Blarr!
Wang Yang mengerjapkan matanya, kilatan petir membuat pandangannya sedikit buram. Ia merasakan desir angin menyibak pinggir pakaiannya.
‘Udaranya terasa hangat. Persis seperti udara Yongjin,’ batin Wang Yang sambil terus mengerjap.
“Yang Mulia, hentikan. Langit akan mengutuk.”
Wang Yang membuka matanya lebar mendengar suara yang begitu dikenalnya sedang menegurnya. Dengan cepat, Wang Yang menoleh pada asal suara. “Huazhi?”
“Ya, ini Huazhi, Yang Mulia. Saya mohon, hentikan menantang langit. Petir barusan sangat mengerikan.”
Terbengong, Wang Yang mencoba mengingat apa yang terjadi. ‘Bukankah barusan aku berada di gerbang roh? Apakah Dewa Langit sudah mengabulkan permohonanku? Apa aku sudah dibangkitkan?’
“Yang Mulia?”
“Apa yang barusan terjadi?” tanya Wang Yang linglung.
Meskipun kebingungan, Huazhi tetap menjelaskan semua kejadian y
Wang Yang kebingungan mencari suara yang berbisik padanya.“Ada apa, Pangeran?”“Aku mendengar seseorang berbisik padaku. Kau lihat siapa yang melakukannya?” Wang Yang masih terus celingukan.“Tidak ada orang lain, hanya kita berdua.” Deyun mulai cemas dengan tingkah junjungannya. “Sebaiknya kita lanjutkan perjalanan.” Deyun bangkit, mengulurkan tangan membantu Wang Yang.***Perbatasan kota JingzhouDua bulan setelah Deyun dan Xiaoyang kembali, ada laporan bahwa di luar perbatasan telah terjadi penyerangan pada penjaga gerbang oleh pengawal kereta barang yang selama ini dilarang melintas. Deyun memimpin langsung pasukannya untuk memeriksa. Ketika Deyun sampai, kondisi kota perbatasan sudah porak poranda.“Cari penduduk setempat dan bawa kemari.”Empat orang tentara berlarian mencari warga penduduk seperti yang diperintahkan. Tak berapa lama, salah seorang tentara kemb
Kediaman Ratu Qi, Istana SelatanSuying tersenyum lebar melihat calon menantunya—Zhao Ming Lan—datang memberi hormat. Suying membelai Ming Lan dengan tatapannya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Secara fisik, Zhao Ming Lan tidak ada kekurangan, dia cantik dan anggun, khas gadis keluarga bangsawan. Dia juga berhasil melalui pelajaran Etika Istana dengan baik.“Kemarilah, duduk dekatku.”Ming Lan mengangguk dan mengikuti permintaan Suying.“Dayang kepala yang bertugas mengajarkan aturan kerajaan telah memberiku laporan. Cukup memuaskan.”“Itu semua berkat kebaikan dan kemurahan hati Ibunda Ratu yang telah memberikan kesempatan Ming Lan memasuki istana.” Ming Lan menunduk.“Besok pagi, kalian akan melaksanakan upacara pernikahan sekaligus penobatanmu menjadi permaisuri. Tidak banyak yang aku minta, segera lahirkan Putra Mahkota untuk dinasti ini. Kau terlihat cantik dan segar. Aku harap k
Tangan Wang Yang mengepal, siap menghantam Suying. Wang Yang yakin, hanya dengan sekali pukul di tempat yang tepat, Suying akan kehilangan nyawanya. Saat ia hendak melayangkan tinjunya, sebuah kilatan cahaya menyilaukan mata Wang Yang hingga membuatnya jatuh berlutut. “Arghh ...! Apa ini?!” panik Wang Yang. “Kau lihat, bahkan Langit berpihak padaku!” Suying kembali tertawa lebar melihat Wang Yang jatuh ke lantai karena lututnya lemas. Cahaya silau itu menampilkan sebuah penglihatan bagi Wang Yang. Di antara rasa terkejutnya, Wang Yang melihat dirinya membuka segel gudang penyimpanan dan melepaskan pedagang yang menyelundupkan opium. “Tidak, ini tidak mungkin!” tolaknya seraya menggelengkan kepala. “Apa yang tidak mungkin? Kau tinggal perintahkan pada semua jenderal perbatasan untuk membuka jalur dagang dan mengembalikan gudang opiumku.” Suying maju mendekat, tapi segera mundur lebih jauh karena Wang Yang mendongak dan menatapnya tajam.
Kediaman Menteri Militer, Paviliun HouxiangSetelah mengantar Song Lin kembali ke kuil Bailong, Wang Yang memutuskan bermalam di rumah Deyun untuk memudahkan keberangkatan mereka kembali ke perbatasan. Malam beranjak semakin larut, tapi mata Wang Yang tetap terjaga. Pikirannya sibuk bekerja.“Apa yang terjadi denganku tadi? Kenapa kalimat yang ingin aku katakan berbeda dengan yang lidahku ucapkan?”Wang Yang berguling gelisah di atas ranjang, hingga tak terasa matanya terpejam karena lelah. Dalam tidurnya, Wang Yang bermimpi didatangi seorang nenek yang tampak tidak asing.“Anak Muda, jangan merubah takdir yang sudah ditentukan. Ingat, kau hanya bisa memilih satu nyawa sebagai penolongmu. Pikirkan lagi untuk apa kau dibangkitkan.”“Hhh ...!”Wang Yang terkejut dan segera bangun. Ingatannya melayang pada potongan-potongan penglihatan yang beberapa kali singgah dalam mimpi ataupun saat ia terjaga.&ld
Kemah Pasukan Taichan, Perbatasan Kota Jingzhou“Jenderal! Jenderal, gawat!”Ji Mong menerobos masuk dan langsung berlutut di tanah. Raut wajahnya menyiratkan kesedihan atau ketakutan? Deyun tidak bisa membacanya.“Ada apa?”“Gawat, Jenderal! Ada utusan dari kerajaan membawa kabar dari Menteri Li. Mereka bilang, mereka bilang ....” Ji Mong ragu sesaat.Srak.Tirai tenda disingkap dengan kasar.“Jenderal, saya melihat utusan kerajaan baru saja meninggalkan kamp. Ada kabar apa?”Deyun dan Zening menoleh dengan tatapan bingung melihat Xiaoyang, sedangkan Ji Mong semakin gemetar ketakutan.“Ada apa, Ji Mong?” Xiaoyang beralih menatap heran pada prajurit kepercayaan Deyun itu. “Ada kabar apa dari istana?” Xiaoyang dengan cepat menghampiri Ji Mong. “Ada masalah apa di istana?”Alih-alih menjawab, Ji Mong makin mengatupkan erat dua rahang
Xiaoyang berjalan keluar gua dengan langkah terhuyung karena pening yang masih bersemayam di kepalanya. Deyun yang sengaja ingin melihat keadaannya, bergegas mendekat.“Pangeran, ada apa? Anda sakit?”Xiaoyang menumpukan satu tangannya pada bahu Deyun. “Papah aku kembali ke tenda. Aku melihat bayangan itu lagi.”“Apa yang nampak kali ini?” tanya Deyun penasaran.“Entahlah, aku masih bingung. Kau harus membantuku masuk istana dan mencari tahu maksud dari apa yang aku lihat barusan.”Deyun hanya mengangguk sambil terus berjalan menuju tenda tempat Xiaoyang tinggal.“Saya sudah menemukan cara untuk Anda masuk istana. Namun, dengan satu syarat.”Xiaoyang menghentikan langkahnya. “Apa syaratmu? Katakan.”Deyun menegakkan tubuhnya, berusaha mengimbangi aura pangeran. “Yang Mulia harus mengalahkan Han Xiu bila ingin masuk ke istana.”“Baik
“Aku harus bisa kembali ke istana tanpa membahayakan orang lain. Aku harus pikirkan bagaimana caranya.” Wang Yang mondar-mandir gelisah di dalam tendanya.“Jangan sampai karena kecerobohanku, semua yang ada di barak ini terkena dampaknya, terutama keluarga Paman Li,” gumam Wang Yang sambil memijat tengkuknya yang terasa berat.Ketika sedang serius memikirkan cara kabur yang paling aman, Wang Yang terbayang menyalakan api untuk membakar jasad ibunya. Terbersit sebuah senyuman di bibirnya, “Sepertinya aku tahu apa yang harus aku lakukan.”***Di luar tenda, Zening mengkerut cemas menunggu dua pria yang disayanginya keluar dari dalam kobaran api.“KAK! Apa kau baik-baik saja?!” teriaknya sambil bergegas maju, manakala melihat Han Xiu memapah Deyun keluar dari tenda yang hampir habis terbakar.“Apa kau terluka?” tanya Zening cemas. “Mana Xiaoyang sialan itu?! Aku akan memukul kepa
Aula HuanyangPertemuan pagi ini menyisakan banyak ketidakpuasan di kalangan pejabat istana. Pasalnya, Raja Wang Su sebagai pimpinan tertinggi monarki, keputusan dan sikap Wang Su terhadap pemerintahan menuai banyak protes.Masalah-masalah pelik yang memerlukan penanganan cepat, banyak terabaikan. Sikapnya saat sedang melakukan pertemuan dengan pejabat dan sarjana kerajaan dinilai sesuka hati, lebih sering tertidur atau melamun selama pertemuan berlangsung.“Bagaimana ini? Masalah semakin menumpuk dan tidak ada satupun yang rampung. Apa kita perlu membuat petisi agar raja diturunkan?” celetuk salah satu pejabat sambil terus bergerak maju.“Jangan asal bicara! Raja Wang Su adalah menantu kanselir Zhao. Siapa yang tidak tahu sepak terjangnya? Serahkan saja pada kehendak langit,” sahut yang lainnya.“Negeri ini sedang berjalan menuju kehancuran. Apa kita perlu menemui dua pangeran lainnya?” usul salah satu sarjana d