Kediaman Menteri Militer, Paviliun Houxiang
Setelah mengantar Song Lin kembali ke kuil Bailong, Wang Yang memutuskan bermalam di rumah Deyun untuk memudahkan keberangkatan mereka kembali ke perbatasan. Malam beranjak semakin larut, tapi mata Wang Yang tetap terjaga. Pikirannya sibuk bekerja.
“Apa yang terjadi denganku tadi? Kenapa kalimat yang ingin aku katakan berbeda dengan yang lidahku ucapkan?”
Wang Yang berguling gelisah di atas ranjang, hingga tak terasa matanya terpejam karena lelah. Dalam tidurnya, Wang Yang bermimpi didatangi seorang nenek yang tampak tidak asing.
“Anak Muda, jangan merubah takdir yang sudah ditentukan. Ingat, kau hanya bisa memilih satu nyawa sebagai penolongmu. Pikirkan lagi untuk apa kau dibangkitkan.”
“Hhh ...!”
Wang Yang terkejut dan segera bangun. Ingatannya melayang pada potongan-potongan penglihatan yang beberapa kali singgah dalam mimpi ataupun saat ia terjaga.
&ld
Kemah Pasukan Taichan, Perbatasan Kota Jingzhou“Jenderal! Jenderal, gawat!”Ji Mong menerobos masuk dan langsung berlutut di tanah. Raut wajahnya menyiratkan kesedihan atau ketakutan? Deyun tidak bisa membacanya.“Ada apa?”“Gawat, Jenderal! Ada utusan dari kerajaan membawa kabar dari Menteri Li. Mereka bilang, mereka bilang ....” Ji Mong ragu sesaat.Srak.Tirai tenda disingkap dengan kasar.“Jenderal, saya melihat utusan kerajaan baru saja meninggalkan kamp. Ada kabar apa?”Deyun dan Zening menoleh dengan tatapan bingung melihat Xiaoyang, sedangkan Ji Mong semakin gemetar ketakutan.“Ada apa, Ji Mong?” Xiaoyang beralih menatap heran pada prajurit kepercayaan Deyun itu. “Ada kabar apa dari istana?” Xiaoyang dengan cepat menghampiri Ji Mong. “Ada masalah apa di istana?”Alih-alih menjawab, Ji Mong makin mengatupkan erat dua rahang
Xiaoyang berjalan keluar gua dengan langkah terhuyung karena pening yang masih bersemayam di kepalanya. Deyun yang sengaja ingin melihat keadaannya, bergegas mendekat.“Pangeran, ada apa? Anda sakit?”Xiaoyang menumpukan satu tangannya pada bahu Deyun. “Papah aku kembali ke tenda. Aku melihat bayangan itu lagi.”“Apa yang nampak kali ini?” tanya Deyun penasaran.“Entahlah, aku masih bingung. Kau harus membantuku masuk istana dan mencari tahu maksud dari apa yang aku lihat barusan.”Deyun hanya mengangguk sambil terus berjalan menuju tenda tempat Xiaoyang tinggal.“Saya sudah menemukan cara untuk Anda masuk istana. Namun, dengan satu syarat.”Xiaoyang menghentikan langkahnya. “Apa syaratmu? Katakan.”Deyun menegakkan tubuhnya, berusaha mengimbangi aura pangeran. “Yang Mulia harus mengalahkan Han Xiu bila ingin masuk ke istana.”“Baik
“Aku harus bisa kembali ke istana tanpa membahayakan orang lain. Aku harus pikirkan bagaimana caranya.” Wang Yang mondar-mandir gelisah di dalam tendanya.“Jangan sampai karena kecerobohanku, semua yang ada di barak ini terkena dampaknya, terutama keluarga Paman Li,” gumam Wang Yang sambil memijat tengkuknya yang terasa berat.Ketika sedang serius memikirkan cara kabur yang paling aman, Wang Yang terbayang menyalakan api untuk membakar jasad ibunya. Terbersit sebuah senyuman di bibirnya, “Sepertinya aku tahu apa yang harus aku lakukan.”***Di luar tenda, Zening mengkerut cemas menunggu dua pria yang disayanginya keluar dari dalam kobaran api.“KAK! Apa kau baik-baik saja?!” teriaknya sambil bergegas maju, manakala melihat Han Xiu memapah Deyun keluar dari tenda yang hampir habis terbakar.“Apa kau terluka?” tanya Zening cemas. “Mana Xiaoyang sialan itu?! Aku akan memukul kepa
Aula HuanyangPertemuan pagi ini menyisakan banyak ketidakpuasan di kalangan pejabat istana. Pasalnya, Raja Wang Su sebagai pimpinan tertinggi monarki, keputusan dan sikap Wang Su terhadap pemerintahan menuai banyak protes.Masalah-masalah pelik yang memerlukan penanganan cepat, banyak terabaikan. Sikapnya saat sedang melakukan pertemuan dengan pejabat dan sarjana kerajaan dinilai sesuka hati, lebih sering tertidur atau melamun selama pertemuan berlangsung.“Bagaimana ini? Masalah semakin menumpuk dan tidak ada satupun yang rampung. Apa kita perlu membuat petisi agar raja diturunkan?” celetuk salah satu pejabat sambil terus bergerak maju.“Jangan asal bicara! Raja Wang Su adalah menantu kanselir Zhao. Siapa yang tidak tahu sepak terjangnya? Serahkan saja pada kehendak langit,” sahut yang lainnya.“Negeri ini sedang berjalan menuju kehancuran. Apa kita perlu menemui dua pangeran lainnya?” usul salah satu sarjana d
Penjara Bawah Tanah Kerajaan YongjinWang Yang tertegun. Tidak biasanya Wang Yoo berbicara dengan wajah serius seperti sekarang. Bahasa tubuhnya menggambarkan kegelisahan dan kekhawatiran.“Ada apa? Apa yang terjadi dengan Kak Su’er?”Wang Yoo duduk di bangku kayu panjang yang mungkin usianya jauh lebih tua darinya. “Aku khawatir terjadi sesuatu padanya, Kak. Aku berkunjung ke kediamannya dan berbincang tentang ratusan prajurit yang ratu kerahkan untuk mengeringkan danau.” Wang Yoo berhenti di situ. Gelagatnya terlihat ragu untuk melanjutkan.“Ada apa? Katakan saja. Aku tidak akan bisa membantumu kalau kau tidak ceritakan semuanya padaku.” Wang Yang mendudukkan diri di samping adiknya.‘Apa ini ada hubungannya dengan opium yang Suying berikan pada Kak Su’er?’ terka Wang Yang dalam hati.“Aku merasa aneh dengan cara pengobatan baru yang dijalani Kak Su’er. Dia menghisap s
Mendapat bentakan dari seorang pangeran, Lao Ru Lan semakin gemetar ketakutan. Lao Ting Ye yang melihat, segera menarik lengan putrinya dan menghalangi tatapan Wang Yoo menggunakan tubuhnya.“Ampun, Pangeran. Dia sangat gugup saat tahu hamba mengajaknya memeriksa baginda raja. Mohon ampuni dia, Pangeran!” kilah tabib Lao Ting Ye seraya membungkuk hormat.“Jangan ceroboh! Periksa dengan benar. Jangan sampai kalian melakukan kesalahan!”Selama beberapa saat, tabib memeriksa nadi dan kondisi mata Wang Su tanpa membuatnya terbangun. Kemudian, pria berjenggot putih panjang itu berbalik, mengajak Wang Yoo menjauh dari ranjang dan membuka kotak obat yang sejak tadi dipegang putrinya.Ting Ye mengeluarkan sepotong bambu kecil dengan cekungan di bagian ujungnya, lalu menyerahkannya pada Wang Yoo. “Pangeran, ini adalah ramuan baru yang hamba temukan. Ini bisa mengurangi rasa sakit dan menenangkan.”Wang Yoo menerima bambu
Mendengar teriakan kesakitan Ziliang, Wang Su mulai panik. Ia tidak bisa melihat, hanya bisa bergerak kebingungan. Ia memaksa matanya terbuka lebih lebar lagi dan melihat apa yang sedang terjadi di hadapannya. Namun, nihil.“Pengawal ...!” teriak Ziliang kesetanan sambil berjalan keluar istana.Kasim Zhaolin yang berdiri di depan pintu terkejut melihat kanselir bersimbah darah dan bergegas masuk tanpa izin.“Astaga, apa yang terjadi, Baginda?!” Zhaolin menghampiri Wang Su yang masih bergerak memutar tubuhnya dengan gelisah. “Baginda, apa Anda terluka?!” panik kasim tua itu.“Tidak. Aku tidak terluka. Suruh kanselir pergi!” titah Wang Su.“Baginda, duduklah. Kanselir sudah pergi.” Zhaolin menuntun Wang Su ke salah satu kursi, lalu berlutut di samping kaki junjungannya dengan wajah khawatir. “Baginda, apa yang terjadi? Kenapa tubuh kanselir penuh darah? Apa dia mencoba menyerang Anda?&
Wang Yang heran dengan reaksi pria tua yang gemetaran saat mengenalinya. “Siapa kalian? Kenapa kalian dipenjara?”Ru Lan berlari mendekat, mengikis jarak antara dirinya dan Wang Yang. “Yang Mulia, tolong bebaskan kami!” pintanya sedikit berteriak.“Bagaimana caraku membebaskan kalian saat aku sendiri ada dalam penjara? Siapa kalian sebenarnya? Bagaimana kalian tahu kalau aku keluarga kerajaan?”Brug.Ru Lan berlutut di atas jerami. “Hamba Lao Ru Lan, tabib muda dari Klinik Pengobatan Istana dan dia adalah ayah hamba, Lao Ting Ye. Hamba yang bertanggung—.”Sret. Plak!Lao Ting Ye menarik bahu putrinya kasar, lalu menamparnya. “Hentikan omong kosongmu! Kebohonganmu akan membuat kepalamu dipenggal!” hardik Ting Ye marah.Wang Yang semakin bahwa ayah dan anak di depannya menyimpan rahasia darinya. ‘Aku harus mengorek informasi dari gadis ini.’“Suda