Dua minggu berlalu … Setelah berbagai pengobatan dilakukan, akhirnya Mayir berhasil pulih, dan diperbolehkan untuk pulang. Tentu itu membuat Nicole lega. Rasa takut dan khawatir yang menghantui Nicole mulai mereda sejak di mana ayahnya sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit.Saat ini, Nicole tengah berada di mansion keluarganya. Sudah lima hari Nicole menginap di mansion keluarganya itu. Nicole sengaja menginap, atas permintaan ayahnya. Pun Nicole ingin mengawasi sang ayah, dan memastikan kondisi kesehatan ayahnya baik-baik saja.Selama Nicole berada di mansion keluargannya, Oliver kerap mengunjungi Nicole. Oliver mengizinkan Nicole menginap di mansion keluarganya, karena Oliver tahu Nicole membutuhkan ruang bersama dengan ayahnya.“Nona Nicole?” seorang pelayan menghampiri Nicole yang tengah menata bunga-bunga di taman.“Ya?” Nicole mengalihkan pandangannya, menatap sang pelayan.“Nona, Anda dipanggil Tuan Mayir,” ucap sang pelayan memberi tahu.“Ayahku sekarang di mana? Apa di
Nicole terbangun dari tidur siangnya di kala mencium aroma bunga lily. Sayup-sayup mata Nicole pun terbuka. Wanita itu menyeka mata, dan menatap terkejut rangkaian bunga lily yang ada di sekeliling kamarnya. Raut wajah Nicole berubah. Ya, dia terbangun di kamar yang sering dia tempati bersama dengan Oliver, tapi kali ini tatanan kamar Oliver penuh dengan bunga lily. Nicole sempat bingung, tetapi tak dipungkiri bahwa Nicole pun tersenyum di kala mendapati kamar dirinya berada penuh dengan rangkaian bunga yang indah. Layaknya berada di sebuah negeri dongeng. Wanita itu menoleh ke samping berharap bahwa Oliver ada di sampingnya—dan sayangnya Oliver malah tidak ada di sampingnya. Nicole sempat kecewa, tapi dia berusaha untuk mengerti. Detik selanjutnya, tatapan Nicole teralih pada note yang ada di atas meja. Kening Nicole mengerut dalam, menatap note tersebut. Dia memutuskan untuk mengambil note itu, dan membacanya pelan dan teliti.*Jam tujuh malam, aku akan menjemputmu. Bersiaplah—Oliv
Kabar pernikahan Oliver dan Nicole telah tersebar. Baik Oliver dan Nicole sepakat tak menutupi kabar pernikahannya di hadapan media. Bahkan para wartawan diundang untuk hadir di pernikahan Oliver dan Nicole nanti. Persiapan pernikahan Oliver dan Nicole sudah rampung hampir seratus persen.Seluruh keluarga sudah diberi tahu tentang pernikahan Oliver dan Nicole. Oliver tak sama sekali ingin menunda-nunda pernikahan. Setelah apa yang telah terjadi, Oliver ingin segera memiliki Nicole seutuhnya. Beberapa pihak luar, memang kerap membicarakan tentang Nicole. Pasalnya, sebelumnya kabar tentang pernikahan Oliver dan Shania sudah tercium oleh media. Namun, dalam hitungan detik semuanya berubah menjadi Oliver akan menikah dengan Shania. Itu yang membuat pertanyaan besar publik.Akan tetapi, karena tindakan yang dilakukan oleh Shania sangat jahat, Nicole berhasil menarik perhatian publik. Semua orang simpatik atas apa yang telah terjadi pada Nicole. Tak ragu publik mengatakan Nicole jauh lebih
Gaun pengantin dengan model royal gown tampak begitu indah di tubuh Nicole. Riasan sedikit tebal, tapi tak sama sekali berlebihan di wajah Nicole. Bibir wanita itu sedikit tebal, membuatnya terlihat sangat seksi. Meski memiliki tubuh mungil, tapi beberapa bagian tubuh Nicole berisi.Nicole memiliki lekuk tubuh yang indah memukau, dan mampu menghipnotis banyak orang karena kagum padanya. Satu lagi, point yang membuat Nicole tampil semakin indah adalah rambut pirang tebalnya. Warna pirang seperti emas begitu kontras di kulit putih wanita itu.Ya, hari ini adalah hari yang telah ditunggu-tunggu oleh Nicole dan Oliver. Hari di mana mereka akan segera menjadi pasangan suami istri. Setelah banyaknya masalah yang hadir, nyatanya mereka telah mampu melewati badai masalah yang hadir.Sembilan tahun mereka sempat berpisah, siapa yang menyangka semesta kembali mempertemukan. Harusnya yang Oliver nikahi adalah Shania, bukan Nicole. Namun, takdir memang tak ada yang bisa memprediksi. Nicole terse
Nicole sedikit mendesah di kala merasa kelelahan. Heels yang dipakai wanita itu begitu tinggi membuat kakinya pegal. Nicole memiliki tubuh yang mungil. Tinggi wanita itu cukup berbeda jauh dengan tubuh Oliver. Itu kenapa Nicole memutuskan menggunakan heels tinggi agar bisa terlihat cocok dengan Oliver.Rangkaian acara pernikahan ini sangat panjang dan cukup melelahkan. Ribuan tamu undangan, keluarga besarnya dan keluarga besar Oliver, ditambah harus wawancara dengan para wartawan membuat Nicole memang cukup merasa lelah. Namun tentu, rasa bahagia menyelimutinya.“Apa kau lelah?” Oliver membelai pipi Nicole lembut.Nicole tersenyum. “Sedikit.”Oliver menarik tubuh Nicole masuk ke dalam pelukannya. “Acara sebentar lagi selesai. Sabarlah sebentar.” Nicole mengangguk dari dalam pelukan Oliver. “Iya, Sayang. Tenang saja. Tidak usah mencemaskanku.” “Ehm!” Shawn berdeham seraya melangkah menghampiri Nicole dan Oliver. Refleks, Nicole dan Oliver mengalihkan pandangan mereka menatap Shawn y
Aroma pengharum ruangan lavender bercampur vanilla menyeruak ke indra penciuman Nicole yang masuk ke dalam kamar pengantin—digendong oleh Oliver. Nicole kelelahan dan tak sanggup untuk berdiri.Ya, rangkaian acara pernikahan yang panjang membuat Nicole kelelahan. Untungnya, Oliver yang memahami, langsung segera berinisiatif menggendong Nicole sampai masuk ke dalam kamar pengantin mereka.Sebenarnya, Nicole sedikit malu karena tadi menjadi pusat perhatian di kala Oliver menggendongnya, tapi karena rasa lelah tak bisa tertolong membuat Nicole akhirnya menahan rasa malu dalam dirinya. Lagi pula sekarang dirinya dan Oliver sudah resmi menjadi sepasang suami istri.Oliver mendudukkan tubuh Nicole ke pinggir ranjang, dan membantu melepaskan heels Nicole. Pria itu memijat pelan telapak kaki Nicole, hingga membuat Nicole sedikit merintih kesakitan.“Oliver,” rintih Nicole pelan.Oliver mendongakkan kepalanya, menatap Nicole. “Kenapa kau memilih heels tinggi sekali seperti ini? Kau kan tahu ra
“Hmmmm.” Nicole menggeliat di kala sinar matahari tembus dari sela jendela, menyentuh wajahnya. Namun, tatapan Nicole kini teralih pada Oliver yang malah tengah mengisap puting payudaranya. Pantas saja tubuhnya merasakan gelenyar nikmat.“Morning.” Oliver melepaskan kulumannya, dan mensejajarkan wajahnya ke wajah cantik sang istri.Nicole melingkarkan tangannya di leher Oliver. “Kau ini sudah seperti bayi besar saja.”Oliver mengulum senyumannya dan mengecup bibir sang istri. “Aku tidak bisa berhenti menyentuhmu, Sayang.”Nicole menyapukan hidungnya ke hidung Oliver. “Jadi, hari ini kau akan membawaku ke mana? Kau belum memberitahuku kota mana, yang akan menjadi tempat kita berbulan madu, hm?”Oliver membelai pipi Nicole. “Ke sebuah kota yang indah. Kau pasti akan suka.”Nicole mengetuk-ngetuk dagunya dengan telunjuk. “Paris? Los Angeles? Las Vegas? Atau, Tokyo?”“Nope, tebakanmu salah semua.”“Lalu ke mana, Sayang?”“Rahasia. Nanti kau akan tahu.”Nicole mencebikkan bibirnya. “Menyeb
Nicole mengendarkan pandangannya menatap kamar yang ada di pesawat pribadi milik Oliver. Kamar maskulin dengan nuansa abu-abu tua kombinasi hitam ini sangatlah indah dan menyejukkan mata. Jika bosan, Nicole bisa melihat kumpulan awan putih dari jendela kecil yang ada di dalam kamar.Ya, kini Nicole berada di pesawat pribadi sang suami. Entah ke kota mana suaminya itu akan membawanya. Dia sudah berkali-kali bertanya, tapi tak kunjung dijawab oleh Oliver. Itu kenapa dia memilih untuk diam saja, sampai dirinya tahu sendiri ke mana suaminya itu mengajaknya berbulan madu.Nicole mengambil bantal besar dan memeluknya. Tadi Oliver keluar karena ingin minum vodka. Oliver keluar kamar bertepatan dengan Nicole yang tertidur pulas. Tentu, Nicole tahu bahwa Oliver tak ingin mengganggunya yang tidur pulas.Nicole mengambil orange juice yang ada di atas meja, dan meminumnya perlahan. Rasa segar juice menyegarkan tenggorokan Nicole yang sedikit kering. Hingga kemudian, tatapan Nicole teralih pada su
Beberapa bulan berlalu … Wengen, Switzerland. Tiga pengasuh dibuat pusing luar biasa oleh Olivia yang begitu aktif. Balita kecil itu terus berlari-lari sambil bermain bola kecil yang sejak tadi dia lempar-lempar. Tiga pengawal sudah siap siaga melihat setiap gerak Olivia yang sangat cepat. Entah dulu Nicole mengidam apa sampai membuat Olivia selincah ini. Baik pengasuh dan pengawal tidak bisa santai dalam menjaga balita kecil itu. Sedikit saja terabaikan, pasti Olivia sudah berulah.Tindakan Olivia memang kerap membuat Nicole sakit kepala. Apalagi waktu ketika Nicole masih hamil besar. Dia dibuat pusing luar biasa dengan tindakan putri kecilnya yang sangat aktif. Olivia sering susah diberi tahu Nicole. Balita kecil itu paling tunduk pada ayahnya. Hal tersebut yang membuat Nicole terkadang jengkel.“Olivia, pelan-pelan, Nak. Jangan berlari seperti itu,” ucap Nicole berseru dengan nada sedikit keras, tapi sayangnya tak menghentikan balita kecil yang sangat aktif itu. Nicole sampai men
Oliver berlari menelusuri koridor rumah sakit. Raut wajah pria itu tampak sangat panik dan penuh khawatir. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, dia tak henti mengumpati kebodohannya. Harusnya hari ini dia tak pergi ke mana-mana. Jika sampai ada hal buruk yang menimpa istri dan anaknya, maka dia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri. Saat Oliver sudah dekat dengan ruang persalinan, langkah kakinya terhenti melihat Joice mondar-mandir di depan ruangan persalinan. Raut wajah Oliver berubah, menatap lekat dan tegas sepupunya itu.“Joice?” tegur Oliver.Joice yang sejak tadi mondar-mandir tak jelas, terkejut melihat Oliver ada di hadapannya. “Oliver? Astaga, akhirnya kau muncul,” serunya bahagia melihat Oliver sudah datang. Sejak tadi dia sudah panik karena Oliver tak kunjung datang.“Di mana Nicole?” tanya Oliver cepat.Joice menyentuh lengan Oliver sambil berkata cemas, “Nicole ada di dalam. Segera kau masuk. Dari tadi dia terus menjerit kesakitan.” Oliver mengangguk, dan
*Nicole, aku pergi sebentar ingin bertemu ayahku. Ada kasus rumit yang sedang aku tangani dan aku membutuhkan pendapat ayahku. Aku tidak akan lama. Aku akan segera pulang. Kau jangan ke mana-mana. Your husband—Oliver.* Nicole mengembuskan napas panjang membaca note dari suaminya itu. Raut wajahnya nampak kesal. Pagi ini, Nicole bangun terlambat sedangkan Oliver bangun lebih awal. Dia yakin Oliver tak membangunkannya, karena tidak mau mengganggunya. Sungguh, itu sangat menyebalkan. Nicole mengikat rambut asal, dan meminum susu hangat yang baru saja diantarkan. Hari ini, Nicole terbebas dari menjaga Olivia, karena putri kecilnya itu sedang diculik keluarganya. Well, Olivia memang kerap menjadi rebutan. Wajar saja, karena Olivia adalah cucu pertama di keluarga Nicole dan juga cucu pertama di keluarga Oliver. Hal tersebut yang menjadikan Olivia kerap sekali diculik sana sini.“Lebih baik aku mandi,” gumam Nicole yang memutuskan ingin mandi. Meskipun kesal masih ada, tapi dia tidak mau k
“Nicole, pakailah gaun ini.” Oliver menunjuk sebuah kotak yang berisikan sebuah gaun indah yang ada di hadapannya. Pria itu sengaja menyiapkan gaun cantik untuk sang istri tercinta.Nicole mengalihkan pandangannya, menatap gaun yang ditunjuk Oliver. “Sayang, kau ingin mengajakku ke mana sampai aku harus memakai gaun seindah itu?” tanyanya lembut. Jika hanya pergi ke tempat-tempat terdekat saja, mana mungkin Oliver memintanya memakai gaun secantik yang ada di hadapannya itu.Oliver mendekat dan memberikan kecupan di kening sang istri. “Aku akan mengajakmu dan Olivia makan malam di luar. Gantilah segera pakaianmu.” “Kau akan mengajakku dan Olivia makan malam di luar?” ulang Nicole begitu antusias bahagia.“Ya, kita akan makan malam di luar. Bersiaplah.” Oliver membelai lembut pipi Nicole.Nicole tersenyum bahagia. Detik selanjutnya, Nicole menggenggam tangan Olivia—mengajak putrinya untuk mengganti pakaian. Gaun yang dibelikan Oliver sangatlah cantik. Bahkan gaun Nicole itu kembaran d
Oliver meminta Nicole untuk tak lagi mengingat tentang masalah Joice dan Marcel. Pria itu tak ingin istrinya sampai terlalu kepikiran dan berdampak pada tumbuh kembang anak mereka. Usia kandungan Nicole sudah besar. Sebentar lagi anak kedua mereka akan lahir ke dunia. Yang Oliver inginkan adalah Nicole hanya fokus pada anak-anak mereka saja. Pun berita tentang Marcel sudah Oliver bungkam. Media dilarang lagi untuk memberitakan tentang salah satu anggota keluarganya.Pagi menyapa Nicole sudah bersiap-siap. Hari ini dia dan Oliver akan periksa kandungan. Wanita itu tampil sangat cantik dengan balutan dress khusus ibu hamil berwarna navy. Rambut panjang Nicole tergerai sempurna. Riasan tipis membuatnya semakin cantik. Meski hanya memakai lip balm tapi bibir penuh Nicole tampak sangat seksi.Nicole dianugerahi paras yang luar biasa cantik. Dia tak perlu memakai riasan tebal, karena wanita itu sudah sangat cantik. Hamil membuatnya bahkan bertambah cantik meskipun bentuk tubuhnya sudah mela
Nicole merasakan kebebasan di kala Selena dan Samuel menculik Olivia. Well, Olivia menjadi cucu pertama di keluarga Maxton—membuat Olivia benar-benar seperti anak emas. Selena dan Samuel kerap sekali membawa Olivia ke rumah mereka untuk menginap. Mengingat tiga adik kandung Oliver yang lain berada di luar negeri—membuat kehadiran Olivia menjadi warna yang baru di keluarga Maxton.“Ah, perutku kenyang sekali.” Nicole mengusap-usap perut buncitnya di kala baru saja selesai menikmati tiramisu cake yang diantarkan oleh sang pelayan.Waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi. Tak banyak aktivitas Nicole selain bersantai. Pekerjaannya sudah ditangani oleh asistennya. Sejak di mana dia hamil lagi, Oliver meminta Nicole menyerahkan pekerjaannya pada sang asisten.Jarak kehamilan pertama dan kehamilan kedua tidak jauh. Bisa dikatakan kehamilan kedua ini memang tak Nicole sangka. Nicole pikir dia tidak akan langsung hamil, karena baru saja melahirkan. Jadi setiap berhubungan badan dengan sang suami—
Satu tahun berlalu … “Olivia, jangan naik-naik ke atas meja, Nak.”Nicole mendesah panjang dengan raut wajah yang begitu kelelahan. Olivia—putri pertamanya yang baru bisa berjalan itu amat sangat aktif. Baru saja Oliva berusia satu tahun—dan harapan Nicole adalah Olivia menjadi anak yang tenang dan lembut seperti anak-anak perempuan lain.Sayangnya harapan Nicole tinggal harapan. Semakin hari Olivia semakin aktif. Dua pengasuh saja harus menjaga Olivia dengan baik. Pasalnya, jika tak diawasi, Olivia selalu saja berusaha memanjat posisi tempat yang tinggi. Hal itu yang membuat Nicole khawatir luar biasa. Ucapan Nicole tak didengar oleh Olivia. Balita kecil itu terus memanjat meja. Dengan penuh waspada, dua pengasuh sudah siaga merentangkan tangan—berjaga jika sampai Olivia terjatuh, maka dua pengasuh itu berhasil menangkap tubuh Olivia.Nicole memijat keningnya di kala rasa pusing menyerangnya. Menjaga Olivia harus extra hati-hati. Beberapa minggu lalu saja, Olivia hampir tercebur ke
Oliver mondar-mandir panik di dalam ruang bersalin. Suara jeritan menggema membuat Oliver tidak bisa tenang. Dua jam lalu, dokter mengatakan masih belum waktunya, karena kepala bayi belum terlihat. Teriakan sakit Nicole disebabkan oleh kontraksi. Masih butuh beberapa waktu sampai waktunya siap untuk Nicole melahirkan.Oliver nyaris gila akibat kepanikan dan ketakutannya. Berkali-kali dia meminta dokter untuk memberikan obat agar istrinya tidak kesakitan, tapi sang dokter mengatakan bahwa kontraksi adalah hal normal dirasakan ibu hamil.Otak Oliver seakan blank tidak mampu berpikir jernih. Pria itu tidak tahu harus melakukan apa selain mondar-mandir tidak jelas. Setiap kali sang istri menjerit kesakitan, membuat seluruh tubuh Oliver seakan mati rasa.Dulu, di kala ibunya melahirkan adiknya, dia tidak ikut di dalam ruang bersalin. Hal itu menyebabkan Oliver tak tahu perjuangan seorang wanita hamil. Yang Oliver lihat sekarang—sang istri seperti berada di ambang kematian.“Ahg!” jerit Nic
“Iya, Mom. Aku sudah meminta pelayan menyiapkan makan malam untuk kita. Kau tidak usah membawa makanan apa pun. Makanan yang sudah disiapkan sangat banyak.”“Hm, tadinya Mommy ingin membuat cake.” “Tidak usah, Mom. Dessert juga sudah disiapkan. Kau tidak usah repot-repot. Kau dan Dad cukup datang saja. Semua menu makanan sudah disiapkan.”“Baiklah, Sayang. Sampai nanti malam.” “Iya, Mom. Sampai nanti malam.”Panggilan tertutup. Nicole meletakan ponselnya ke tempat semula. Tampak senyuman di wajah wanita itu terlukis begitu hangat. Hari ini adalah hari di mana Nicole akan makan malam bersama dengan keluarganya. Pun tentu ibu tiri dan saudara tirinya juga akan datang.Nicole sekarang sudah tidak lagi memanggil Esther dengan sebutan ‘Bibi’. Sekarang, dia sudah memanggil Esther dengan sebutan ‘Mommy’. Jika dulu, Nicole tidak pernah dekat dengan ibu tirinya, kali ini dia sangat dekat dengan ibu tirinya yang baru.Sosok Esther bukanlah sosok ibu tiri yang kejam. Malah yang ada Esther sela