“Tuan, di sini tempatnya.” Zhaolin menunjuk ke arah bangunan dari kayu yang terlihat rapuh dari luar.
“Tempat apa ini?” tanya Huazhi seraya maju mendekat ke arah pintu.
“K-kami menyebutnya Lorong Kematian.”
Huazhi menoleh cepat pada Zhaolin. “Lorong Kematian? Jadi rumor tentang tempat hukuman itu benar?”
Saat pertama kali memasuki istana, lima tahun lalu, Huazhi sempat mendengar obrolan para prajurit tentang Lorong Kematian yang sering digunakan untuk mengurung dan menyiksa pelayan dan prajurit yang berbuat salah hingga mereka meninggal dan membusuk di tempat itu.
Huazhi sempat menganggap itu hanyalah kabar burung yang sengaja diceritakan untuk menakut-nakuti mereka yang baru memasuki lingkungan istana. Namun malam ini, ia berdiri di depan pintu Lorong Kematian untuk menemukan calon istri raja.
“Siapa yang begitu berani bertindak gegabah pada calon istri raja?” gumamnya kagum pada o
Huazhi mencermati setiap langkahnya, mengingat setiap detail bangunan dan cara keluar dari Lorong Kematian. Bau menyengat menyambut mereka, refleks Huazhi menutup hidung dengan bagian dalam lengan kanannya. “Apa kita akan tinggal di sini, Tuan?” “Tidak, selama kau bisa menemukan jalan keluarnya.” Huazhi mengulang cara yang sama. Meraba sisi dinding, menghentak lantai dengan kuat, memukul dinding yang diduganya pembuka pintu rahasia. “Tuan, saya ingat betul tempat ini. Jalan ini hanya bisa dibuka dari luar. Mereka hanya membukanya setiap satu pekan. Apa kita akan menunggu di sini selama satu pekan?” Huazhi hanya diam tidak menjawab. Tangannya terangkat meminta Zhaolin menghentikan ocehannya. Ia melangkah maju menghampiri dinding bercelah yang mengirimkan sinar jingga kemerahan dari balik dinding. “Dinding ini tidak setebal bagian lain. Kemungkinan ini adalah pintu keluarnya.” Huazhi mengetuk dinding menggunakan gagang pedangnya. Tuk tuk tuk. Huazhi mengulang menggunakan sisi lua
Klinik Pengobatan IstanaTabib Kepala dan dua asistennya sibuk di depan tungku. Mereka mendapat titah langsung dari raja untuk menyembuhkan Huazhi dan Zhaolin yang ditemukan dalam kondisi pingsan dan basah di tepi kolam pencucian setelah seharian menghilang.Huazhi menderita luka robek di kepala bekang, sedangkan Zhaolin di pelipis kirinya. Wang Yang menduga, mereka diserang saat menjalankan tugas darinya. Raut wajah raja muda itu nampak cemas melihat kondisi dua orang kepercayaannya yang sedang terbaring tak sadarkan diri.“Berapa lama lagi mereka akan siuman?” tanya Wang Yang pada salah satu tabib.“Izin menjawab, Yang Mulia. Kami tidak bisa memperkirakannya karena dua orang ini sudah terlalu lama kedinginan. Kami sudah memberi ramuan untuk mengobati luka dan mengembalikan suhu tubuh mereka. Kita hanya bisa menunggu tubuh bereaksi terhadap ramuan yang diberikan.”Wang Yang mengernyit tidak sepakat dengan pendapat yang tabi
Deyun meletakkan potongan kain sutra ke atas meja.“Apa ini?” Wang Yang meraih potongan kain yang Deyun bawa. “Dari mana kau dapatkan ini?”“Kasim Cheng menggenggamnya erat. Kemungkinan besar itu adalah robekan pakaian orang yang menyerang mereka. Kau mengenalinya?”Tidak sulit bagi Wang Yang menerka pemilik potongan kain di tangannya karena hanya sedikit orang yang memakai pakaian berbahan sutra mahal seperti yang dipegangnya.“Wang Mu Lan.”“Putri Mu Lan? Apa kau yakin?” Deyun menyeringai tak percaya sambil menggosok tengkuknya yang terasa berat. “Bu-bukan, maksudku bagaimana kau bisa begitu cepat mengenalinya? Lagipula, dia hanya seorang gadis muda, bagaimana mungkin dia memukul Huazhi dan Zhaolin?”“Cih, bagaimana kau bisa menduduki posisi jenderal di usia muda sedangkan kemampuan berpikirmu masih mudah terpengaruh,” cibir Wang Yang.“Aku beritahu kau sebuah cerita. Ayahanda pernah menghadiahkan seekor kelinci padanya sebagai hadiah ulang tahun saat ia berusia sepuluh tahun. Mu La
Wang Yang menegakkan punggungnya, terkejut sekaligus tertarik dengan berita yang Xu Jin bawa. “Di mana dia sekarang?”“Ampun, Yang Mulia. Saya tahu ini tidak pantas saya lakukan. Tapi saya terpaksa ....”“Katakan berapa banyak yang kamu mau! ” potong Wang Yang cepat.Wang Yang sadar betul, gaji yang diterima para prajuritnya sangat kecil karena penggelapan besar-besaran yang dilakukan beberapa pejabat istana yang belum bisa diselesaikannya. Tidak aneh bila Xu Jin ingin memperoleh imbalan atas apa yang sudah ia lakukan.“Hamba minta diizinkan keluar dari istana, Yang Mulia,” lirih Xu Jin dengan kepala tertunduk.Sontak Wang Yang dan Deyun saling pandang, takjub mendengar permintaan sederhana Xu Jin.‘Masih ada orang baik dan polos sepertimu di dalam istana ini,’ kagum Wang Yang dalam hati.“Beri aku satu alasan, kenapa aku harus melepaskanmu sebagai imbalan? Bukankah ema
Kediaman Raja Gao Ping, Kota WuEsok adalah hari pernikahan Zhao Ming Lan dan Gao Ping. Namun, sejak pagi tadi wanita cantik berwajah tirus itu mengurung diri dalam kamar, tidak menunjukkan raut bahagia seperti kebanyakan calon pengantin.“Ini adalah pernikahan keduaku dan semuanya terjadi untuk membahagiakanmu, Ayah.” Ming Lan mengusap air mata yang meleleh di pipinya. “Tidak ada lagi yang tersisa dariku, Kak Yang’er. Pupus sudah harapanku bersanding denganmu.”Ia merebahkan kepalanya di atas meja rias berbantal lengan, tanpa sadar ia tertidur. Entah sudah berapa lama Ming Lan tertidur, ia terkejut saat seseorang mengguncang bahunya.“Nona, Nona, bangunlah. Hari sudah hampir gelap.”Ming Lan tersentak dan mendongak terlalu cepat mengakibatkan lehernya terkilir. “Akh ...!” serunya kesakitan.“Ada apa, Nona?” tanya pelayan khawatir.“Leherku sepertinya terkilir. To
“Kenapa diam? Masih berpikir bisa membodohi ayahku?” cibir Ming Lan dengan kepala menggeleng.“Kumis palsu dan pakaian kumal, tidak akan cukup untuk mengelabui aku dan ayahku. Perlu kau tahu, Xiao Bao adalah kusir kesukaan keluargaku. Tamatlah riwayatmu kali ini!” desis Ming Lan, kesal melihat kebodohan pria yang beberapa saat lalu berkata dengan beraninya ingin membawanya kabur.“Aku benar-benar tidak mengerti tujuanmu menyamar dan mengajakku kabur dengan begitu beraninya. Apa kau menaruh perasaan padaku?” tanya Ming Lan angkuh.“Anda benar, Nona. Saya jatuh hati saat pertama kali melihat Anda menangis di tepi danau. Setelah tahu semua ini, apa Anda bersedia kabur bersama saya?”Ming Lan menyeringai kesal sekaligus jijik. “Kau pikir siapa dirimu? Dengar, aku sudah menetapkan hati menikahi Gao Ping dan mewujudkan keinginan ayahku.”“Pikirkan saja bagaimana kau keluar dari tempat ini
Kediaman Putri Mu Lan, Paviliun MouerDua orang penjaga pintu membungkuk hormat manakala melihat Wang Yang berjalan mendekat. Satu diantaranya hendak mengumumkan kedatangan raja, tapi urung karena Wang Yang menahannya menggunakan gerakan kepala.Wang Yang masuk tanpa suara ke dalam ruang tamu tempat Mu Lan sedang bergerak gusar mengitari sebuah meja.“Apa yang menganggu pikiranmu, Adikku?” sapa Wang Yang mengejutkan Mu Lan.“Eh, Kakak Yang. Kapan kau datang? Maaf, aku tidak mendengarnya.” Mu Lan bergegas menghampiri Wang Yang dan bergelayut manja di lengan kokoh pria pujaannya. “Ayo, kita duduk. Aku akan menuangkan teh untukmu.”Terkejut dan bahagia, membuat Mu Lan tidak melihat seorang gadis yang datang bersama Wang Yang. Ia terlalu fokus pada Wang Yang, menuangkan teh dan menyajikan kue ketan ke hadapan pria itu.“Apa yang membawamu kemari, Kak? Sejak kau naik tahta dan memiliki calon istri, kau ti
“Ada apa ini?!”“Bu ...!” Mu Lan berlari ke belakang Suying meminta perlindungan begitu melihat ibunya datang. “Kak Yang ingin membawaku ke ruang interogasi,” lapor Mu Lan dengan suara memelas.“APA?!” Mata Suying membola mendengar aduan Mu Lan. Ia berpaling menatap Wang Yang. “Yang Mulia, apa yang membuat Putri Mu Lan pantas dimasukkan ke ruangan mengerikan itu?”“Ratu bisa tanyakan langsung pada Putri, apa yang sudah dia lakukan hingga pantas dimasukkan ke dalam ruang interogasi,” balas Wang Yang.Suying tampak kurang suka dengan jawaban Wang Yang yang merendahkan putrinya. “Memangnya kesalahan apa yang kau buat hingga kakak yang kau puja begitu tega memasukkanmu ke ruang interogasi?” tanya Suying tanpa mengalihkan matanya dari Wang Yang.Mu Lan mulai terisak manaja. “Aku sungguh tidak tahu, Bu. Kak Yang menuduhku memukul wajah pelayan Li Zening dan menyekap
“Aku akan memanggilmu lagi saat membutuhkan,” ucapnya masih membelakangi Weqing.“Ya, dengan senang hati, Yang Mulia.”Lan Weqing mengenakan kembali baju seragamnya dengan hati berbunga. Penantian panjang dan tindakan-tindakan yang diambilnya untuk mendapatkan Mu Lan, berujung kebahagiaan. Senyumnya terus mengembang.“Jenderal,” panggil Mu Lan membuat Weqing berbalik cepat menghadapnya.“Ya, Yang Mulia.”Mu Lan mendekat dengan langkah gemulai. Tangannya mendarat lembut di bahu Weqing. Ujung jari telunjuk kanannya bergerak turun dengan gerakan memutar menyusuri dada Weqing, membuat pria itu menggelinjang girang.“Y-yang Mulia, secepat ini?” tanya Weqing panik sekaligus senang.“Bawa laporan keuangan seluruh kementerian yang bisa kau dapatkan, saat kau datang mengunjungiku lain hari.” Mu Lan menjulurkan lidahnya menyapu rahang Weqing hingga tubuh pria itu bergetar.“K-kapan?” tanya Weqing menggeram menahan hasratnya yang kembali meronta.“Kapanpun kau siap, Jenderal,” desah Mu Lan di wa
Secepat kilat, Zening mendongak tidak percaya. “Kak, kaukah itu?”Wang Yang dan Ru Lan menyingkir menjauhi ranjang, memberi ruang untuk Deyun dan Zening.Alih-alih memeluk adiknya seperti keinginannya tadi, Deyun berlutut dan mengangkat kedua tangannya memberi hormat. “Li Deyun, menghadap Yang Mulia Permaisuri!”“Kak!” pekik Zening lega. “Mereka melepaskanmu?” tanyanya seraya menangkup wajah Deyun yang terlihat tirus dan lelah. “Apa mereka juga menyiksamu?”Li Deyun menggeleng dengan senyum samar menghiasi bibirnya. “Mereka tidak akan berani menyiksa kakak permaisuri,” godanya pada Zening. “Aku menyelinap keluar untuk mengucapkan selamat atas pernikahan dan penobatanmu menjadi permaisuri. Aku harap, kau tidak mengecewakan kami, Rakyatmu.”Dug.Zening meninju perut Deyun kuat-kuat. “Kau berkata begini saat aku khawatir tentangmu? Sungguh keterlaluan!&rdq
“Kak Yang, aku ….” “Tarik napasmu. Nikmati semuanya.” Wang Yang mulai bergerak cepat. “Ya, begitu ….” Zening merasakan sensasi aneh yang terjadi padanya. Seolah tenaganya terisi penuh setelah lama kering dan kosong. Seluruh otot dan sendinya yang layu, kembali merekah dengan cepat. “Ah, Kak. Aku akan meledak,” bisik Zening sambil terengah mengimbangi gerakan Wang Yang. Wang Yang berhenti dan menatap Zening. “Ini hadiah pernikahanku untukmu. Aku kembalikan semuanya padamu.” Wang Yang mengakhiri kalimatnya dengan sebuah ciuman panjang hingga Zening tertidur pulas. Beberapa lamanya, Wang Yang hanya menatap wajah cantik Zening yang lelap seperti bayi kenyang menyusu. Ibu jarinya mengusap bibir bengkak Zening akibat ulahnya. Tek tek tek. Sebuah ketukan di pintu kamar menarik Wang Yang dari gulungan hasrat yang membungkusnya. Tangannya cekatan menarik selimut menutupi tubuh polos Zening, lalu menarik tirai ranjang hingga menutup semp
Trang!Anak panah lain yang melesat cepat dari busur Hanxiu, menabrak anak panah yang nyaris menancap di dada Zening.“Ada penyusup! Ada penyusup!”Entah dari mana asal teriakan itu, seketika semua yang hadir bercerai-berai. Suasana halaman istana menjadi gaduh dan tidak terkendali karena teriakan itu. Setiap orang berlari saling tabrak menyelamatkan diri.“Yang Mulia, sebaiknya kita juga kembali ke istana. Situasinya sulit untuk dikendalikan,” usul Huazhi dengan mata waspada mengawasi udara sekitarnya.“Ayo!” Wang Yang mengulurkan tangannya membawa Zening di bawah perlindungannya. “Ning’er,” tegurnya kala menyadari Zening sedang sibuk mencari sosok yang berhasil menghalau anak panah untuknya.“Yang Mulia, siapa yang menghalau anak panah tadi?” tanya Zening penasaran dengan mata masih mengedar ke sekitar.“Huazhi akan menyelidikinya. Ayo, kita segera kembali ke is
“Yang Mulia, apa Anda tidak enak badan?” cemas Yuru.“Tidak. Aku merasa kondisiku hari ini adalah yang terbaik dari semua hari sejak aku melangkahkan kaki memasuki istana. Kenapa?” Zening memutar tubuhnya seraya merentangkan gaun sutra paduan warna emas dan merah.“T-tidak.” Yuru menggeleng takut-takut.Akhirnya, Zening tak kuasa menahan tawanya melihat wajah Yuru begitu tertekan akibat perubahan sikapnya, membuat dayang muda itu semakin kebingungan.“Ayo, pasang lagi yang perlu kau pasang.” Zening merentangkan tangannya, bersiap menerima perlakuan selanjutnya.“Sabuk!” pekik Yuru seraya menepuk dahinya.Ketika Yuru setengah membungkuk merapatkan diri memasang sabuk, Zening menundukkan kepalanya sedikit dan berbisik, “Setelah ini, pergilah ke penjara. Temui kakakku dan peringatkan dia untuk tetap waspada.”Yuru mematung, tidak merespon.“Pst! Kau deng
Mata Mu Lan melebar. “M-maksudmu kau mengelabuinya?!”“Tidak sepenuhnya. Hanya membuatnya tidak mewaspadaiku.” Wang Yoo berjalan meninggalkan aula.“Aku tidak mengerti jalan pikirannya,” gumam Mu Lan.“Wang Yoo adalah pemuda yang pintar. Isi pikirannya sulit ditebak. Sebaiknya, kita tetap waspada.” Ziliang mengibaskan lengan hanfunya dan berjalan keluar.“Cih! Tidak ada yang benar-benar bertindak demi kepentinganku.” Mu Lan mendesah kesal. “Baiklah, karena kalian hanya memikirkan kepentingan kalian sendiri, maka aku juga akan berlaku yang sama.” Mu Lan memandangi token Rajawali Emas di tangannya dan mulai memikirkan hal apa yang bisa dia buat melalui token kayu itu.“Selir pun tidak masalah asalkan bisa memilikimu dan menyingkirkan lainnya,” gumam Mu Lan seraya tersenyum bengis.Keesokan harinya, seluruh istana sudah sibuk menyiapkan upacara pernikahan raja.
“Katakan!” titah Wang Yang.Berikutnya, Mao dan Yue bergantian menceritakan kejadian pagi itu di depan kamar pribadi kaisar. Setiap detail kejadian tidak ada yang terlewat karena sebelumnya, Wang Yang sudah berpesan melalui Huazhi agar kedua pengawal itu menceritakan dengan jujur apabila sampai dipanggil menghadap.“Begitulah kejadiannya, Yang Mulia,” tukas Mao di akhir ceritanya.Wang Yang mengedar pandangan sekali lagi. Menatap wajah pejabatnya, termasuk Mu lan dan Ziliang.“Ampun, Yang Mulia! Berdasarkan cerita dua pengawal ini, Nona Li tetap harus dijatuhi hukuman,” ujar Bai He berkeras. “Terbukti dia menghina Putri Mu Lan di depan pengawal rendahan.”Demi menunjukkan kesetiaannya pada ibu suri, Bai He maju membawa petisinya. “Ini adalah petisi dari seluruh pejabat yang bekerja di Biro Tata Krama,” ungkapnya penuh rasa percaya diri sambil menyerahkan petisinya ke tangan Huazhi.
Ziliang memperhatikan mimik Mu Lan saat mengadu padanya. Gadis itu diliputi aura pemberontak yang luar biasa besar hingga menular padanya tanpa sadar. Ziliang dapat membayangkan suasana Aula Huanyang beberapa saat lagi, bila ia berhasil memanfaatkan emosi Mu Lan dengan tepat.“Hal penting seperti ini, mana bisa ditunda?” ujar Ziliang sambil menyungging senyum samar.“Tapi, Kanselir ….”Ziliang menggeleng cepat membungkam penjaga itu. “Aku yang akan bertanggung jawab. Buka jalan!”Setelah saling pandang sejenak, akhirnya dua penjaga itu mengangguk samar dan menegakkan kembali tombak di tangan mereka.“Bagaimana bisa, tontonan sebagus ini ingin kalian halangi?” lirih Ziliang sambil melangkah masuk.Melihat kanselir memasuki aula, beberapa pejabat yang berpihak padanya mengangguk hormat. Pejabat lain yang melihat sosok perempuan yang menggandeng tangan Ziliang, mulai menerka apa yang pria l
“Perempuan kasar sepertimu, lebih tidak pantas lagi,” desis Zening.Tangan Mu Lan kembali terayun.“Hentikan!” Suara Wang Yang menggelegar dari seberang selasar. “Hentikan, Wang Mu Lan!” ulang Wang Yang seraya setengah berlari menghampiri Zening.Dagu Zening yang bergetar menjadi hal pertama yang dicermati Wang Yang. “Apa kau baik-baik saja?” cemas Wang Yang dengan suara lembut.Zening hanya mengangguk dan tersenyum menenangkan.Dengan mata menyala-nyala, Wang Yang menoleh menatap Mu Lan. “Aku tidak akan membiarkan hal ini begitu saja. Sikapmu melebihi batas, Mu Lan!”Brak!Keranjang yang sejak tadi dijinjingnya di tangan kanan, Mu Lan lepaskan hingga isinya jatuh berantakan ke tanah. Tangan itu terangkat lurus menunjuk Zening.“Dia yang bersikap tidak sopan padaku, Kak! Dia belum menjadi istrimu, tapi sudah berani bicara tidak sopan padaku! Tanya saja dua pengawal itu!” elak Mu Lan dengan nada kesal. “Dia bahkan berkata kalau aku tidak beretika!” imbuhnya tak terima.“Cukup! Kembali