Prajurit tadi bergegas keluar menemui atasannya dengan membawa sebuah berita besar. Membicarakan kabar burung adalah hal yang menarik saat mereka mendapat giliran jaga penjara bawah tanah yang sepi dan terpencil.
“Tuan, saya rasa tebakan Anda benar!” seru prajurit itu bersemangat.
“Tebakan apa?” tanya Kepala Penjara ingin tahu.
“Sepertinya pria yang dipenjara sendirian itu adalah bangsawan yang memberontak.” Prajurit berkata dengan antusias.
“Bagaimana kau tahu?”
“Dia tahu tentang aturan lama yang memperbolehkan seorang tahanan meminta bertemu raja selama masa tahanannya. Wajahnya juga terlihat bersih dan terawat. Saya melihatnya saat dia berdiri di dekat terali besi,” papar prajurit.
“Benarkah? Tapi kau tidak sampai mengatakan kondisi raja padanya, bukan?”
Wajah prajurit itu berubah pias. Rasa penasaran membuatnya membocorkan sebuah informasi penting. ‘Mati
Melihat ayah dan kakaknya hanya diam dan saling pandang, Zening semakin gusar.“Apa ini? Seringaian, tatapan mata penuh isyarat. Apa yang sedang kalian rencanakan sebenarnya? Jangan membuatku takut.” Zening semakin waspada.“Ning’er, sudah waktunya aku memenuhi wasiat mendiang raja Wang Li dan menikahkanmu dengan putranya,” ucap Daehan jujur tanpa basa-basi.“APA?! Ayah berencana menikahkanku dengan Wang Su? Tidak! Aku tidak akan menikahi pria hidung belang sepertinya! Lebih baik aku melajang sampai mati!”Zening bergeser menjauh dari ayahnya. “Lagipula, aku sudah punya pria yang aku sukai dan aku tidak berencana berpisah darinya.”“Ning’er, dengarkan dulu.” Daehan menegaskan suaranya agar putrinya tahu bahwa dia sedang serius saat ini. “Dua hari lagi, Wang Yang akan melakukan pemberontakan. Setelah kemenangan menjadi milik kita, kau harus segera menikahinya agar dia dapa
Lao Ting Ye berjalan dengan lututnya, menghampiri Wang Yang, meraih tangan kirinya yang menggantung bebas.“Hamba akan mengaku, Yang Mulia! Tapi tolong, bebaskan Ru Lan.” Ting Ye menarik tangan Wang Yang.Plak.Wang Yang menepis tangan Ting Ye yang bergelayut di tangannya. “Kau sama sekali tidak berhak meminta pertolonganku!” hardik Wang Yang marah. “Sudah cukup aku mendengar dan menyimpulkan pembicaraan kalian selama ini. Aku muak melihat wajah kalian!”“Pangeran, siapa mereka?” Daehan mendekat dan memegang lengan Wang Yang, khawatir pemuda itu lepas kendali dan menebas kepala orang yang salah.“Paman bisa dengarkan apa yang akan pria jahat ini katakan.”Wang Yang berbalik dengan kasar, menjauh dari ayah anak itu dan berdiri bersandar di dinding batu. Daehan berbalik menatap pria tua yang masih bersujud dengan tubuh geemtar.“Bangunlah, katakan apa yang sebenarnya terj
Gelak tawa Weqing berhasil menyulut amarah Zening. Dengan gesit, Zening melompat ke atas punggung Ru Feng dan menumpu pada kepalanya sebelum salto di udara dan mulai menyerang Weqing.Di sisi lain istana, Huazhi mengawal Wang Yang keluar dari penjara menuju Istana Barat tempat Zhaolin sedang menunggu dengan gelisah. Jubah hitam lengkap dengan topi lancip, berhasil menyembunyikan sosok mencolok Wang Yang.“Di mana Paman Li?” tanya Wang Yang sambil terus berjalan cepat mengekori Huazhi.“Menteri Li sedang mengalihkan perhatian kanselir dan ratu dengan melaporkan pemberontakan yang dipimpin Han Xiu.”Wang Yang menyeringai mendengar laporan Huazhi, kagum akan kecerdasan siasat perang yang Daehan mainkan. Dengan begitu, bisa dipastikan Weqing akan menarik seluruh prajurit istana untuk menghadang lawan di pintu gerbang istana. Mengurangi penjagaan di sekitar istana dan memudahkan Wang Yang menyelinap masuk ke kediaman raja.&ldquo
Gerbang Utama KerajaanDari ujung jalan, dua pria berkuda dengan sangat kencang. Deyun dan Han Xiu yang pertama kali menghentak tali kekang memacu kudanya bergerak maju, siaga menghadapi musuh. Zening menajamkan matanya, mengamati pria tampan dan gagah yang mengenakan jubah kerajaan berwarna merah dan emas bergambar burung phoenix, lambang kerajaan Yongjin.“Itu Xiaoyang!” seru Zening tanpa sadar.Wang Yang menarik kekang tepat beberapa langkah dari Deyun, membuat kaki depan kudanya terangkat ke atas karena gerakan mendadak itu.“Dengar dan lihat baik-baik! Aku adalah Wang Yang, Pangeran ke-2 kerajaan Yongjin. Hari ini, aku telah membunuh raja Wang Su dengan pedangku. Aku juga akan membunuh siapa saja yang tidak menuruti perintahku. Kalian mengerti?”Brug.Deyun dan Han Xiu melompat turun dari kudanya dan segera berlutut. “Memberi hormat pada Pangeran Wang Yang!”Brug. Brug. Brug.Seluruh pas
Wang Yang masih sibuk mencerna penglihatan yang baru didapatnya. Berpikir keras siapa yang harus ia selamatkan dan bagaimana caranya. Dalam benaknya ia ingin bersikap serakah, menyelamatkan keduanya.‘Aku harus membunuh Ziliang hari ini juga. Kalau tidak, akan ada korban lagi karena perbuatannya,’ putusnya dalam hati.Kejadian selanjutnya begitu cepat atau karena Wang Yang terlalu lama melamun, entahlah. Teriakan Deyun diikuti bunyi sesuatu yang berat jatuh ke tanah membuyarkan konsentrasinya, membuat Wang Yang berpaling ke belakang. Sebuah kelebatan pedang membuatnya terkejut.“AYAH!” Zening meraih tubuh Daehan dalam pelukannya. “Kenapa kau lakukan ini?!” tangis Zening pecah.“Paman Li!” Wang Yang berbalik dan tercengang melihat apa yang terjadi. Serta-merta Wang Yang berlutut, menggenggam tangan Daehan. “Paman, kenapa kau halangi pedangnya?” tanya Wang Yang serak.“Anda adalah raja
Kediaman Mendiang Selir Chu, Paviliun MuyanHuazhi berdiri tegak di belakang Wang Yang yang sudang berlutut dan menangis tersedu. Hari ini, tubuh kokoh itu mendapat pukulan bertubi-tubi. Sekali lagi, Huazhi melihat sisi rapuh Wang Yang. Di balik kecerdasan, ketegasan dan kokohnya bahu lebar Wang Yang, kehilangan orang terdekat adalah kelemahan terbesarnya.“Yang Mulia, Anda harus menghadiri pemakaman mendiang raja dan Tuan Li.” Huazhi terpaksa menjeda kesedihan Wang Yang agar tidak berlarut-larut.“Bagaimana aku menghadapi keluarga Paman Li?” Wang Yang perlahan bangkit. “Bagaimana aku menghadapi ayahku kelak? Melindungi orang-orang yang percaya padaku saja aku tidak sanggup. Apa yang bisa aku lakukan untuk rakyat Yongjin?”“Yang Mulia, Tuan Li menyelamatkan Anda dengan nyawanya tidak ada maksud lain kecuali ingin Anda naik tahta dan memperbaiki negara ini.”Wang Yang menatap penuh luka. “Raja ma
Di ruang baca, Deyun, Huazhi dan Han Xiu sudah duduk tenang menunggu Wang Yang. Ketika pria itu masuk, semua berdiri dan memberi hormat.“Maaf, mungkin waktunya tidak tepat. Tapi aku harus membahas hal penting dengan kalian.” Wang Yang duduk di kursi kosong dan mengeluarkan tiga benda dari balik hanfu putihnya.Wang Yang menyodorkan kantong sutra ke atas meja. “Ini serbuk yang aku temukan di bawah bantal Wang Su bersama surat wasiat. Aku sudah memeriksanya, ini bukan opium. Deyun, kau periksa ini.”Lalu, Wang Yang membuka gulungan kulit hewan. “Ini adalah peta istana milikku, sedangkan ini milik ratu yang berhasil Zhaolin curi dari kediamannya.” Wang Yang menyodorkan dua lembar peta yang sekilas tampak sama.Wang Yang menunjuk gambar yang sudah dia lingkari lebih dulu. “Ada beberapa tempat yang ditambahkan pada peta milik Suying. Huazhi, aku minta kau selidiki dengan teliti dan laporkan padaku segera.”
Zening sama sekali tidak menduga kalau Han Xiu serius menanggapi keputusasaannya. Ketika tubuhnya mendarat di punggung Ru Feng, mengertilah dia bahwa Han Xiu tidak sedang main-main. Pria itu serius ingin membawanya pergi, paniklah Zening.Ucapannya tentang pergi jauh bersam Han Xiu memang bukan sebuah lelucon. Jauh di dalam hatinya, Zening ingin sekali melakukannya. Meninggalkan semua kerumitan istana, pergi bersama pujaan hatinya. Namun, ada sebagian diri Zening yang melarangnya bertindak gegabah. Ia teringat pesan terakhir mendiang ayahnya dan janjinya untuk melakukan semua yang ayahnya minta.Ketika bimbang dan panik melanda, hangatnya napas Han Xiu yang berembus ke dalam dirinya membuat Zening hilang kesadaran. Sesaat, Zening menjadi egois, ingin terus merasakan indahnya menjalani hidup berdua bersama Han Xiu, tapi kejadian di gua bersama Wang Yang menyadarkannya.Ciuman ini nyatanya tidak seperti yang Zening bayangkan. Bisikan Han Xiu di telinganya membuat