilac hanyalah adiknya. Saat kejadian tidak mengenakkan itu yaitu saat kedua orang tua Harsyat mau bercerai, Lilac dengan setia memberikan dukungannya kepada Harsyat. Mulai saat itu Harsyat merasa bahwa Lilac di masa depan akan menjadi seorang wanita yang luar biasa dan menjadi masa depannya. "terima kasih udah mendukung aku, Lilac," ucap sendu Harsyat. "iya, Kakak. Kakak yang semangat," kata Lilac. Kemudian Ayahnya menyuruhnya untuk tidur karena ia akan sekolah besok. Setelah beberapa bulan Hirsyam di minta oleh ayahnya untuk menginap di kediamannya. Awalnya ia enggan untuk mengikuti keinginan ayahnya itu namun ia menerima karena Ibunya yang
Amelia terdiam mendengar ancaman Hirsyam. Kemudian ia memanggil pelayannya dan untuk menyajikan cemilan. "Sebastin, sajikan makanan pembuka untuk tamu yang terhormat ini," "Baik, Tuanku," ucap Sebastin sambil tersenyum. "tidak perlu. Jangan pernah kau menyentuh mereka! Kalau kau macam-macam maka tunggu saja karma akan mengenaimu." Amelia pergi tanpa pamit kepada Hirsyam. Hirsyam tersenyum mendengar ucapan Amelia. "Bukan gue yang akan mendapat nasib buruk tapi kamu!" ucapnya. Ia lalu melirik Sebastin lalu menyuruhnya menghancurkan semua perusahaan yang dikelola oleh Amelia. Amelia masuk kedalam mobilnya, saat ia menuju ke kantornya ponselnya berbunyi. "Bu, bagaimana ini? Para investor satu persatu meninggalkan perusahaan kita. Sekarang kita mengalami kerugian hampir 60 persen,"  
Kejadian itu membuat Lilac harus melakukan perawatan selama lebih 3 tahun untuk memulihkan mentalnya. Masa-masa pemulihannya, ia banyak mendapat kesulitan, hatinya merasa hancur saat reka ulang kejadian naas itu. Setiap selesai reka ulang hatinya panas, napasnya sesak dan ingin kembali ke masa lalu untuk menyelamatkan kedua orang tuanya. Lilac tak kuasa menahan tangis mengingat kondisi Ayah Ibunya yang sekarat saat itu. Tubuhnya gemetar dan bendungan yang telah lama ia tahan sedikit demi sedikit mulai goyah. Bendungan itu mulai keropos, dinding-dinding kokoh yang disebut tegar itu lambat laun mulai rapuh oleh ketidakmampuan menahan tekanan batin. Lilac berteriak, akhirnya tembok-tembok kokoh itu hancur. Telaga bening penuh kenangan itu akhirnya surut dan tertinggal hanyalah dendam. Elegi dalam ruang berduri. Luka semakin menganga hingga debu-debu kebencian muncul masuk dan mendiaminya, laksana aligator yang menyergap mang
Besok ia akan mencari dan membuntuti seorang pria yang diduga adalah otak pembunuhan dari orang tua Lilac. Hari yang di tunggu-tunggu telah tiba. Rasyid telah bersiap untuk menjalankan misinya. "kau sudah siap?" kata seorang wanita di seberang melalui alat komunikasi yang di masukkan dalan rongga telinganya. "Iya, gue siap!" Melihat dirinya di cermin. Memastikan segalanya dan menyiapkan mentalnya agar tetap tenang dalam segala situasi. Rasyid keluar dari kamarnya dan mengenakan jaket kulit warna hitam, ia sangat tampan. "Semua sudah dipersiapkan bukan?" Berjalan melewati koridor kamar hotel menuju left "Iya loe tinggal beraksi aja. Gue tunggu kabar baru dari loe ya? Dan tetap waspada!" kata Imelda. Rasyid memasuki mobil berwarna hitam bertipe inova DT 1121 D. "target telah di temukan Pak, dia berada di sebuah restoran," kata seorang operator yang memberikannya petunjuk. "Baiklah." Rasyi
Ia lalu membuang tubuhnya ke kasur. Badannya seketika tak kuat menahan tekanan yang baru saja ia rasakan."Baru sekarang saya rasa efeknya. Oh iya kalian hati-hati," kata Rasyid sambil membuang ponselnya."Iya. Kamu istirahatlah," kata Imelda.Imelda membuka cctv yang memperlihatkan kejadian sebelumnya. Ia lalu berkata "menarik! Kita berhadapan dengan musuh yang tidak biasa,"Imelda keluar dari sebuah kubus berwarna hitam tempat dia dan beberapa anak buahnya mengawasi dan memberikan petunjuk kepadaLilac melihatnya keluar dengan wajah kusut "ada apa? Tumben wajahmu kusut?"Seperti ada bongkahan besar yang menghalangi dirinya, Imelda merasa bahwa usahanya akan mengalami kendala.Tak jarang ia merasa keadaan itu menjadi rumit bila bertemu seseorang yang akan menjadi bongkahan besar dalam hidupnya.Sejenak ia termenung tenggelam dalam lamunannya, ia berfikir keras berusaha mencari cela."Imelda! Imelda!" Beberap
Lalu ia memesan taxi menuju bandara.Supir itu tersenyum lalu bertanya "mau kemana Pak?" Mengarahkan ke dua matanya di kaca spion agar melihat Rasyid yang duduk di belakang.Alangkah kagetnya Rasyid mendapati ternyata yang menjadi sjpir adalah pria yang ia buntuti semalam. Ia berusaha menelan salivanay, rasanya tenggorokannya seperti tercekik bersamaan detak jantungnya yang semakin kencang.Dalam benak Rasyid "situasi macam apa ini? Eh gue lupa dia bukan manusia. Gue harus tenang. Ingat kata Imelda," "Hmmm, harus tenang." katanya dalam hati lalu Rasyid berkata "ke bandara ya Pak," Sebastian tersenyum lalu menancap gas menuju bandara. Selama beberapa menit ia memperhatikan Rasyid yang sibuk dengan handphonenya.Sambil melihat pantulan bayangan Rasyid yang duduk di bangku belakang Sebastian berkata "bagaimana harinya Tuan?" "Hari saya seperti biasa cukup baik," jawabnya singkat. "Aku harus sesingkat mungkin menjawab pertanyaan dia," ucapnya dalam hati sambil melihat pemandnagan dari
"Sepertinya aku harus mengatakan yang sebenarnya pada dia,'lirihnya saat melihat sahabatku itu yang tak lain adalah Elmira Nur Fatimah.'Aku tidak ingin kehilangan sahabat sebaik dirinya. Yang menerimaku dengan tulus dan menganggapku sebagai saudaranya. Pada diriku yang orang asing ini," gumamku saat lekat-lekat kupandangi wajahnya. Lalu ia menuju ke arahku mubgkin dia bertanya-tanya mengapa dari tadi ku melihatnya tanpa henti dan tidak tersenyum"Ada apa denganmu? Kau baik-baik saja" tanyanya. Sudah kuduga kan dia tahu kalau aku tak baik-baik saja sekarang. Aku pun menggelengkan kepala sambil tersenyum manis semanis madu. Agar dia tidak curiga dan membuatnya khawatir akan dirikuElmira adalah gadis cerdas yang dan gadis ceria yang selalu berada disampibgku di saat tersulit apalagi aku sendirian di negara orang dan tak memiliki sanak saudara.***Di tempat lain.
"Siapa?" gumamnya. Kemudian pintu gedung utama tempat pesta terbuka lebar. Cahaya terang dan musik berhamburan ke telinga harsyat kemudian ia masuk dan di sambut tepuk tangan dari para undangan yang hadir.Semua mata memandangi Harsyat yang mulai turun dari tangga menuju aula. Kemudian Ayahnya bergabung lalu sebagian orang ikut berkerumun mereka. Seperti madu yang jatuh di lantai semut-semut mulai memakan madu itu, atau seperti bunga yang dihinggapi oleh kumbang dan lebah. Seperti itulah ayah dan anak itu mereka sama tampan dan memiliki segudang prestasi yang membanggakan tetapi tidak untuk Ibu Harsyat yang tidak ikut serta dalam acara yang di adakan oleh mantan suaminya. Setelah banyaknya cobaan dan derita yang di alami hingga menimbulkan korban Ibunya Harsyat akhirnya bisa keluar dalam belenggu permainan kotor Hirsyam. Namun Hirsyam tidak ingin melepaskan putranya begitu saja, ia melakukan berbagai cara agar putranya mau bersamanya.
Jefri adalah salah satu penjaga yang akan siap turun ke medan pertempuran bila Lilac memerintahkan mereka untuk berperang layaknya seperti zaman kerajaan. *** "hallo, Tuanku! Target telah meninggalkan New Zeland," kata Sebastin. Hirsyam tersenyum mendengar laporan dari anak buahnya yaitu Sebastin sambil menikmati pemandangan lampu-lampu dan gedung-gedung pencakar langit. "Tuan, sudah saatnya?" kata seorang asisten Hirsyam. Hirsyam mengenakan setelan jas formal berwarna hitam dan mengenakan jam tangan roxi bertabur berlian. Ia sangat tampan dengan pakaian itu dan semua tamu undangan menjadikannya sebagai pusat perhatian mereka. "Tuan dan Nyonya sekalian silahkan silahkan menikmati makan malamnya," kata Hirsyam. Kemudian ia berbisik ke telinga Sebastin "dimana anak itu?" "dia sedang di rumah Rumah Sakit Tuan," jawabnya.
"nggak, nanti gue telpon lagi, karena ada yang urgent banget ini," kata pria itu.***Kediaman Lilac.Pukul lima pagi Lilac sudah sibuk memasukkan buku-bukunya kedalam koper. Dan para pelayannya sibuk memasukkan pakaian yang akan di kenakan Lilac di negara itu."hiks!" Air mata dari seorang pelayan jatuh ke pipinya ia tidak kuasa menahan tangis.Melihat pelayannya sedih karena ditinggal Lilac , ia lalu memberikan pelukan kasih kepadanya "aku juga Nona!" yang lainnya pun ikut memeluk mereka berdua.Imelda tersenyum melihat mereka, saat itu para pelayan baru pertama kali melihat Imelda tersenyum.Senyumnya mengingatkan mereka pada satu sosok yang sangat mereka hormati dan sayangi yaitu mendiang Ibunda Lilac.Senyumnya sama persis dengan mendiang Ibunda Lilac karena Imelda adalah saudaranya dari hasil kloning.Saat itu kakek
Mengambil ponsel yang sedang di charge lalu menelpon seorang kenalannya. Terdengar suara pria yang menjawab telepon itu."Hallo! Hei gimana kabar?"***Imelda sedang mengerjakan tugas dari Lilac begitupun pegawai yang lainnya. Kesibukan di hari senin sampai rabu membuat Lilac bosan di ruang kerjanya.Ia lalu berpikir untuk melanjutkan kuliahnya tapi bukan arsitek tetapi hukum di sebuah negara yang jauh dari rumahnya.Ia lalu mempersiapkan segalanya termasuk pendelegasian tugas-tugas kepada bawahannya. Ia lalu mulai menulis.Beberapa menit kemudian ia selesai "akhirnya! Tinggal beritahu yang lainnya," kemudian merapikan semua peralatan menulisnya. 'Sebentar malam aku umumin ke semua,'"Imelda tolong semua pegawai hadir di ruang aula kita akan makan bersama!" kata Lilac.Semua bawahan pertanya-tanya sama sikap Nona mereka "kenapa Nona memanggil kita s
Sebuah memo telah di bawa oleh seorang pelayan lalu di berikan kepada seorang wanita yang tengah berendam dalam kolam busa dengan perawakan tinggi semampai, bermata biru, hidung mangir, berkulit putih dan body bak gitar spanyol.Wanita itu bernama Arika Aribanako seorang desainer ternama di kota B.Tersenyum dan berkata "siapkan semua keperluan saya!" Seraya keluar dalam kolam mandi berbusa.Wanita itu berjalan tanpa sehelai kain menutupi keindahannya. Cahaya lampu yang jatuh di kulitnya membuatnya tampak mulus dan bercahaya.Semua pelayannya sibuk mempersiapkan pakaian yang akan ia kenakan.Ia bagai bidadari yang turun dari suralaya siap mengguncang hati anak adam.Satu per satu pakaiannya telah ia kenakan, dua kancing ia biarkan terbuka untuk menampakkan gundukan indah yang dapat memancing gairah panas yang menggebu-gebu.Lalu datang seorang pelayan yang bertugas untuk memoles wajah mulus nan cantiknya.Bibirnya semakin seksi
Setelah puas bercerita, Firgan Syafrag akan melakukan hal gila yang membuat dirinya bisa menang taruhan. "apa yang ingin loe lakukan?" ucap Hirsyam bingung. "kau akan tahu," kata Firgan Syafrag. "Huu! Baiklah, gue tunggu kabar gembira dari loe ya?!" kata Hirsyam. Percakapan mereka selesai malam itu. Firgan menoleh melihat jam 'sudah saatnya,' lirihnya dalam hati. Firgan membuka pintu kamarnya, melihat sekeliling lalu mengendap-ngendap berjalan menuju tempat tinggal Lilac. Sejak 3 hari yang lalu Firgan berusaha untuk akrab pada beberapa pelayan. Sampai satu di antaranya ia ajak untuk melakukan hubungan tidak senonoh. Saat itu situasi sepi dan Firgan sedang mandi. Seperti biasanya tugas seorang pelayan membersihkan dan merapikan semua kamar. Dia lalu melihat pelayan itu dari ujung kaki sampai ujung kepala lalu terbersit dipikirannya untuk melakukan hal negatif. Ia tanpa malu-malu melepas
Namun, sayang wajah rupawannya tidak sesuai dengan hatinya yang keji.Wajah tampan itu berubah menjadi wajah memedi yang mengerikan.***Bagaskara mulai menampakkan kirana yang silap mata. Semua orang sibuk dengan tugas masing-masing.Seorang lelaki berdiri, menjinjitkan kakinya yang gemetar, melihat keadaan kediaman itu yang di lindungi oleh pagar setinggi 3 meter.Lelaki itu memeriksa sekelilingnya, tetapi tidak ada satu orang pun yang bisa dia tanya.Pria itu duduk memeluk lututnya, melihat langit lalu memerhatikan jamnya.Berharap ada seorang pegawai yang datang dan bisa meminta tolong pada dirinya.Lilac mengawasi pria itu dari cctv yang memang terpasang di luar pagar kediamannya.Bajunya lusuh dan acak-acakan. Wajahnya sedih dan matanya sembab serta tanpa menggunakan alas kaki.Imelda lalu bertanya pada Lilac, "saya usir, Nona?""jangan! Tanya ke pria itu apa yang terjadi pada dirinya dan ap