Kediaman Ratu Qi, Istana Selatan
Semua dayang yang bertugas di istana selatan sedang menepi, merapat ke dinding. Pasalnya, Suying sedang mengamuk. Hampir semua barang pecah belah yang menghias kediamannya hancur berantakan.
“Bagaimana bisa Wang Yang akan segera memiliki keturunan?! Ini tidak bisa dibiarkan! Kenapa Wang Su yang malang tidak meninggalkan pewaris tahta untukku?!”
Prang! Prang!
Satu set teko dan cawan teh beserta isinya yang masih hangat pindah ke lantai. Begitu juga vas bunga hadiah dari kerajaan Mongol yang pernah direbutnya dari tangan Song Lin, ikut menjadi korban kemarahannya.
“Hentikan, Bu! Tidak ada gunanya berbuat begini!” tegur Mu Lan.
“Aku sangat ingin melempar mereka berdua seperti guci-guci ini, tapi tidak bisa. Apa kau tahu betapa marahnya aku sekarang?! Bagaimana kalau anak dalam kandungan permaisuri terlahir laki-laki, hahh?!”
“Cukup, Bu! Hentikan!” Wang Yoo y
Kediaman Raja, Istana BaratZening sedang menyulam di dekat jendela ketika Han Xiu masuk mengantar Mu Lan.“Yang Mulia, Putri Mu Lan datang memberi salam.”Zening menoleh dan tersenyum ke arah keduanya. “Mendekatlah, Putri. Maaf, aku tidak bisa berdiri menyambutmu,” ujar Zening ramah.Mu Lan segera mendekat, memberi hormat dan duduk di dekat Zening. “Yang Mulia, Wang Mu Lan datang memberi salam sekaligus mengucapkan selamat untuk kehamilan Anda. Maaf, Mu Lan datang sendiri karena ibu sedang tidak enak badan.”Zening mengusap punggung tangan Mu Lan dan tersenyum ramah. “Tidak apa-apa. Kedatanganmu sudah menjadi hadiah besar untukku, Putri.”“Ini Mu Lan bawakan ramuan herbal dan kue ceri ketan. Semoga Anda menyukainya.” Mu Lan meletakkan keranjang rotan di samping Zening.“Terima kasih, Putri.”“Apa yang sedang Anda sulam, Yang Mulia?”Zeni
Wang Yang berkuda dengan penuh semangat melintasi gerbang istana. Deyun yang berkuda tepat di belakangnya hanya bisa tersenyum dan menggeleng memaklumi tingkah adik iparnya yang ingin segera bertemu Zening.Wang Yang melompat dari kuda dan berlari memasuki kediamannya, mengabaikan tatapan bingung para pengawal dan dayang istana yang kebetulan sedang bertugas di istananya.“Ning’er! Ning’er! Aku kembali!” teriaknya saat memasuki kamar.“Ampun, Yang Mulia. Permaisuri sedang berdoa di kuil Bailong.” Seorang dayang membungkuk hormat dan memberitahukan keberadaan junjungannya.“Berdoa? Hari sudah gelap begini, kenapa tidak berdoa esok hari saat terang?” Wang Yang sedikit kecewa karena rencananya memberi kejutan istrinya gagal.“Ampun, Yang Mulia. Permaisuri awalnya berencana pergi ke kuil setelah menyapa Ratu Qi, tapi Putri Mu Lan datang berkunjung dan menyulam bersama Permaisuri hingga hampir petang
Kediaman Raja, Istana BaratWang Yang tidak membiarkan seorangpun menyentuh Zening sejak keluar dari Balai Sinshe. Begitupula saat mereka sudah berada di dalam kamar, tidak ada dayang yang boleh mendekat lebih dari tiga langkah.“Apa kau lapar?” tanya Wang Yang penuh perhatian.“Aku tidak akan bisa makan setelah apa yang mereka lakukan padaku, Kak.” Zening mengusap lelehan air mata yang tidak pernah susut dari pipinya. “Siapa yang begitu tega melakukannya, Kak?”Wang Yang meraih bahu Zening dan meremasnya pelan. “Aku akan temukan siapa pelakunya, sama seperti aku temukan pelaku pembunuhan keluargaku. Apa kau percaya padaku?”“Andai aku tidak kehilangan tenaga dalamku, semua ini tidak akan terjadi. Paling tidak, aku masih bisa menangkal racunnya sebelum membunuh anak kita.”Wang Yang menundukkan kepala, menempelkan dahinya di dahi Zening. “Maafkan aku, keputusanku salah tentang
Dupa beracun yang selalu dinyalakan selama satu minggu belakangan, mulai menunjukkan hasil. Wang Yang acapkali merasa pening dan kehilangan pandangannya beberapa saat, pun begitu dengan Zening. Awalnya, mereka mengira bahwa kondisi Zening belum sepenuhnya pulih setelah mengalami keguguran, sedangkan Wang Yang terlalu lelah dan kurang istirahat. Namun ternyata, kondisi suami istri itu kian menurun seiring berjalannya waktu. Puncaknya adalah setelah upacara penobatan Mu Lan sebagai selir tingkat empat. Zening dan Wang Yang mengalami sesak napas hingga keluar darah dari hidung. “Racun apa yang kau gunakan untuk membunuhku?” Wang Yang mencengkeram bahu Mu Lan agar tubuhnya tidak limbung ke lantai. “Racun apa?! Aku tidak pernah meracunimu!” teriak Mu Lan panik. Brug. Wang Yang jatuh lemas di pelukan Mu Lan. Darah segar kembali mengalir dari hidung dan mulutnya. Matanya mulai kabur, tapi anehnya, dia melihat Zening sedang tersenyum ke arahnya. Wang
Gerbang Roh, Istana LangitWang Yang memandang sekeliling dengan tatapan bingung. Seingatnya, terakhir kali dia sedang mengutuk dewa langit di sisa napasnya sampai kedua matanya terpejam. Begitu membuka mata, ia sudah berada di sebuah ruang luas yang dikelilingi awan dan banyak guci kecil-kecil tertata rapi di sebuah rak besar.“Di mana ini?” Wang Yang semakin bingung manakala matanya tidak bisa memastikan di mana kakinya berpijak. “Ning’er, Ning’er!” panggilnya panik.Wang Yang berjalan berkeliling mencari jalan keluar, tapi yang dilihatnya hanya gumpalan awan putih, sesekali dihiasi kilatan petir. “Deyun! Li Deyun!” teriaknya lagi.“Mereka tidak akan mendengarmu.”Wang Yang terkesiap dan berbalik mencari sumber suara. “Siapa kau?”Seorang nenek tua dengan punggung bungkuk dan tongkat kayu sebagai penopang langkahnya, berjalan mendekat. “Aku penjaga Gerbang Roh.&r
Blarr!Wang Yang mengerjapkan matanya, kilatan petir membuat pandangannya sedikit buram. Ia merasakan desir angin menyibak pinggir pakaiannya.‘Udaranya terasa hangat. Persis seperti udara Yongjin,’ batin Wang Yang sambil terus mengerjap.“Yang Mulia, hentikan. Langit akan mengutuk.”Wang Yang membuka matanya lebar mendengar suara yang begitu dikenalnya sedang menegurnya. Dengan cepat, Wang Yang menoleh pada asal suara. “Huazhi?”“Ya, ini Huazhi, Yang Mulia. Saya mohon, hentikan menantang langit. Petir barusan sangat mengerikan.”Terbengong, Wang Yang mencoba mengingat apa yang terjadi. ‘Bukankah barusan aku berada di gerbang roh? Apakah Dewa Langit sudah mengabulkan permohonanku? Apa aku sudah dibangkitkan?’“Yang Mulia?”“Apa yang barusan terjadi?” tanya Wang Yang linglung.Meskipun kebingungan, Huazhi tetap menjelaskan semua kejadian y
Wang Yang kebingungan mencari suara yang berbisik padanya.“Ada apa, Pangeran?”“Aku mendengar seseorang berbisik padaku. Kau lihat siapa yang melakukannya?” Wang Yang masih terus celingukan.“Tidak ada orang lain, hanya kita berdua.” Deyun mulai cemas dengan tingkah junjungannya. “Sebaiknya kita lanjutkan perjalanan.” Deyun bangkit, mengulurkan tangan membantu Wang Yang.***Perbatasan kota JingzhouDua bulan setelah Deyun dan Xiaoyang kembali, ada laporan bahwa di luar perbatasan telah terjadi penyerangan pada penjaga gerbang oleh pengawal kereta barang yang selama ini dilarang melintas. Deyun memimpin langsung pasukannya untuk memeriksa. Ketika Deyun sampai, kondisi kota perbatasan sudah porak poranda.“Cari penduduk setempat dan bawa kemari.”Empat orang tentara berlarian mencari warga penduduk seperti yang diperintahkan. Tak berapa lama, salah seorang tentara kemb
Kediaman Ratu Qi, Istana SelatanSuying tersenyum lebar melihat calon menantunya—Zhao Ming Lan—datang memberi hormat. Suying membelai Ming Lan dengan tatapannya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Secara fisik, Zhao Ming Lan tidak ada kekurangan, dia cantik dan anggun, khas gadis keluarga bangsawan. Dia juga berhasil melalui pelajaran Etika Istana dengan baik.“Kemarilah, duduk dekatku.”Ming Lan mengangguk dan mengikuti permintaan Suying.“Dayang kepala yang bertugas mengajarkan aturan kerajaan telah memberiku laporan. Cukup memuaskan.”“Itu semua berkat kebaikan dan kemurahan hati Ibunda Ratu yang telah memberikan kesempatan Ming Lan memasuki istana.” Ming Lan menunduk.“Besok pagi, kalian akan melaksanakan upacara pernikahan sekaligus penobatanmu menjadi permaisuri. Tidak banyak yang aku minta, segera lahirkan Putra Mahkota untuk dinasti ini. Kau terlihat cantik dan segar. Aku harap k