Derap langkah kaki nya berjalan pelan menuju pintu dengan nomor 365, ia berhenti didepannya memegangi knop pintu tanpa ragu lagi lalu membukanya tanpa permisi.
Ceklek!Ia melirik sekilas kebagian dalam kamar, lalu melangkahkan kakinya masuk dan menutup kembali pintu itu rapat.Pria itu terhenyak seketika melihat pemandangan didepannya, sungguh menakjubkan pose tubuh Shena yang tengah berdiri membelakangi nya membuat ia bisa menatap jelas lekuk tubuh belakang itu lebih dekat. Tanpa mengetahui kedatangan Gerardo Shena mengangkat kedua lengannya mengikat rambut panjangnya yang tergerai indah, namun apa yang ia lakukan justru membuat Gerardo semakin menatap liar. Leher putih nan jenjangnya terlihat sangat menggodai dengan helaian anak rambut yang tak terikat."Sicil, kau sudah kembali?" Seru Shena tanpa berbalik masih dengan membetulkan ikatan rambut nya, ia tak menghiraukan suara pintu itu sebab ia berfikir jika itu adalah Sicilia sebab dimana pun kepergian nya mereka berdua tak pernah pisah kamar.Gaun malam pendek yang dikenakan nya pun sedikit tersingkap keatas menampilkan tungkai atas yang begitu mulus. Sungguh, pria itu tak bisa bernafas dengan lega saat ini, fikiran liarnya terus membayangkan bagaimana bentuk indah tubuh itu jika tanpa berbalut apapun.Sedetik kemudian selesai dengan rambutnya, Shena mulai melepaskan kaitan gaun yang dikenakannya. Oh apa yang ia lakukan semakin membuat darah tubuh pria yang bersender menatapnya didepan pintu itu semakin berdesir menghangat berpusat pada satu titik tempat dimana berkumpul nya jutaan syaraf. Semakin lama semakin dalam ia menghayalkan gadis didepannya cukup membuat Gerardo hampir gila, lidahnya terasa kelu, fikirannya kacau.Pelan-pelan kait gaun itu terbuka dan menampilkan punggung putih nan mulus yang sejak tadi berada dalam hayalan seorang Gerardo, gaun itu mulai terlepas dari tubuh itu, jatuh melewati dua lengan dan saat ini Gerardo sudah bisa melihat dengan jelas bentuk tubuh yang setengah telanjang itu walaupun dari belakang, pelan-pelan gaun itu pun terlepas ke bawah melewati tungkainya dan berakhir terkulai dibawah kaki.Oh, sungguh. Pria itu harus menahan nafasnya, menelan dengan kasar ludahnya saat melihat pemandangan erotis didepannya.Ia sudah merasa sangat sesak dibagian bawah, entah sejak kapan miliknya ini mulai mengeras tapi yang jelas ia sangat menginginkan nya menginginkan gadis yang baru saja diketahuinya.'shit! Bagaimana bisa hanya melihat seperti ini aku sudah turn on!' ia menggeram menahan dirinya yang tak bisa diajak berkompromi. Ya, ini terlalu cepat ia masih ingin bermain-main dengan nya.Tubuh yang sudah hampir telanjang itu belum mengetahui keberadaan Gerardo dikamarnya, ia masih percaya diri mengambil seonggok gaun nya yang terjatuh dilantai, berjongkok dan menampilkan bentuk indah bongkahan tubuhnya yang berbalut sehelai kain tipis. Shena meletakkan gaun itu diatas ranjang lalu berbalik dan hendak menyapa Sicilia yang sejak tadi hanya terdiam.Namun begitu ia memutar tubuhnya, matanya pun langsung membelalak, dan refleks mengumpati pria itu."What the fuck?!" Pekiknya menyilangkan kedua lengannya menutup tubuhnya yang hampir terekspos.Ia pun bergerak meraih sebuah selimut untuk menutup nya."Gerardo!" Serunya dengan nada yang tercekat."Bagaimana bisa kau berada dikamar ku?!" Ucapnya.Ups, ia melupakan satu hal. Ia sudah lupa menyebut nama pria ini saat ia menyamarkan dirinya setelah mengganggu nya tempo lalu.Tapi sepertinya penyamaran apapun itu tak berlaku lagi, setelah Gerardo mengetahui kedok nya lebih awal.Pria itu tersenyum seketika mendengarnya, senyum itu nampak misterius, dengan tatapan mata yang berkabut. Shena melihatnya dengan tatapan was-was selain itu ia pun mengantisipasi dirinya kalau-kalau pria ini akan berbuat sesuatu didalam kamar yang sudah dikunci olehnya.Terkunci? Ya pria itu tersenyum dengan memainkan sebuah kunci yang kemudian dimasukkan kedalam jasnya, ia menatap nya dengan tatapan mata berkabut, tonjolan jakun yang ada dilehernya pun terlihat naik dan turun menandakan sesuatu yang bisa dibaca oleh Shena."Coba ulangi sekali lagi saat kau menyebut namaku?" Pinta Gerardo dengan nada rendah suara Husky nya. Ia berjalan mendekat kearah Shena berdiri, menggerakkan bola matanya mengitari tubuh yang kini berdiri merapat.Semakin Gerardo berjalan maju, semakin mundur pula langkah Shena, ia tak ingin pria ini berbuat macam-macam dengannya, ia harus bisa menghindar dan menjauh darinya."Ger-Gerardo!" Seru Shena terbata saat pria itu semakin mendekat kearahnya, pria itu semakin dibuat kalang kabut olehnya, bahkan hanya dengan mendengar namanya disebut saja pria itu sudah semakin bergairah dibuat nya."Ekh!" Shena tersentak saat tubuh nya sudah membentur dinding kamar ini.Gerardo menatap semakin lapar kearahnya, melihat tubuh itu sudah tak bisa mundur atau pun menjauh lagi darinya, pria itu melangkahkan kakinya semakin mendekati sang gadis, membuat jarak keduanya semakin terkikis."Apa yang akan kau lakukan dengan bertelanjang seperti ini? Apa kau akan mengajak ku—""Jangan dekat-dekat!" Peringat Shena dengan mengeratkan selimut nya.Bukan Gerardo namanya jika memberikan kesempatan untuk mangsanya, pria itu semakin tertantang, ia tersenyum lalu memangkas jaraknya yang hanya terpaut setengah jengkal saja dari wajahnya.Pria itu mendekatkan wajahnya menatap dengan tatapan lekat objek didepannya, kedua tangannya ia sandarkan pada dinding membentuk kukungan untuk mengepung tubuh itu.Tatapan tajam bak belati yang menghunus itu membuat degup jantung Shena semakin berdenyut tak beraturan, tubuhnya menegang seketika, ia tak berani membalas tatapan nyalang itu. Merasakan aura yang mencekam dari nya sudah cukup membuat nya terintimidasi."Mengapa aku baru tahu jika ternyata Johan memiliki keponakan secantik ini!" Ucap Gerardo mengulurkan tangannya membelai pipi mulus itu hingga ke dagu. Namun dengan cepat Shena pun menepisnya."Ups! Kau lupa jika sekali hentak saja aku bisa membuat mu bertelanjang." Pekik Gerardo mengejek merasa tersulut dengan keberanian gadis ini, tatapan mata nya ia arahkan pada kedua telapak tangan yang kini menggenggam erat menahan kain itu."Hentikan! Brengsek!" Pekik Shena memaki, nyatanya pria itu memang benar-benar gila, ia menarik paksa tangan Shena sehingga membuat kain itu terlepas dari genggamannya dan menampilkan dengan jelas bagaimana bentuk tubuhnya."Arghh!" Ia menggeram kesal dengan perlakuan Gerardo, pria itu sudah sangat lancang.Seringai buas pun tercetak diwajah tampan nan bengis Gerardo, ia menatap dengan senyum smirk yang mendamba."Seharusnya memang aku menangkap mu saja bukan paman mu, karena pria itu tak akan berguna sama sekali untuk ku.""Lepaskan paman ku, dia tidak bersalah!" Teriaknya berusaha meronta dari kukungan Gerardo yang mencengkeram kuat kedua pergelangan tangannya diatas kepala."Haha.. itu tidak akan mudah, nyawa harus dibayar dengan nyawa!""Sekali lagi aku katakan, paman ku tidak pernah membunuh siapapun!""Haha.. sudah bersalah tapi masih akan kau bela, kau sungguh ya.. sudah cantik, pemberani, dan loyal. Aku suka itu!" Ucap Gerardo berbisik ditelinga gadis itu."Hentikan bicara mu,
Ponsel itu masih berdering panjang, Shena yakin jika yang menghubungi nya adalah Daniel, ia berusaha mengatur deru nafasnya yang terengah lalu berucap, "Lepaskan tanganku, adik ku menelpon ku!"Gerardo memicingkan mata mendengar kata adik. Oh iya, ia lupa beberapa poin yang pernah disebutkan Joseph kala mengulik informasi tentang gadis ini salah satunya jika Shena memiliki seorang adik laki-laki."Aku tidak akan melepaskan mu dan membiarkan nya begitu saja." Gerardo mengulurkan tangannya mengambil sebuah ponsel yang tergeletak diatas nakas, mengangkat panggilan itu dan mengeraskan suaranya. Tentu Gerardo ingin mendengar juga percakapan mereka."Brengsek! Kau tak memberikan ku kesempatan sama sekali." Umpat Shena menatap pria yang tak berhati sama sekali ini.Sementara pria itu tak melepaskan jerat tubuhnya sama sekali, ia tetap membiarkan gadis ini terkukung dibawahnya dengan bertumpu pada sikunya ia menatap lamat wajah dan ekspresi yang ditunjukkan Shena."Kak Anna aku masih akan menu
Beberapa pelayan datang menyuguhkan berbagai minuman keras didepannya, berikut dengan beberapa wanita penghibur yang datang menemani Tuan mereka.Didepan sebuah meja persegi seorang joki melempar sebuah dadu menandakan permainan akan segera dimulai."Aku yang mulai!" Ucap sang lawan dengan wajah beringas nya. Gerardo yang berada dikursi depan lawan hanya menyeringai sinis kearahnya."Ingat jika malam ini kau kalah, kau harus menyerahkan seluruh saham perusahaan mu kepadaku.""Bedebah! Bukankah malam lalu kau mengatakan jika putri ku akan menjadi jaminan mu!" Seloroh pria berperawakan tinggi besar dengan brewok yang menutup setengah wajahnya.Gerardo tak gentar ia mengusap dagu tegasnya dengan senyum penuh kelicikan yang tak tertebak. Ya, beberapa hari yang lalu terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak mengenai hutang piutang jika malam ini pria itu berhasil memenangkan dan mengalahkan permainan casino ini maka dia akan terbebas dari hutang nya, namun jika kalah ia harus menyerahka
"tidak akan pernah!" Tolak Shena dengan tatapan tajam.Gerardo tak menyerah, pria itu membawa tubuh itu dalam dekapannya dan mencumbui puncak kepalanya."Well. Mungkin kamu belum siap! Ini juga terlalu cepat, tapi tak apa aku suka itu. Aku akan menunggu mu." Ucapnya dengan tenang.Apa-apaan ini, menunggu? Ini tidak bisa. Shena tidak bisa terus berada dalam jerat nya, hidup dalam rasa khawatir akan kemesuman nya."Lepaskan, Gerardo!""Sicilia tolong aku!"Ia terus meronta dari kukungan pria itu, memukul-mukul dada keras didepannya dan menghentakan keningnya mengenai tepat di hidung mancung pria itu."Awh!" Pekik Gerardo lalu melepas dekapan itu, ia menyentuh hidung nya yang sedikit memar akibat pukulan keras Charles semalam.Shena terhenyak melihatnya, ia mencoba mengulurkan tangannya menyentuh hidung itu."Kau perempuan atau laki-laki Hem? Kenapa sejak kemarin kau selalu melukai ku!" Seru Gerardo seakan-akan mengharap belas kasihnya.Ia memicingkan matanya, kenapa pria ini malah seaka
Ting!Pintu lift pun terbuka, pemandangan yang ditunjukkan adalah sebuah ruangan yang sangat luas dengan berbagai furniture modern yang melengkapinya. Dinding kaca transparan yang menutup rapat hunian itu menampilkan pemandangan indah kota Manhattan dari atas, bangunan tinggi, lampu-lampu gedung dan kerlap-kerlip pemandangan jalan menjadi hal yang menarik disini.Namun apa yang ia saksikan tak membuat Shena berhenti meronta, ia terus memukuli punggung pria itu. "lepaskan aku!"Pria itu tak memperdulikan teriakan Shena.Beberapa saat kemudian Gerardo membawa Shena memasuki sebuah ruangan dengan penerangan yang gelap, ia tidak bisa melihat dengan jelas ruangan seperti apa ini, semuanya nampak gelap hanya terlihat sebuah sofa yang tampak dari sorot cahaya ketika pintu itu terbuka.Gerardo menutup kembali pintu kamarnya, mendudukkan Shena disebuah sofa itu, lalu meraih sebuah remote dan menyalakan sebuah layar yang sangat lebar didepannya.Pria itu mendudukkan dirinya disebelah Shena dan
Gadis dalam balutan gaun selutut itu lalu mengerlingkan mata, "sudah ku katakan aku tidak sedang patah hati jadi jangan bicarakan tentang mantanku atau siapapun itu,""Tapi aku tidak bisa kau bohongi dengan sorot matamu, katakan saja jika kau memang ingin marah, aku akan mendengarkan semua celotehanmu."Kalista terdiam, jika keluarganya telah mengabaikannya seakan tak peduli padanya tapi pria asing ini malah menawarkan dirinya untuk mendengarkan keluh kesahnya."Baiklah, jika kau memaksa, seharusnya beberapa hari yang lalu aku sudah menikah, tapi satu hari sebelum pernikahan itu tiba kekasih ku datang dan membatalkan pernikahan itu jika mantan kekasihnya hamil. Lalu dia mengundang ku ke pernikahan itu, aku tidak tahu akan datang dengan siapa."Pria itu menyimak dengan pandangan lurus ke depan lalu magut-magut dan menghela nafas, entah apa yang dia tangkap dari cerita lawan bicaranya malam itu."Untuk apa datang ke sana? Itu tidak penting.""Tidak penting? Mungkin menurutmu tidak, tent
Pagi itu Kalista mengerjapkan matanya yang terasa berat, terbangun dari tidurnya semalam, dia menggeliatkan tubuhnya dan merasakan seluruh badannya remuk, seperti telah di tumbuk. Ototnya seakan menegang, seperti telah melakukan olahraga berat yang jarang dia lakukan.Saat itu pula dia merasakan keanehan pada tubuhnya, dia membuka matanya lebih lebar dan terkejut melihat seorang pria terlelap dengan begitu tenang di sebelahnya, degup jantungnya pun berdebar amat kencang setelah ia menghabiskan malam yang panas dengan seseorang pria asing.Saat itu pula sebuah ingatan mengulang lagi di kepalanya tentang kejadian semalam. Kalista memejamkan matanya menahan resah yang membalut dirinya, dia telah mabuk setelah menenggak alkohol dan berakhir di ranjang setelah berkenalan dengan pria asing.Oh, yaampun.Sekarang baru terasa penyesalan itu, Kalista menyandarkan tubuhnya pada headboard dengan air mata yang berlinang, dua tangannya menangkup wajah menahan semua kesedihan dalam kenyataan pahit
"Namanya Shena Claudia Walker, model terkenal yang sedang naik daun berkat penampilannya yang anggun di catwalk beberapa ajang modeling," jelas Joseph kepada pria di depannya yang tengah memperhatikan selembar foto seorang wanita cantik dengan busana minim."Menarik!" balas pria itu sambil tersenyum sinis, penuh arti. Siapa yang tidak terkejut? Di saat semua orang tak berani mengambil risiko berurusan dengannya, wanita yang baru saja diketahui identitasnya ini berhasil membobol data pribadi perusahaannya."Apa lagi yang kau temukan?" tanyanya."Wanita itu akan menyamar sebagai pelayan hotel saat Anda menginap di The Langham nanti malam!" ungkap Joseph."Baiklah, cukup. Aku tidak ingin kau membocorkan semua rencana gadis malang ini dulu. Aku ingin berpura-pura tidak tahu, supaya bisa lebih lama bermain-main dengannya," ucap pria itu sambil mengepulkan asap rokok ditangannya.Tak perlu bertanya bagaimana Joseph bisa mengetahui semua rencana wanita ini, Joseph bukan hanya sahabat baik da
Pagi itu Kalista mengerjapkan matanya yang terasa berat, terbangun dari tidurnya semalam, dia menggeliatkan tubuhnya dan merasakan seluruh badannya remuk, seperti telah di tumbuk. Ototnya seakan menegang, seperti telah melakukan olahraga berat yang jarang dia lakukan.Saat itu pula dia merasakan keanehan pada tubuhnya, dia membuka matanya lebih lebar dan terkejut melihat seorang pria terlelap dengan begitu tenang di sebelahnya, degup jantungnya pun berdebar amat kencang setelah ia menghabiskan malam yang panas dengan seseorang pria asing.Saat itu pula sebuah ingatan mengulang lagi di kepalanya tentang kejadian semalam. Kalista memejamkan matanya menahan resah yang membalut dirinya, dia telah mabuk setelah menenggak alkohol dan berakhir di ranjang setelah berkenalan dengan pria asing.Oh, yaampun.Sekarang baru terasa penyesalan itu, Kalista menyandarkan tubuhnya pada headboard dengan air mata yang berlinang, dua tangannya menangkup wajah menahan semua kesedihan dalam kenyataan pahit
Gadis dalam balutan gaun selutut itu lalu mengerlingkan mata, "sudah ku katakan aku tidak sedang patah hati jadi jangan bicarakan tentang mantanku atau siapapun itu,""Tapi aku tidak bisa kau bohongi dengan sorot matamu, katakan saja jika kau memang ingin marah, aku akan mendengarkan semua celotehanmu."Kalista terdiam, jika keluarganya telah mengabaikannya seakan tak peduli padanya tapi pria asing ini malah menawarkan dirinya untuk mendengarkan keluh kesahnya."Baiklah, jika kau memaksa, seharusnya beberapa hari yang lalu aku sudah menikah, tapi satu hari sebelum pernikahan itu tiba kekasih ku datang dan membatalkan pernikahan itu jika mantan kekasihnya hamil. Lalu dia mengundang ku ke pernikahan itu, aku tidak tahu akan datang dengan siapa."Pria itu menyimak dengan pandangan lurus ke depan lalu magut-magut dan menghela nafas, entah apa yang dia tangkap dari cerita lawan bicaranya malam itu."Untuk apa datang ke sana? Itu tidak penting.""Tidak penting? Mungkin menurutmu tidak, tent
Ting!Pintu lift pun terbuka, pemandangan yang ditunjukkan adalah sebuah ruangan yang sangat luas dengan berbagai furniture modern yang melengkapinya. Dinding kaca transparan yang menutup rapat hunian itu menampilkan pemandangan indah kota Manhattan dari atas, bangunan tinggi, lampu-lampu gedung dan kerlap-kerlip pemandangan jalan menjadi hal yang menarik disini.Namun apa yang ia saksikan tak membuat Shena berhenti meronta, ia terus memukuli punggung pria itu. "lepaskan aku!"Pria itu tak memperdulikan teriakan Shena.Beberapa saat kemudian Gerardo membawa Shena memasuki sebuah ruangan dengan penerangan yang gelap, ia tidak bisa melihat dengan jelas ruangan seperti apa ini, semuanya nampak gelap hanya terlihat sebuah sofa yang tampak dari sorot cahaya ketika pintu itu terbuka.Gerardo menutup kembali pintu kamarnya, mendudukkan Shena disebuah sofa itu, lalu meraih sebuah remote dan menyalakan sebuah layar yang sangat lebar didepannya.Pria itu mendudukkan dirinya disebelah Shena dan
"tidak akan pernah!" Tolak Shena dengan tatapan tajam.Gerardo tak menyerah, pria itu membawa tubuh itu dalam dekapannya dan mencumbui puncak kepalanya."Well. Mungkin kamu belum siap! Ini juga terlalu cepat, tapi tak apa aku suka itu. Aku akan menunggu mu." Ucapnya dengan tenang.Apa-apaan ini, menunggu? Ini tidak bisa. Shena tidak bisa terus berada dalam jerat nya, hidup dalam rasa khawatir akan kemesuman nya."Lepaskan, Gerardo!""Sicilia tolong aku!"Ia terus meronta dari kukungan pria itu, memukul-mukul dada keras didepannya dan menghentakan keningnya mengenai tepat di hidung mancung pria itu."Awh!" Pekik Gerardo lalu melepas dekapan itu, ia menyentuh hidung nya yang sedikit memar akibat pukulan keras Charles semalam.Shena terhenyak melihatnya, ia mencoba mengulurkan tangannya menyentuh hidung itu."Kau perempuan atau laki-laki Hem? Kenapa sejak kemarin kau selalu melukai ku!" Seru Gerardo seakan-akan mengharap belas kasihnya.Ia memicingkan matanya, kenapa pria ini malah seaka
Beberapa pelayan datang menyuguhkan berbagai minuman keras didepannya, berikut dengan beberapa wanita penghibur yang datang menemani Tuan mereka.Didepan sebuah meja persegi seorang joki melempar sebuah dadu menandakan permainan akan segera dimulai."Aku yang mulai!" Ucap sang lawan dengan wajah beringas nya. Gerardo yang berada dikursi depan lawan hanya menyeringai sinis kearahnya."Ingat jika malam ini kau kalah, kau harus menyerahkan seluruh saham perusahaan mu kepadaku.""Bedebah! Bukankah malam lalu kau mengatakan jika putri ku akan menjadi jaminan mu!" Seloroh pria berperawakan tinggi besar dengan brewok yang menutup setengah wajahnya.Gerardo tak gentar ia mengusap dagu tegasnya dengan senyum penuh kelicikan yang tak tertebak. Ya, beberapa hari yang lalu terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak mengenai hutang piutang jika malam ini pria itu berhasil memenangkan dan mengalahkan permainan casino ini maka dia akan terbebas dari hutang nya, namun jika kalah ia harus menyerahka
Ponsel itu masih berdering panjang, Shena yakin jika yang menghubungi nya adalah Daniel, ia berusaha mengatur deru nafasnya yang terengah lalu berucap, "Lepaskan tanganku, adik ku menelpon ku!"Gerardo memicingkan mata mendengar kata adik. Oh iya, ia lupa beberapa poin yang pernah disebutkan Joseph kala mengulik informasi tentang gadis ini salah satunya jika Shena memiliki seorang adik laki-laki."Aku tidak akan melepaskan mu dan membiarkan nya begitu saja." Gerardo mengulurkan tangannya mengambil sebuah ponsel yang tergeletak diatas nakas, mengangkat panggilan itu dan mengeraskan suaranya. Tentu Gerardo ingin mendengar juga percakapan mereka."Brengsek! Kau tak memberikan ku kesempatan sama sekali." Umpat Shena menatap pria yang tak berhati sama sekali ini.Sementara pria itu tak melepaskan jerat tubuhnya sama sekali, ia tetap membiarkan gadis ini terkukung dibawahnya dengan bertumpu pada sikunya ia menatap lamat wajah dan ekspresi yang ditunjukkan Shena."Kak Anna aku masih akan menu
"Hentikan! Brengsek!" Pekik Shena memaki, nyatanya pria itu memang benar-benar gila, ia menarik paksa tangan Shena sehingga membuat kain itu terlepas dari genggamannya dan menampilkan dengan jelas bagaimana bentuk tubuhnya."Arghh!" Ia menggeram kesal dengan perlakuan Gerardo, pria itu sudah sangat lancang.Seringai buas pun tercetak diwajah tampan nan bengis Gerardo, ia menatap dengan senyum smirk yang mendamba."Seharusnya memang aku menangkap mu saja bukan paman mu, karena pria itu tak akan berguna sama sekali untuk ku.""Lepaskan paman ku, dia tidak bersalah!" Teriaknya berusaha meronta dari kukungan Gerardo yang mencengkeram kuat kedua pergelangan tangannya diatas kepala."Haha.. itu tidak akan mudah, nyawa harus dibayar dengan nyawa!""Sekali lagi aku katakan, paman ku tidak pernah membunuh siapapun!""Haha.. sudah bersalah tapi masih akan kau bela, kau sungguh ya.. sudah cantik, pemberani, dan loyal. Aku suka itu!" Ucap Gerardo berbisik ditelinga gadis itu."Hentikan bicara mu,
Derap langkah kaki nya berjalan pelan menuju pintu dengan nomor 365, ia berhenti didepannya memegangi knop pintu tanpa ragu lagi lalu membukanya tanpa permisi.Ceklek!Ia melirik sekilas kebagian dalam kamar, lalu melangkahkan kakinya masuk dan menutup kembali pintu itu rapat.Pria itu terhenyak seketika melihat pemandangan didepannya, sungguh menakjubkan pose tubuh Shena yang tengah berdiri membelakangi nya membuat ia bisa menatap jelas lekuk tubuh belakang itu lebih dekat. Tanpa mengetahui kedatangan Gerardo Shena mengangkat kedua lengannya mengikat rambut panjangnya yang tergerai indah, namun apa yang ia lakukan justru membuat Gerardo semakin menatap liar. Leher putih nan jenjangnya terlihat sangat menggodai dengan helaian anak rambut yang tak terikat."Sicil, kau sudah kembali?" Seru Shena tanpa berbalik masih dengan membetulkan ikatan rambut nya, ia tak menghiraukan suara pintu itu sebab ia berfikir jika itu adalah Sicilia sebab dimana pun kepergian nya mereka berdua tak pernah pi
Oh, Shena sedang dalam bahaya saat ini. Ternyata Gerardo hanya pura-pura tertidur, namun Shena tetap berani menghadapi senyum sinis pria itu.Ia berusaha tetap tenang dan mengendalikan dirinya."Kau tak bisa menjebakku hanya dengan minuman! Kau tahu sebotol alkohol tak akan cukup untuk menghilangkan kesadaranku!" ujar Gerardo dengan tatapan tajam yang menusuk wanita di hadapannya.Shena tampak merunduk, ia tak bisa melihat ekspresi terkejutnya saat ini. Gerardo pun berjongkok, menyeimbangkan tubuhnya untuk mendekati wajah Shena dari samping, lalu menatap wajahnya yang tetap tenang. "Anna! Mengapa kau nakal sekali, hm?" bisik Gerardo dengan senyum sinis. Shena semakin terkejut saat mendengar nama kecilnya disebut, 'dari mana dia tahu nama kecilku?' gumam Shena dalam hati.Astaga, sepertinya Gerardo sudah mengetahui semua rencana Shena. Ia tak bisa berlama-lama lagi di sini atau nyawanya akan terancam seperti pamannya yang kini menjadi tawanan pria kejam itu. Shena bersiap-siap, sebelum