Home / Romansa / Ranjang Panas Sang Arjuna / Bab 36 Bangkitnya Nadia.

Share

Bab 36 Bangkitnya Nadia.

Author: Handira Rezza
last update Huling Na-update: 2025-03-13 04:37:26

Suara itu tidak asing lagi, siapa lagi kalau bukan Neneknya Nadia dari pihak Pak Abraham. Benar-benar tidak tahu diri sekali, apa mereka pikir berbuat seperti ini tidak memalukan.

"Aku tidak akan kembali," ucap Nadia lalu mematikan telepon.

"Ibu, sepertinya aku perlu ganti nomor telepon," keluh Nadia.

"Ganti saja, ibu yang akan memilihkan nomor ponsel untukmu," balas Ibu Sonia.

Keluarga mangan suami yang tidak tahu diri, rela menjual cucu demi keuntungan. Apa mereka tidak memikirkan nasib Nadia kedepannya di keluarga itu. Ibu Sonia mengepalkan tangannya kesal karena ternyata mereka semua membuat Nadia menderita.

"Enak sekali mereka menikmati uang tanpa bekerja sedangkan ada satu orang yang terus berjuang demi hidup Hedon mereka!" umpat Ibu Sonia.

Nadia juga tak habis pikir bisa lahir dari keluarga seperti mereka. Maunya untung melulu, tidak mau bekerja tapi mempunyai uang yang melimpah. hidup senang melulu.

"Aku juga tidak akan menuruti
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 37 Melahirkan bayi Laki-laki

    Terlihat ada darah mengalir di sela kaki Nadia, wanita cantik itu segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. "Keluarga tolong tunggu di luar saja," ucap salah satu suster yang menghalangi masuk Ibu Sonia. "Aku adalah ibunya. kenapa aku tidak boleh masuk?" ucap Ibu Sonia yang tidak bisa berpikir jernih kala itu. "Ini prosedur rumah sakit, Bu. Silahkan tunggu saja di ruang tunggu," balas asisten dengan lembut. Ibu Sonia segera duduk di kursi tunggu. Tapi pikirannya tidak tenang melihat Nadia mengeluarkan banyak darah seperti itu. Di dalam pikirannya Nadia kecapekan bekerja. Nadia terlalu bersemangat ingin mendirikan brand sendiri tanpa memikirkan tubuhnya yang berbadan dua. "Ya Tuhan selamatkan anakku," ucap Ibu Sonia sembari mengangkat tangannya berdoa. Nadia sangat lama di dalam IGD menjadikan Ibu Sonia tidak bisa duduk diam di kursi. Sesekali ia berdiri dan mondar mandir di depan IGD. "Nadia, Ibu tidak akan memaafkan diri sendiri kal

    Huling Na-update : 2025-03-13
  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 38 Enam Tahun Kemudian

    Nadia menyeringai tipis, "Dengan cara memberikan mereka menderita," jawab Nadia. "Saat ini juga mereka sudah menderita, uang yang dj pakai foya foya susah tidak ada," balas Ibu Sonia. Nadia tersenyum sinis, lalu dia menggandeng tangan Ibu Sonia untuk segera menuju mobil pulang ke rumah. Nadia sudah kangen dengan putra tercintanya. "Di bawah kekuasaan Arjuna. Mereka tidak mungkin bisa berkutik, tidak bisa leha-leha menikmati kerja keras orang lain lagi," ucap Nadia "Jadi kamu akan membalas mereka dengan cara apa sebenarnya. Ibu masih belum paham?" tanya Ibu Sonia. "Membiarkan mereka di tindas oleh Arjuna. Lalu aku yakin rumor yang tersebar tempo hari tentang skandal Arjuna dan putri dari pengusaha yang bangkrut, pasti Meraka akan mencari cara agar bisa diganti dengan Karina," jawab Nadia. Ibu Sonia seperti sudah paham apa maksud Nadia, "Yah Meraka akan mempermalukan diri sendiri dengan mengganti peran siapa yang melakukan skandal dengan Arjuna de

    Huling Na-update : 2025-03-14
  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 39 Paman, Maukah jadi Ayahku?

    Anak itu merengek meminta sosok yang baru ditemuinya itu untuk menjadi Ayahnya. "Apa paman tidak mau jadi Ayahku?" tanya Anak itu.Pria itu menggelengkan kepalanya, "Tidak bisa, Paman saja belum menikah, sekarang begini saja, dimana orang tuamu. Paman akan mengantar kamu ke orang tuamu," ucap Pria itu.Anak itu terlihat sumringah karena bisa mempertemukan Ibunya dan Laman tampan yang baru saja dia temui. Tapi Asisten dari Pria itu mengingatkan bahwa ada yang pekerjaan penting yang tidak bisa di tinggalkan."Biar saya saja yang mengantar anak ini ke resepsionis. Biar diumumkan kalau ada anak hilang," ucap Yoga."Maaf Nak. Ada hal penting yang harus aku lakukan. Jadi biar asistenku saja yang mengantarmu ke orang tuamu," jawab Arjuna sembari mengelus rambut anak itu. Ada perasaan yang menyatu dengan tatapan anak itu. Arjuna semakin penasaran kenapa bisa ada perasaan yang aneh saat bertatap muka dengan bocah kecil yang baru saja di jumpainya itu. "Yah saya

    Huling Na-update : 2025-03-14
  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 40 Apa dia Pantas menjadi istriku?

    Saat Arjuna penasaran dengan sosok anak yang pertama kali dijumpainya tadi. Perasaan tak karuan dihatinya menjadi-jadi. "Apa mungkin Nadia hamil setelah malam itu?" ucap Arjuna dengan suara lantang. "Itu tidak mungkin, Tuan. Kalau dia hamil anak Tuan Arjuna bisa saja Nadia langsung meminta pertanggungjawaban, siapa yang tidak mau melahirkan anak dari Tuan Arjuna," ucap Yoga. Arjuna diam sejenak, apa yang dikatakan oleh Yoga ada benarnya juga. Maan mungkin Nadia akan diam saja ketika mengandung anaknya. Anak seorang pria yang kaya nan berpengaruh di kota ini. Uang yang diberikan Nyonya Rana kala itu juga tidak akan cukup untuk membiayai hidup anak yang dilahirkan Nadia. "Aku masih penasaran," gumam Arjuna dalam hati. Arjuna sudah sampai rumah dia langsung istirahat masuk kamarnya. Sedangkan Yoga memilih untuk menghubungi Nyonya Rana dan memberitahukan bahwa dia melihat Nadia di hotel yang sama dengan pertemuan yang dihadiri oleh Arjuna hari ini. "A

    Huling Na-update : 2025-03-15
  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 41 Paman Kenal Ibuku?

    Nyonya Rana langsung berteriak kencang tentang pertanyaan Arjuna yang sudah jelas jawabannya apa. "Dia pantas jadi istrimu, dia sama-sama dari keluarga berjaya seperti kita. Tidak seperti Nadia yang berasal dari keluarga berantakan," ucap Nyonya Rana. Arjuna merasa kesal mendengar hal yang dikatakan oleh Ibunya. Dia mengepalkan tangannya erat, melotot siap menerkam siapa yang membuatnya tidak senang. "Keluar!" tegar Arjuna sambil menunjukan pintu kamarnya. "Ar-juna, aku ini ibumu bukan anak buahmu, kamu jangan semena-mena kepada ibumu sendiri, ingat saja kamu hanya boleh menikah dengan Lisa," balas Nyonya Rana. "Aku tidak mau, silahkan saja coret dari keluarga keluarga atau ahli waris," balas Arjuna. "Apa kamu mau ibu gila, Arjuna?" bentak Nyonya Rana. "Ibu akan mengurungmu di sini sampai kamu berubah pikiran!" tegas Ibu Rana "Aku sama sekali tidak takut dengan ancaman Ibu," imbuh Arjuna. Nyonya Rana menghentakkan kakinya lalu pergi da

    Huling Na-update : 2025-03-15
  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 42 Kamu harus tahu aku mencintaimu Nadia

    Tubuh Nadia gemetar melihat sosok pria tampan itu. Reflek dia langsung menyembunyikan sang Putra di balik tubuhnya agar Arjuna tidak memperhatikan wajah putranya. "Ka-mu?" ucap Nadia lirih "Ternyata dia putramu," ucap Arjuna sembari menghela nafas. "Lama tidak berjumpa, Nadia. Kamu jadi semakin cantik," lanjut Arjuna. Nadia masih diam seribu bahasa tidak tahu harus berkata apa. Sedangkan Bima putranya dia tersenyum ke arah Arjuna. Anak kecil itu kini berhadapan dengan Arjuna, walau Nadia berusaha untuk menyembunyikannya. "Paman, ibuku cantik 'kan?" ucap Bima. "Ah paman, kenapa kamu tidak menjawab pertanyaanku kemarin?" imbuh Bima. "Hah, kemarin?" ucap Nadia lirih, kalau ada pertanyaan seperti itu berarti Bima dan Arjuna sudah bertemu sebelumnya. "Iya, Bu. Aku bertemu paman ini dan bertanya apakah dia mau jadi Ayahku," balas Bima. Wajah Nadia memerah, dia jadi salah tingkah mendengar ucapan sang putra. Sedangkan Arjuna malah sebaliknya di

    Huling Na-update : 2025-03-16
  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 42 Berbicaralah sepatah kata

    Nadia melirik bunga yang dibawa Arjuna, bunga dari dekorasi yang dia ambil untuk diberikan kepada Nadia. "Tidak modal sekali," gerutu Nadia lalu dia turun dari panggung dan menerima bunga pemberian Arjuna. "Terima kasih, Tuan," ucap Nadia sambil tersenyum untuk menghargai Arjuna di depan banyak orang. "aku sungguh terkejut saat kamu muncul sebagai pemilik perusahaan yang sedang berkembang ini, sekali lagi aku ucapkan selamat," ucap Arjuna. Nadia membungkuk sedikit tanda menghormati Arjuna. Lalu Pak Abraham yang mengetahui bahwa itu adalah Nadia pemilik perusahaan tas yang sedang banyak penggemar itu membuatnya lupa daratan. Dia sesumbar dan sombong kepada para tamu. "Anakku memang luar biasa," ucap Pak Abraham lalu tersenyum lebar. "Bukan saatnya untuk membanggakan Nadia," bisik Lentina. "Diam kamu!" seru Pak Abraham. "Kenapa aku tidak boleh membanggakan putriku sendiri? Lihatlah putrimu yang tidak berguna itu, membuatku rugi saja!" lanjut Pak Abr

    Huling Na-update : 2025-03-16
  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 43 Pembalasan

    Langit menatap sejenak Karina, lalu melihat ke arah Nadia yang menurutnya berkharisma sekali. Wajahnya tampak semakin segar, cantik dan mempesona di mata Langit."Selamat Nadia, atas berdirinya sebuah bisnis yang sudah kamu impikan sejak lama," ucap Langit sembari mendekat ke Nadia."Terima kasih sudah hadir dan menyaksikan terwujudnya impianku," balas Nadia mendatar saja.Karina terlihat cemburu, pasalnya dia Ingin Langit membelanya dan ikut memojokkan Nadia. Tapi justru sebaliknya, dia malah memberikan selamat sekaligus bernostalgia masa lalu."Kalau boleh, bisakah luangkan waktu untuk mengobrol denganku?" tanya Langit."Tidak bisa, banyak yang ingin mengobrol denganku," jawab Nadia lalu menunjuk ke sebuah arah yang memang beberapa orang sedang menunggu Nadia."Ah, kalau begitu bisakah di luar launching produk ini kita bisa bertemu untuk mengobrol masalah bisnis," ucap Langit.Nadia menggelengkan kepalanya, dia sangat tidak setuju dengan permintaan Lang

    Huling Na-update : 2025-03-17

Pinakabagong kabanata

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 111 Aku yang bekerja kamu yang menikmati?

    Langit masih menatap Nadia dengan tatapan penuh kesedihan. Dia sungguh sangat menyesal karena dulu telah mencampakan Nadia demi wanita penggoda yang tidak bisa apa-apa seperti Karina.“Aku akan pergi Nadia, tapi yang harus kamu tahu. Sampai kapanpun aku masih tetap akan mencintaimu,” ucap Langit.“Wuueek,” ledek Arjuna. “Sampai kapanpun mecintai tapi kamu selalu selingkuh, menjengkelkan sekali kata-katamu itu!” lanjut Arjuna.Langit menatap Arjuna dengan tatapan penuh kebencian. Setelahnya di kembali menatap Nadia dengan tatapan teduh.“Aku pamit pergi, Nadia,” ucap Langit lirih lalu berbalik dan pergi dari hadapan mereka semua.“Hati-hati dijalan Paman. Semoga kita tidak berjuma lagi,” ucap Bima lalu melambaikan tangan ke Langit.Ada rasa sakit hati ketika Bima mengatakan itu pada benak Langit. Tapi semua sudah menjadi bubur tidak bisa kembali seperti semua. Langit pergi dengan langkah penyesalan seumur hidup di benaknya.“Ayo kita masuk mobil, kamu pasti sudah lapar ‘kan sayangku,”

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 110 Ijinkan aku bahagia

    Langit menatap Nadia dengan tatapan penuh kegembiraan. Langit tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk mengatakan bahwa dia masih ingin bersama Nadia.“Tolong tinggalkan Arjuna dan hidup bersamaku!” tegas Langit dia ingin menggenggam tangan Nadia tapi Nadia reflek menjauhkan tangan dari jangkauan Langit.“Kamu itu sungguh tidak tahu diri. Apa kamu pikir setelah kamu campakan dan ibumu hina aku masih sudi menjalin hubungan denganmu!” seru Nadia yang sangat kesal dengan ucapan Langit itu.“Nadia, aku sangat menyesal. Tolong mengertilah Nadia, jika itu kamu yang berada di posisiku aku yakin kamu pasti melakukan hal yang sama,” ucap Langit lalu dia berlutut di depan Nadia.Nadia yang melihat Langit berlutut memohon seperti itu, hatinya sangat tidak tergugah dia justru jijik depan apa yang dilakukan Langit.“Kalau begitu coba kamu posisikan dirimu di posisiku waktu itu,” balas Nadia.“Aku tidak bisa membayangkannya karena aku merasa kamu kecewakan,” jawab Langit.“Justru aku yang kecewa

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 109 Kenapa kamu ingin balikan

    Arjuna langsung memarkir mobilnya sembarangan lalu segera berlari ke lobby biasa yang dipakai untuk antar jemput siswa. Dia sangat panic mendengar percakapan Nadia. Jika sampai Bima diculik dia akan menuntut pihak sekolah.“Ayaahhh,” teriak Bima.Suara anak itu membuat Arjuna berhenti berlari lalu menoleh ke sumber suara bocah yang memanggilnya.“Bima,” gumam Arjuna.Bima berlari ke arah Arjuna dan memeluknya erat, Arjuna yang tadinya panic menjadi lega karena Bima ada dipelukannya. Sedangkan Nadia yang ikut mengejarnya tengah ngos-ngosan ketika sudah berada di dekatnya.“Kenapa berlari sekencang itu?” ucap Nadia disela nafasnya yang berderu kencang.“Aku mendengarmu kalau Bima sudah ada yang menjemput, jadi aku panic dan khawatir kalau Bima diculik,” balas Arjuna.“Aku juga sama ikut panic tapi kita bisa ‘kan berpikir jernih dulu, sebelum bertindak,” ucap Nadia mencoba mengontorl emosinya.“Maafkan aku,” balas Arjuna lalu mereka bertiga berpelukan bersama.“Sudah sudah jangan berteng

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 108 Lelaki pertama yang tidur dengannya

    Nadia segera melihat siapa yang menelpon di ponselnya. Ternyata itu adalah Langit yang entah ingin mengatkan apa, Nadia yang tidak napsu untuk mengangkat telpon itu langsung mematikan dan menyimpan ponsel ke dalam tasnya kembali.“Dari orang yang tak penting, aku tak mau mengangkatnya,” gumam Nadia.“Apa aku pukuli saja dia sampai bengek ya,” ucap Arjuna kesal.“Jangan nanti kamu berurusan dengan polisi,” balas Nadia.“Berurusan dengan polisi itu hal yang mudah diatasi, tapi kalau bajingan gila itu meminta uang ganti rugi aku tidak sudi memberikannya. Uang akan sangat menguntungkan baginya,” ucap Arjuna sedikit marah dia membanyangkan Langit akan mendapatkan keuntungan dari satu pukulan yang dia berikan padannya.“Aku juga tidak sudi bagian tubuhku menyentuh tubuh pria miskin itu!” seru Arjuna lagi.“Tenangkan pikiranmu kita ini sedang menyetir loh,” ucap Nadia.Lagipula Nadia sudah tidak ada urusan lagi dengan Langit, peristiwa reuni sekolah tempo hari sudah mengisyaratkan semuanya,

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 107 Dunia serasa milik berdua.

    Arjuna mencumbu Nadia dengan semangat, dia ingin melampirkan kerinduan yang mendalam yang terbelenggu di benaknya.“Tolong hentikan, kita bisa telat menjemput Bima,” bujuk Nadia.“Aku tidak bisa menunda lagi,” balas Arjuna lalu mencecap bibir Nadia lembut.Kali ini Nadia tidak bisa berkutik dia pasrah saja dengan apa yang dilakukan oleh Arjuna. Mereka memadu kasih selama beberapa saat sebelum menjemput Bima.“Dasar pria mesum,” gerutu Nadia.“Biarkan saja, aku hanya bisa mesum padamu,” balas Arjuna sembari menyeringai tipis.“Apa di otakmu hanya ada hal bercumbu saja?” gerutu Nadia lagi sembari membetulkan kemeja yang dia pakai.“Sebenarnya sih tidak. Tapi saat bersamamu aku tidak bisa menahan hasrat bercumbu denganmu,” balas Arjuna kali ini disertai tertawa kencang.Nadia mendengus kesal mendengar ucapan Arjuna. Dia langsung memoles bedak di wajahnya sebelum akhirnya meminta cepatan untuk menjemput Bima.“Hei, tunggu!” seru Arjuna seraya mengikuti langkah kaki Nadia yang terlalu cep

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 106 Waktu terasa cepat berlalu saat bersamamu.

    Nadia menggelengkan kepalanya, dia tidak sakit tapi ssmalam hanya tidak bisa tidur."Aku sangat khawatir padamu, biar aku saja yang menyetir," ucap Arjuna."Boleh," jawab Nadia lalu menyerahkan kunci mobil kepada Arjuna. Nadia duduk di kursi belakang barang Bima, sambil mobil jalan Nadia mengganti baju Bima dengan seragam sekolah. Setelahnya Bima duduk di sebelah Arjuna di jok depan."Ibu," panggil Bima yang memerlukan sesuatu.Tapi saat dia menoleh Nadia sudah tidur di jok belakang dengan pulas "Biarkan saja ibumu tidur. Kamu butuh apa?' tanya Arjuna."Aku hanya ingin mengecek tas sekolahku, tapi ya sudahlah biarkan ibu tidur saja sebentar," balas Bima.Arjuna mengangguk pelan, dia mengusap rambut Bima lembut karena merasa Bima sangat khawatir terhadap Nadia."Ibumu hanya khawatir padamu jadi tidak tidur semalaman memikirkan kamu, itu feeling ayah saya," ucap Arjuna."Aku juga berpikir begitu, kasihan Ibu, kenapa aku tidak mengajak ibu saja menginap di rumah ayah," keluh Bima."Saba

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 105 Aku sangat menyesal

    Bima mengangguk pelan, tandanya dia mau memakan sandwich buatan Nyonya Rana.“Ambilah,” ucap Arjuna ketika melihat putranya mengangguk setuju untuk memakan Sandwich buatan Nyonya Rana.“Terima kasih, Ayah,” jawab BIma sembari mengambil sandwich yang disodorkan oleh Arjuna.Bima menggigit sandwich itu lalu menunjukkan jempol tangannya kepada sang Nenek.“Kamu menyukainya, Nak?” tanya Nyonya Rana.“Iya,” jawab Bima lalu menggigit lagi sarapan buatan Nyonya Rana.“Syukurlah,” ucap Nyonya Rana terenyum bahagia. Tak lupa Nyonya Rana menyeduh susu untuk Bima. Biasanya anak kecil suka diberikan susu oleh orang tuanya karena masa pertumbuhan. Seperti yang dia lakukan ketika Arjuna masih kecil.“Minumlah, Nak. Dulu Ayahmu sangat suka susu. Nenek selalu menyediakan susu sapi murni setiap pagi dan malam hari,” ucap Nyonya Rana bersemangat menceritakan sedikit masa lalu Arjuna.“Sama dong sama aku,” jawab Bima.“Maksudmu, kebiasaan Ayahmu itu sama denganmu?” tanya Nyonya Rana.“Iya,” balas Bima s

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   Bab 104 Berbaika dengan cucu

    Nyonya Rana menatap lembut wajah Arjuna dan membelainya..Wanita paruh baya itu tersenyum menatap putranya. "Jadilah suami dan ayah yang melindungi keluarga," ucap Nyonya Rana."Aku akan berusaha untuk itu, Bu," balas Arjuna."Ibu Beroda supaya kamu bisa menjadi Ayah dan Suami panutan buat keluargamu," ucap Nyonya Rana."terima kasih doanya Bu, aku juga berharap bisa menjadi seorang suami sekaligus Ayah panutan," balas Arjuna.Nyonya Rana memeluk Arjuna, dia berdoa penuh harap ayah putranya menjadi lelaki yang bertanggung jawab atas pilihannya sendiri. Istri dan Anaknya harus bahagia."Sekarang istirahatlah besok ibu ingin bertemu dan bermain dengan cucu," ucap Nyonya Rana."Baiklah, ibu juga istirahat ya," balas Arjuna.Nyonya Rana mengangguk pelan, Arjuna keluar dari kamar sang Ibu lalu menemui sang Ayah di kamar Bima. Ternyata mereka berdua sudah tidur nyenyak di kamar berdua. Arjuna juga ikut tidur di kamar itu dia tidur di sofa dengan perasaan yang lega karena sudah mendapatkan r

  • Ranjang Panas Sang Arjuna   BAB 103 Ibu Punya Pesan Untukmu

    Arjuna duduk di samping Nyonya Rana dia memeluk wanita paruh baya yang masih cantik itu. Sejenak seperti waktu terulang kembali ketika dia masih kecil dan dipelukan Nyonya Rana.“Bu, tidak ada anak yang senang melihat ibunya menderita,” ucap Arjuna.“Kalau begitu kenapa kamu masih saja ingin menikahi wanita murahan itu?” tanya Nyonya Rana. “Bukan karena dia sudah melahirkan putramu ‘kan. Kalau itu alasanmu tinggalkan wanita itu dan ambil putramu,” lanjut Nyonya Rana.“Ibu salah, aku sudah jatuh cinta padanya sejak pertama kali bertemu. Bukan karena dia telah melahirakan anakku. Kalau aku harus memisahkan anak dan ibu apa ibu mau jika aku dan ibu dipisahkan paksa?” jawab Arjuna.Nyonya Rana menundukkan pandangannya, tentu saja dia tidak ingin dijauhkan dari anak yang sudah dia lahirkan sendiri. Apa rasanya berjauhan dengan anak yang sudah dia kandung dan lahirkan sendiri. Lebih baik dirawat sendiri sepenuh hati.“Tentu saja tidak mau,” jawab Nyonya Rana.“Kalau begitu Bima dan Nadia ju

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status