Melihat kekesalan dan kemarahan dari wanita selingkuhan suaminya, Celine menahan senyumnya. Dalam hati dia bersorak akan kemenangan sementaranya saat ini. Tidak dipungkirinya, Anna, mama mertuanya itu, sangat membantunya. Surprise party yang diselenggarakan sebagai acara baby shower untuk Celine dan bayi dalam kandungannya, membuat Raisa yang juga sedang hamil, bertambah iri padanya. 'Rasakan pembalasan kecil dariku. Nikmatilah secara perlahan, babak demi babak kesengsaraan yang sebentar lagi akan aku mulai,' batin Celine sembari sesekali melirik ke arah Raisa.Istri sah dari Sean Mayer menjadi ratu dalam acara tersebut. Semua pandangan mata hanya tertuju padanya. Bahkan semua orang yang hadir selalu memujinya . "Tidak. Aku sudah tidak tahan lagi. Aku harus bertindak sekarang," gumam Raisa dengan memegang erat bantal kursi yang ada di pangkuannya.Wanita hamil yang belum memiliki suami tersebut, beranjak dari duduknya. Dengan kemarahannya yang menggebu-gebu, dia berjalan menghampir
Seorang wanita cantik berpenampilan anggun dengan memakai barang-barang branded, berjalan bak model menghampiri anggota keluarga Mayer yang sedang berkumpul di depan semua tamu. Mereka bersiap akan memulai acara yang sudah direncanakan dengan sempurna oleh sang nyonya besar dari keluarga Mayer."Selamat atas kehamilanmu," ucap wanita bergaun pink, seraya mengulurkan tangannya pada wanita hamil yang menjadi ratu dalam acara tersebut.Celine menerima uluran tangan wanita itu, dan berkata,"Terima kasih, Sheila. Semoga kamu menikmati acaranya."Sheila, wanita yang terlihat berkelas itu, menyambar lengan Dave yang berdiri di samping adik iparnya, dan melingkarkan tangannya pada lengan pria tersebut."Kenapa kamu bisa ada di sini, Sheila?" tanya Dave lirih, sembari berusaha melepaskan tangan Sheila dari lengannya.Sheila memegang erat lengan pria yang berstatus duda itu, seolah enggan untuk berpisah dengannya. Dengan bangganya dia berkata lantang dihadapan semua orang."Tentu saja aku haru
Terdengar suara seruan seorang wanita yang memanggil nama Sean dari arah taman belakang. Sontak saja semua orang yang berada di taman depan menoleh ke arah sumber suara. Mereka saling menatap, seolah saling bertanya mengenai suara tersebut."Raisa?!" gumam Sean sembari berlari ke arah taman belakang.Celine menghela nafasnya melihat sang suami yang seketika berlari setelah wanita selingkuhannya memanggil namanya."Dia tidak berubah," ucap Celine lirih seraya menyeringai melihat punggung suaminya yang semakin jauh darinya.Dave melihat kesedihan yang bercampur kekesalan dari adik iparnya. Ingin hati segera memeluknya, memberikan kenyamanan dan menghiburnya. "Jangan hiraukan mereka. Kamu adalah ratu di acara ini. Jadilah ratu yang sesungguhnya dalam keluarga ini," tukas Dave setelah berada di dekat sang adik ipar."Ratu?" celetuk wanita hamil tersebut, seraya tersenyum getir."Benar. Kamulah ratu di acara ini. Lihatlah, mereka semua datang hanya karena ingin memberikan ucapan selamat p
Dengan sigapnya kedua pria berpenampilan serba hitam tersebut menahan tubuh Raisa agar tidak bisa menghalangi Sean untuk pergi dari tempat itu."Lepaskan! Lepaskan aku, brengsek!" seru Raisa memberontak.Sean tidak tega melihat wanitanya diperlakukan seperti itu oleh bodyguard keluarga Mayer. Dia mendekati mereka, dan berkata dengan tegas,"Lepaskan dia! Jika terjadi apa-apa dengan bayi dalam kandungannya, kalian akan menanggung akibatnya!" Kedua pria berbadan kekar tersebut, tidak mengindahkan ucapan Sean. Bagi mereka, perintah Antonio lebih penting dibandingkan perintah dari anak tuannya."Tolong! Mereka akan membunuhku! Tuan May--"Dengan cepatnya salah satu dari pria suruhan Antonio, membungkam mulut Raisa. Mereka tidak bisa membiarkan wanita selingkuhan tuan mudanya, membuat keributan di acara penting keluarga Mayer."Kau gila?! Dia sedang hamil! Cepat lepaskan dia!" seru Sean pada kedua pria tersebut."Aku akan diam jika kalian membiarkan aku bersama dengan Sean menghadiri pest
Raisa yang merasa lelah karena kondisi tubuhnya yang berbadan dua saat ini. Dia memutuskan untuk berhenti memberontak, dan duduk di kursi yang ada di tempat itu."Aku lapar. Tolong ambilkan makanan dan buah untukku," perintah Sheila pada dua orang pria yang menjaganya.Kedua pria berwajah datar tersebut, saling menatap, seolah berkomunikasi melalui mata mereka. Setelah itu, salah satu dari mereka pergi untuk mengambilkan makanan bagi wanita hamil yang sedang dalam tawanan mereka.Selang beberapa detik, Raisa kembali memerintahkan pada pria yang seorang diri menjaganya."Oh iya, aku lupa mengatakannya tadi. Cepat ambilkan aku susu ibu hamil yang ada di kamarku."Namun, pria tersebut tidak bergerak sedikit pun. Dia tetap berdiri di dekat Raisa, seolah tidak mendengar apa pun darinya."Kamu tuli?! Aku bilang cepat ambilkan susu ibu hamil yang biasanya aku minum! Ini sudah saatnya aku meminumnya!" bentak Raisa pada pria tersebut.Pria tersebut tetap saja tidak beranjak dari tempatnya. Ter
Kedua orang tua Sean dan Celine mengikuti mobil Dave. Mereka semua pergi dengan keadaan marah yang bercampur khawatir. Marah pada Sean yang telah gagal melindungi istrinya, dan khawatir akan keadaan Celine beserta bayi dalam kandungannya.Bermacam-macam umpatan yang ditujukan pada Sean oleh Antonio dan Christopher. Mereka menaiki mobil masing-masing. Akan tetapi, kemarahannya pada Sean membuat perasaan mereka seolah saling terpaut saat ini.Mobil Dave yang melaju sangat kencang, berhasil diikuti oleh mobil keluarga Mayer dan keluarga Federick. Mereka tidak mau kehilangan Celine dan bayi dalam kandungannya.Hanya beberapa saat saja mobil Dave berhenti tepat di depan pintu IGD sebuah rumah sakit terbesar di kota tersebut. Putra pertama keluarga Mayer bergegas membawa masuk tubuh sang adik ipar yang ada dalam gendongannya."Cepat selamatkan dia dan bayi dalam kandungannya," tutur Dave pada perawat yang menyambut kedatangannya di ruang IGD.Perawat dan dokter segera memeriksa dan memberik
Sontak saja Sean terkesiap mendengar nama Raisa disebut oleh sang dokter. Begitu pula dengan Dave dan kedua orang tuanya. Mereka berdua serentak menoleh ke arah Sean. 'Gawat! Aku lupa jika Rais berada di rumah sakit yang sama dengan Celine. Apa yang harus aku lakukan sekarang?' batin Sean sembari memikirkan jalan keluarnya."Wali dari pasien Raisa!" seru sang dokter sembari menatap ke arah sekelilingnya."Ada apa, dok? Apa walinya tidak ada?" tanya seorang perawat yang sedang berjalan menghampiri sang dokter."Pak, bukankah anda yang membawa pasien itu tadi?" tanya perawat tersebut pada Sean, ketika sudah berada di depan pintu.Seketika kedua orang tua Celine menatap ke arah Sean. Mereka terlihat sangat marah dan kecewa pada sang menantu."I-iya. Tapi, saya--""Anda walinya? Kenapa bisa--" "Saya hanya meno--""Baiklah. Pasien harus melahirkan sekarang juga. Kasusnya hampir sama dengan istri anda. Jadi, kami butuh persetujuan dari walinya. Bagiamana, Pak? Siapa yang bertanggung jawab
Ucapan Dave membuat Sean bertambah kesal. Pasalnya, karena sindiran yang diberikan sang kakak padanya, membuat kedua orang tuanya dan kedua mertuanya semakin marah padanya."Aku akan menghubungi keluarganya," ucap Sean sebelum melangkah keluar dari tempat tersebut."Jangan lupa hubungi juga suaminya," ujar Dave dengan suara yang sedikit lebih keras, berharap sang adik mendengarnya.'Shit!' umpat Sean dalam hatinya mendengar seruan dari sang kakak.Dengan amarahnya yang merajai hatinya, dia berjalan menuju staf administrasi untuk mengurus perawatan Raisa dan bayinya. Dia berpikir sejenak ketika akan memilihkan kamar yang akan ditempati oleh Raisa dan bayinya untuk perawatan lebih lanjut. Dia merasa tidak adil memberikan fasilitas yang berbeda dengan Celine, istri sahnya. Terlebih lagi dia tahu betul jika Raisa sangat senang dengan kemewahan.Namun, saat itu juga dia sadar, bahwa ada hal penting yang harus diraihnya. Kepercayaan istri, kedua orang tuanya dan kedua mertuanya, membuatnya
Suara detak jantung dari seorang pasien pria yang terbaring di atas tempat tidur pasien, terdengar menggema dalam ruang ICU setelah mendapatkan operasi selama beberapa jam. Deraian air mata dari beberapa orang yang berada di luar ruang tesebut, tidak dapat didengarnya, seolah dunia mereka kini berbeda. Wanita tua yang berpenampilan modis dan terlihat lebih muda dari usianya, sedang berdiri di depan jendela kaca ruang ICU. Pandangan matanya tidak lepas dari pasien yang ada di dalam ruangan tersebut. Mata sembabnya masih saja mengeluarkan air mata, seolah tidak bisa merelakan apa yang dilihatnya saat ini. "Kenapa nasib Sean bisa begini, Pa?!" tanyanya dengan suara serak pada sang suami yang ada di sebelahnya. "Sabar, Ma. Papa yakin, Sean akan baik-baik saja. Sean adalah seorang Mayer. Dia pasti kuat dan berusaha untuk bertahan, agar bisa kembali pulang bersama dengan kita," tutur Antonio yang berusaha menenangkan hati istrinya. Deraian air mata yang membasahi pipi Anna, membuat
"Mama?!" ujar Sera dengan suara yang bergetar.Perempuan muda itu berlari menghampiri seorang wanita paruh baya yang berpenampilan seksi, dan memakai makeup, lengkap dengan lipstik berwarna merah menyala. Dipeluknya wanita yang dipanggilnya dengan sebutan mama tersebut, dan berkata,"Sera takut, Ma."Air matanya menetes di pipi, dan mengenai baju wanita paruh baya yang dipeluknya. Hal yang paling dibenci oleh Raisa, kini dilakukan oleh putrinya. Raisa sangat marah jika bajunya terkena makeup orang lain pada saat berpelukan dengannya. Terlebih lagi jika air mata orang tersebut menempel di bajunya.Sang mama menjauhkan tubuh putrinya, dan memperhatikan penampilan perempuan muda tersebut yang masih sesenggukan mengeluarkan air mata. "Ada apa denganmu, Sera? Kenapa kamu seperti ini? Dan juga kenapa kamu berada di tempat ini?" tanya Raisa sembari menatap putrinya dengan heran.Sera menundukkan kepalanya, sembari mengusap kasar air mata yang menetes di kedua pipinya. Akan tetapi, dia tidak
"Semuanya sudah lengkap. Sepertinya masalah ini sudah bisa kita proses sekarang," ucap polisi yang sebelumnya telah bersitegang dengan Sean."Silahkan, Pak. Kami menyerahkan mereka pada pihak kepolisian," ujar seorang pria yang berasal dari arah belakangnya.Seketika putra kedua dari keluarga Mayer tersebut, menoleh ke arah sumber suara. Sontak saja matanya terbelalak melihat sosok yang sangat familiar sedang berdiri bersama dengan dua orang pria yang diapit oleh beberapa polisi dan beberapa pria berpakaian serba hitam. "Om Sean," lirih perempuan yang saat ini sedang membuat Sean tercengang dengan penampilannya.Betapa tidak tercengang ketika Sean melihat keadaan putri dari wanita yang menjadi partner ranjangnya. Rambutnya berantakan dan terkesan acak-acakan. Wajahnya terlihat begitu lelah, dengan makeup yang luntur karena peluhnya. Dan satu hal membuat Sean tidak bisa berkata-kata yaitu penampilan Sera saat ini yang persis seperti ibunya.Ingatan Sean tertuju pada saat dirinya menja
Seketika dua orang pria dan seorang wanita terhenyak kaget, tatkala pintu kamar yang mereka tempati dibuka dengan kerasnya dari luar. Beberapa pria berpakaian serba hitam masuk ke dalam kamar tersebut, dan menangkap basah mereka bertiga dalam keadaan polos sedang bersenang-senang bersama. Kedua pria tersebut merupakan karyawan hotel yang bekerja pada bagian parkir, sehingga mereka berdua terlihat ketakutan saat ini.Berbeda dengan kedua pria itu. Sera yang usianya jauh lebih muda dari mereka berdua, terlihat sangat menikmati permainannya. Dia berada di atas tubuh seorang pria, dan pria yang satunya lagi memanjakannya dari belakang tubuhnya. Bahkan dia tidak mau menghentikan gerakannya. "Cepat lakukan! Aku sudah tidak tahan lagi! Jangan berhenti! Aku mohon!" ujar Sera dengan suara yang tertahan, diiringi dengan lenguhannya dan lebih mempercepat gerakannya.Hal itu membuat pria yang berada di bawah tubuhnya merasa tersiksa. Dia ingin menghentikannya, tapi hasratnya mengatakan tidak mau
Dave mengepalkan kedua tangannya ketika mendengar cerita dari sang putra tentang apa yang dilakukan oleh Sean padanya. Kilatan amarah terlihat dari mata pria paruh baya yang selalu membuat sang adik iri padanya. "Tidak pernah ku sangka dia akan berbuat senekat itu padamu," ujar Dave dengan penuh amarah. Hatinya kini dikuasai oleh amarahnya pada sang adik. Bahkan Dave telah berjanji dalam hatinya, dia akan memberi Sean pelajaran yang setimpal, jika berani menyentuh istri dan putranya, meskipun nyawanya menjadi taruhan. "Apa mungkin dia ingin menghancurkan kita, Dad?" tanya sang putra dengan ragu-ragu. Dave menoleh ke arah putranya. Dia memaksakan senyumnya, berusaha agar putra kesayangannya tidak mengkhawatirkan hal itu. "Jangan pikirkan hal itu, Hero. Daddy akan mengatasi semuanya. Kamu hanya perlu fokus pada kehidupan dan masa depanmu. Tetaplah waspada dan hati-hati pada siapa pun, meski orang tersebut kenal dan sangat dekat denganmu," tutur Dave, sembari menepuk-nepuk lirih
Hero menyeringai melihat si pengintai telah mendapatkan pelajaran dari sang asisten. Bahkan saat ini, gadis itu telah dibawa oleh dua orang pria yang sama sekali tidak dikenalnya. Mereka berdua diperintahkan oleh asisten Hero untuk memuaskan hasrat sang gadis di dalam kamar salah satu hotel tersebut.Sera pun tidak menolaknya. Dia sangat membutuhkan sentuhan dari pria untuk memuaskan hasratnya. Apalagi saat ini dia dalam pengaruh obat, sehingga bertindak aktif dan agresif ketika bersenang-senang dengan dua pria dewasa yang sangat berpengalaman.Pikirannya kosong. Hanya hasrat yang memburu sedang menguasai hati serta pikirannya. Senyuman dan lenguhannya menandakan kepuasan Sera akan perlakuan dan sentuhan dari kedua pria yang bermain dengannya. "Siapa sebenarnya dia?" tanya Hero pada sang asisten ketika si pengintai sudah keluar dari ruangan tersebut bersama dengan kedua pria suruhan mereka. "Dia suruhan dari pria yang menemui anda di ruang pesta," jawab sang asisten seraya memberika
Tepuk tangan meriah mengiringi pemasangan cincin di kedua jari pasangan yang sedang bertunangan. Hero dan Serena merupakan pasangan yang berbahagia pada hari ini. Semua keluarga besar, kolega, dan rekan kerja telah datang untuk menjadi saksi peristiwa penting tersebut, dan tentu saja mereka berbondong-bondong memberikan ucapan selamat pada pasangan yang sedang berbahagia.Setelah semua rangkaian acara selesai dilakukan, dan mengantarkan sang kekasih hati pulang bersama keluarganya, Hero meminta ijin pada kedua orang tuanya untuk beristirahat sejenak, meninggalkan pesta tersebut yang masih dipenuhi oleh tamu undangan."Tolong bawakan saya obat sakit kepala," perintah Hero pada asistennya, sembari berjalan keluar dari area pesta.Tanpa menunggu lama, sang asisten pun bergegas mengambilkan obat untuk sang bos, dan membawakan sebotol air mineral untuk dibawa ke ruang peristirahatan yang hanya digunakan pada saat pesta berlangsung.Di dalam ruangan itu, seorang pemuda berpenampilan rapi de
Perkataan Sean terngiang-ngiang di telinga Hero, hingga menyita pikirannya. Pemuda tersebut memikirkan panggilan Sean padanya. 'Putra? Kenapa pria tadi memanggilku sebagai putranya? Apa aku mirip dengan putranya?' batin Hero sembari membayangkan percakapannya bersama dengan Sean.Dirinya mengatakan bahwa tidak akan terpengaruh dengan perkataan pria asing tersebut. Akan tetapi, hatinya menolak untuk melupakannya. Kata "putra" masih saja membekas pada ingatannya. "Ada apa, Hero? Apa kamu gugup?" tanya seorang pria baya sembari terkekeh duduk di sampingnya.Sontak saja pemuda tampan yang menjadi sorotan dalam acara tersebut, menoleh ke arah sumber suara. Seketika dia terkejut tatkala melihat sosok pria yang menjadi panutannya selama ini."Papa?! Sejak kapan Papa berada di sini?"Dave tersenyum, dan menepuk-nepuk lirih pundak putranya, seraya berkata,"Apa yang sedang kamu khawatirkan? Bukankah seorang Hero tidak pernah sekali pun merasa khawatir?" Hero menghela nafasnya. Dia tersenyum
"Sean?!" celetuk Celine yang terkejut melihat sang mantan suami berdiri di hadapannya sambil tersenyum."Kamu bertambah cantik. Aku senang bisa melihatmu lagi, Sayang," tutur Sean sembari tersenyum, dan tatapan matanya seolah sedang menginginkan sang wanita.Celine menguatkan dirinya, agar terlihat tidak terpengaruh oleh kehadiran sang mantan. Sayangnya, ekspresi tubuhnya tidak mengatakan demikian. Dadanya bergerak naik turun seiring dengan nafasnya yang memburu menahan ketakutannya. 'Mimpi itu menjadi kenyataan. Tidak. Aku tidak boleh terlihat lemah dan takut padanya. Aku harus bersikap berani dan tidak terpengaruh dengan kehadirannya,' batin sang wanita dengan mencengkeram erat dress yang dipakainya."Kenapa kamu berada di sini?" tanya Celine yang berusaha terlihat berani di hadapan mantan suaminya.Sean menyeringai. Dia menatap lapar pada wanita cantik yang ada di hadapannya. Memang benar jika Sean semakin tertarik ketika melihat mantan istrinya. Dia tidak menampiknya, dan rasa in