Sontak saja sepasang suami istri paruh baya itu terkesiap. Mereka saling menatap dan menggelengkan kepalanya secara bersamaan."Tidak. Jangan lakukan itu. Kami akan menyelesaikan semuanya," ujar Antonio dengan menatap serius pada sang menantu."Kami sudah menantikan kehadiran cucu di dalam keluarga ini. Jadi, kami mohon, jangan pisahkan kami dengannya," imbuh Anna, mengiba pada sang menantu.Wanita berparas cantik yang sedang hamil tersebut, menghela nafasnya. Tak terasa air matanya pun menetes mengiringi helaan nafasnya yang terasa berat dalam dadanya. "Celine sudah lelah, Ma, Pa. Hubungan mereka sudah terlalu jauh dan menyakiti perasaanku. Aku tidak rela memiliki anak tiri dari wanita jalang itu. Begitu pula dengan anakku. Dia tidak akan rela mempunyai saudara tiri dari wanita yang menyakiti hati ibunya," tutur Celine dengan suara yang bergetar.Antonio tidak bisa melihat air mata wanita. Terlebih lagi dari menantunya yang sedang mengandung, dan disakiti oleh putranya. "Begini saj
Setelah kepergian Sean dari ruangan tersebut, kedua orang tua Sean masih memohon pada Celine agar tidak pergi dari rumah mereka. Bahkan mereka kembali membicarakan tentang negosiasi yang mereka buat untuk anak yang ada dalam kandungan Celine saat ini."Kamu tahu jika anak dalam kandunganmu merupakan penerus keluarga Mayer, bukan?" tanya Antonio pada sang menantu.Celine menganggukkan kepalanya. Dia membenarkan pertanyaan dari mertua laki-lakinya."Jadi, kamu tahu jika anak itu nantinya akan menjadi penerus keluarga Mayer, bukan?" tanya kembali Antonio pada menantu satu-satunya keluarga Mayer.Sang menantu kembali menganggukkan kepalanya. Seketika dia teringat kembali akan hak-hak yang akan diterima oleh anaknya kelak sebagai pewaris keluarga Mayer. Apalagi anaknya merupakan satu-satunya cucu yang mereka tunggu-tunggu selama ini.'Benar. Aku tidak akan memberikan sedikit pun hak anakku pada anak wanita jalang itu,' batin Celine untuk membulatkan tekadnya.Dave mendengarkan percakapan k
Di sebuah tempat yang jauh dari hiruk pikuk kota, terdapat sebuah bangunan mewah yang luas dan memiliki pemandangan indah. Duduklah seorang wanita di taman yang sedang sibuk dengan ponselnya."Sial! Kenapa dia mengabaikan semua telpon dan pesanku?!" "Awas saja jika kau bersenang-senang dengan istrimu, sementara kau asingkan aku di tempat ini!""Nyonya, makanan sudah siap. Silahkan dimakan," ujar seorang pelayan wanita yang meletakkan beberapa makanan, segelas susu dan segelas air putih di hadapan wanita tersebut.Wanita yang sedang dipenuhi amarah itu, menatap tajam pada sang pelayan, dan berkata dengan ketus."Aku tidak mau makan!""Semua makanan dan susu ini sangat dibutuhkan untuk ibu hamil. Tuan Sean sendiri yang memerintahkan kami untuk memastikan Nyonya memakan semua ini dan meminum susunya," tutur pelayan tersebut mencoba membujuk Raisa.Pelayan paruh baya yang sudah sangat berpengalaman tersebut, sengaja dipekerjakan Sean untuk bisa memastikan Raisa dan bayinya dalam keadaan
Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Dave memperhatikan Sean yang semakin antusias dalam pekerjaannya. Bukan hanya itu saja, sang adik selalu saja mencari perhatian papa mereka dengan membicarakan pekerjaannya, seolah sedang menyombongkan proyek yang sedang ditanganinya.Posisi Sean saat ini masih belum disahkan sebagai CEO perusahaan MY. Dia hanya melakukan pekerjaan CEO di perusahaan tersebut. Awalnya Sean selalu protes pada Antonio perihal ditundanya peresmian dirinya sebagai CEO perusahaan MY. Akan tetapi, setelah sang papa mengatakan alasan penundaannya karena masalah Raisa yang dianggapnya belum selesai, membuat Sean tidak bisa memprotesnya. Dia masih mencari cara yang tepat untuk membuat Raisa tetap berada di tempat itu selamanya.Sedangkan Raisa, dia masih saja menuntu t Sean agar datang menemuinya. Selama berbulan-bulan dia tidak bisa menghubungi Sean. Dia hanya bisa menitip pesan pada pelayan untuk disampaikan pada tuannya.Hubungan Celine dan Sean masih tetap sama. Mer
Dave terkesiap mendengar perkataan dari adiknya. Sontak saja dia memikirkan tentang bayi yang ada dalam kandungan adik iparnya.'Apa mungkin bayi itu anakku?' tanyanya dalam hati."Sean, kamu memang suami terburuk dari yang paling buruk! Jika kamu memang tidak mau mengakui anak yang ada dalam kandunganku, lebih baik ceraikan saja aku, dan aku akan pergi dari rumah ini!" ujar Celine dengan berurai air mata.Perasaan sensitifnya, membuat wanita yang sedang hamil tersebut gampang sekali menangis. Tidak pernah disadarinya jika mood nya naik turun semenjak kehamilannya. Bahkan sekarang, dia merasa sangat muak pada suaminya, sehingga tidak mau dekat dengannya.Namun, entah mengapa dia ingin sekali dimanjakan oleh kakak iparnya. Sekeras apa pun dia menolak, dorongan keinginannya itu begitu kuat, sehingga dengan senang hati dia menerima perlakuan manis dari kakak iparnya."Kenapa kamu jadi menyalahkan aku? Jelas-jelas kamu yang mendorongku agar menjauh darimu. Dan sekarang kamu malah enak-ena
"Apa maksudmu, Dave? Kenapa kamu menanyakan hal konyol seperti itu?" tanya Celine sembari mengernyitkan dahinya."Apa kamu ingat kapan kita melakukannya? Bisa saja anak dalam kandunganmu ini adalah anakku," ujar Dave dengan penuh keyakinan.Terbersit keraguan dalam benak Celine. Wanita yang sedang hamil tersebut memikirkan ucapan sang kakak ipar. Terlebih lagi ucapan suaminya yang seolah membenarkan bahwa anak dalam kandungannya merupakan anak dari kakak iparnya. Dalam hatinya pun bertanya-tanya.'Apa benar anak dalam kandunganku ini adalah anaknya?' "Kenapa diam? Apa kamu juga berpikiran yang sama denganku?" tanya Dave kembali.Sontak saja Celine tersadar dari pikirannya. Dia menatap ragu pada sang kakak ipar, dan berkata,"Jangan ungkit lagi tentang itu, Dave. Itu ketidaksengajaan. Jadi--""Siapa tahu ketidaksengajaan yang membuahkan hasil. Tidak ada yang tahu tentang itu, sebelum semuanya dibuktikan," sahut Dave dengan sangat yakin.Tidak jauh di belakang mereka, ada seseorang yan
Sean menatap seorang wanita yang berperut besar sedang duduk menonton tayangan televisi. Bayangan akan wajah sang istri, mampu menyamarkan wajah wanita selingkuhannya.Perut kedua wanita dalam hidup pria tersebut sama-sama membesar. Bukan hanya itu saja, keraguan pada bayi dalam kandungan kedua wanita tersebut juga menghantuinya. Jujur saja, mulai dari awal Sean ragu akan bayi dalam kandungan Raisa. Selain dia ragu karena tidak bersamanya selama dua puluh empat jam, usia kandungan Raisa membuatnya berpikir akan status anak tersebut.Namun, kini dia juga memikirkan status akan bayi dalam kandungan istrinya. Dengan telinganya sendiri, dia mendengar akan perbuatan istrinya bersama dengan kakaknya yang kemungkinan menjadi ayah dari anak dalam kandungannya.Wanita berperut besar itu menoleh ke arahnya, dan dengan mata yang berkaca-kaca dia berkata,"Kenapa kamu baru menemui ku sekarang?" Sean berusaha tersenyum padanya. Dia berjalan menghampirinya, dan duduk di sebelahnya. "Maafkan aku,
"Ma, ijinkan Raisa tinggal di sini sementara," sahut Sean seraya menatap sang mama dengan serius."Kamu gila, Sean?! Istrimu sedang mengandung, dan kamu tega membawa wanita ini untuk tinggal bersama dengan kita?! Di mana otakmu?!" seru Anna menggebu-gebu.Celine yang merupakan istri sah Sean, tidak berkomentar apa pun. Dengan matanya yang berkaca-kaca, dia menatap suaminya yang bergandengan mesra dengan wanita selingkuhannya. Hatinya terasa sangat sakit karena kemarahannya yang seolah mendidih saat ini. Sean menatap sang istri, dan memperhatikan ekspresi wajahnya. Dia tersenyum tipis melihat kemarahan di mata sang istri yang sedang menatapnya.Antonio mengikuti arah pandang putra keduanya. Dia mengeram marah melihat menantunya yang terluka oleh sikap suaminya. "Cepat bawa wanita itu keluar dari sini, Sean!" seru Antonio dengan tegas dan menatap marah pada sang putra.Melihat kemarahan Antonio, dengan cepatnya Raisa melepas tangannya yang melingkar pada lengan Sean. Dia berlutut dan
Suara detak jantung dari seorang pasien pria yang terbaring di atas tempat tidur pasien, terdengar menggema dalam ruang ICU setelah mendapatkan operasi selama beberapa jam. Deraian air mata dari beberapa orang yang berada di luar ruang tesebut, tidak dapat didengarnya, seolah dunia mereka kini berbeda. Wanita tua yang berpenampilan modis dan terlihat lebih muda dari usianya, sedang berdiri di depan jendela kaca ruang ICU. Pandangan matanya tidak lepas dari pasien yang ada di dalam ruangan tersebut. Mata sembabnya masih saja mengeluarkan air mata, seolah tidak bisa merelakan apa yang dilihatnya saat ini. "Kenapa nasib Sean bisa begini, Pa?!" tanyanya dengan suara serak pada sang suami yang ada di sebelahnya. "Sabar, Ma. Papa yakin, Sean akan baik-baik saja. Sean adalah seorang Mayer. Dia pasti kuat dan berusaha untuk bertahan, agar bisa kembali pulang bersama dengan kita," tutur Antonio yang berusaha menenangkan hati istrinya. Deraian air mata yang membasahi pipi Anna, membuat
"Mama?!" ujar Sera dengan suara yang bergetar.Perempuan muda itu berlari menghampiri seorang wanita paruh baya yang berpenampilan seksi, dan memakai makeup, lengkap dengan lipstik berwarna merah menyala. Dipeluknya wanita yang dipanggilnya dengan sebutan mama tersebut, dan berkata,"Sera takut, Ma."Air matanya menetes di pipi, dan mengenai baju wanita paruh baya yang dipeluknya. Hal yang paling dibenci oleh Raisa, kini dilakukan oleh putrinya. Raisa sangat marah jika bajunya terkena makeup orang lain pada saat berpelukan dengannya. Terlebih lagi jika air mata orang tersebut menempel di bajunya.Sang mama menjauhkan tubuh putrinya, dan memperhatikan penampilan perempuan muda tersebut yang masih sesenggukan mengeluarkan air mata. "Ada apa denganmu, Sera? Kenapa kamu seperti ini? Dan juga kenapa kamu berada di tempat ini?" tanya Raisa sembari menatap putrinya dengan heran.Sera menundukkan kepalanya, sembari mengusap kasar air mata yang menetes di kedua pipinya. Akan tetapi, dia tidak
"Semuanya sudah lengkap. Sepertinya masalah ini sudah bisa kita proses sekarang," ucap polisi yang sebelumnya telah bersitegang dengan Sean."Silahkan, Pak. Kami menyerahkan mereka pada pihak kepolisian," ujar seorang pria yang berasal dari arah belakangnya.Seketika putra kedua dari keluarga Mayer tersebut, menoleh ke arah sumber suara. Sontak saja matanya terbelalak melihat sosok yang sangat familiar sedang berdiri bersama dengan dua orang pria yang diapit oleh beberapa polisi dan beberapa pria berpakaian serba hitam. "Om Sean," lirih perempuan yang saat ini sedang membuat Sean tercengang dengan penampilannya.Betapa tidak tercengang ketika Sean melihat keadaan putri dari wanita yang menjadi partner ranjangnya. Rambutnya berantakan dan terkesan acak-acakan. Wajahnya terlihat begitu lelah, dengan makeup yang luntur karena peluhnya. Dan satu hal membuat Sean tidak bisa berkata-kata yaitu penampilan Sera saat ini yang persis seperti ibunya.Ingatan Sean tertuju pada saat dirinya menja
Seketika dua orang pria dan seorang wanita terhenyak kaget, tatkala pintu kamar yang mereka tempati dibuka dengan kerasnya dari luar. Beberapa pria berpakaian serba hitam masuk ke dalam kamar tersebut, dan menangkap basah mereka bertiga dalam keadaan polos sedang bersenang-senang bersama. Kedua pria tersebut merupakan karyawan hotel yang bekerja pada bagian parkir, sehingga mereka berdua terlihat ketakutan saat ini.Berbeda dengan kedua pria itu. Sera yang usianya jauh lebih muda dari mereka berdua, terlihat sangat menikmati permainannya. Dia berada di atas tubuh seorang pria, dan pria yang satunya lagi memanjakannya dari belakang tubuhnya. Bahkan dia tidak mau menghentikan gerakannya. "Cepat lakukan! Aku sudah tidak tahan lagi! Jangan berhenti! Aku mohon!" ujar Sera dengan suara yang tertahan, diiringi dengan lenguhannya dan lebih mempercepat gerakannya.Hal itu membuat pria yang berada di bawah tubuhnya merasa tersiksa. Dia ingin menghentikannya, tapi hasratnya mengatakan tidak mau
Dave mengepalkan kedua tangannya ketika mendengar cerita dari sang putra tentang apa yang dilakukan oleh Sean padanya. Kilatan amarah terlihat dari mata pria paruh baya yang selalu membuat sang adik iri padanya. "Tidak pernah ku sangka dia akan berbuat senekat itu padamu," ujar Dave dengan penuh amarah. Hatinya kini dikuasai oleh amarahnya pada sang adik. Bahkan Dave telah berjanji dalam hatinya, dia akan memberi Sean pelajaran yang setimpal, jika berani menyentuh istri dan putranya, meskipun nyawanya menjadi taruhan. "Apa mungkin dia ingin menghancurkan kita, Dad?" tanya sang putra dengan ragu-ragu. Dave menoleh ke arah putranya. Dia memaksakan senyumnya, berusaha agar putra kesayangannya tidak mengkhawatirkan hal itu. "Jangan pikirkan hal itu, Hero. Daddy akan mengatasi semuanya. Kamu hanya perlu fokus pada kehidupan dan masa depanmu. Tetaplah waspada dan hati-hati pada siapa pun, meski orang tersebut kenal dan sangat dekat denganmu," tutur Dave, sembari menepuk-nepuk lirih
Hero menyeringai melihat si pengintai telah mendapatkan pelajaran dari sang asisten. Bahkan saat ini, gadis itu telah dibawa oleh dua orang pria yang sama sekali tidak dikenalnya. Mereka berdua diperintahkan oleh asisten Hero untuk memuaskan hasrat sang gadis di dalam kamar salah satu hotel tersebut.Sera pun tidak menolaknya. Dia sangat membutuhkan sentuhan dari pria untuk memuaskan hasratnya. Apalagi saat ini dia dalam pengaruh obat, sehingga bertindak aktif dan agresif ketika bersenang-senang dengan dua pria dewasa yang sangat berpengalaman.Pikirannya kosong. Hanya hasrat yang memburu sedang menguasai hati serta pikirannya. Senyuman dan lenguhannya menandakan kepuasan Sera akan perlakuan dan sentuhan dari kedua pria yang bermain dengannya. "Siapa sebenarnya dia?" tanya Hero pada sang asisten ketika si pengintai sudah keluar dari ruangan tersebut bersama dengan kedua pria suruhan mereka. "Dia suruhan dari pria yang menemui anda di ruang pesta," jawab sang asisten seraya memberika
Tepuk tangan meriah mengiringi pemasangan cincin di kedua jari pasangan yang sedang bertunangan. Hero dan Serena merupakan pasangan yang berbahagia pada hari ini. Semua keluarga besar, kolega, dan rekan kerja telah datang untuk menjadi saksi peristiwa penting tersebut, dan tentu saja mereka berbondong-bondong memberikan ucapan selamat pada pasangan yang sedang berbahagia.Setelah semua rangkaian acara selesai dilakukan, dan mengantarkan sang kekasih hati pulang bersama keluarganya, Hero meminta ijin pada kedua orang tuanya untuk beristirahat sejenak, meninggalkan pesta tersebut yang masih dipenuhi oleh tamu undangan."Tolong bawakan saya obat sakit kepala," perintah Hero pada asistennya, sembari berjalan keluar dari area pesta.Tanpa menunggu lama, sang asisten pun bergegas mengambilkan obat untuk sang bos, dan membawakan sebotol air mineral untuk dibawa ke ruang peristirahatan yang hanya digunakan pada saat pesta berlangsung.Di dalam ruangan itu, seorang pemuda berpenampilan rapi de
Perkataan Sean terngiang-ngiang di telinga Hero, hingga menyita pikirannya. Pemuda tersebut memikirkan panggilan Sean padanya. 'Putra? Kenapa pria tadi memanggilku sebagai putranya? Apa aku mirip dengan putranya?' batin Hero sembari membayangkan percakapannya bersama dengan Sean.Dirinya mengatakan bahwa tidak akan terpengaruh dengan perkataan pria asing tersebut. Akan tetapi, hatinya menolak untuk melupakannya. Kata "putra" masih saja membekas pada ingatannya. "Ada apa, Hero? Apa kamu gugup?" tanya seorang pria baya sembari terkekeh duduk di sampingnya.Sontak saja pemuda tampan yang menjadi sorotan dalam acara tersebut, menoleh ke arah sumber suara. Seketika dia terkejut tatkala melihat sosok pria yang menjadi panutannya selama ini."Papa?! Sejak kapan Papa berada di sini?"Dave tersenyum, dan menepuk-nepuk lirih pundak putranya, seraya berkata,"Apa yang sedang kamu khawatirkan? Bukankah seorang Hero tidak pernah sekali pun merasa khawatir?" Hero menghela nafasnya. Dia tersenyum
"Sean?!" celetuk Celine yang terkejut melihat sang mantan suami berdiri di hadapannya sambil tersenyum."Kamu bertambah cantik. Aku senang bisa melihatmu lagi, Sayang," tutur Sean sembari tersenyum, dan tatapan matanya seolah sedang menginginkan sang wanita.Celine menguatkan dirinya, agar terlihat tidak terpengaruh oleh kehadiran sang mantan. Sayangnya, ekspresi tubuhnya tidak mengatakan demikian. Dadanya bergerak naik turun seiring dengan nafasnya yang memburu menahan ketakutannya. 'Mimpi itu menjadi kenyataan. Tidak. Aku tidak boleh terlihat lemah dan takut padanya. Aku harus bersikap berani dan tidak terpengaruh dengan kehadirannya,' batin sang wanita dengan mencengkeram erat dress yang dipakainya."Kenapa kamu berada di sini?" tanya Celine yang berusaha terlihat berani di hadapan mantan suaminya.Sean menyeringai. Dia menatap lapar pada wanita cantik yang ada di hadapannya. Memang benar jika Sean semakin tertarik ketika melihat mantan istrinya. Dia tidak menampiknya, dan rasa in