Penjara Bawah Tanah Kerajaan Yongjin
Wang Yang tertegun. Tidak biasanya Wang Yoo berbicara dengan wajah serius seperti sekarang. Bahasa tubuhnya menggambarkan kegelisahan dan kekhawatiran.
“Ada apa? Apa yang terjadi dengan Kak Su’er?”
Wang Yoo duduk di bangku kayu panjang yang mungkin usianya jauh lebih tua darinya. “Aku khawatir terjadi sesuatu padanya, Kak. Aku berkunjung ke kediamannya dan berbincang tentang ratusan prajurit yang ratu kerahkan untuk mengeringkan danau.” Wang Yoo berhenti di situ. Gelagatnya terlihat ragu untuk melanjutkan.
“Ada apa? Katakan saja. Aku tidak akan bisa membantumu kalau kau tidak ceritakan semuanya padaku.” Wang Yang mendudukkan diri di samping adiknya.
‘Apa ini ada hubungannya dengan opium yang Suying berikan pada Kak Su’er?’ terka Wang Yang dalam hati.
“Aku merasa aneh dengan cara pengobatan baru yang dijalani Kak Su’er. Dia menghisap s
Mendapat bentakan dari seorang pangeran, Lao Ru Lan semakin gemetar ketakutan. Lao Ting Ye yang melihat, segera menarik lengan putrinya dan menghalangi tatapan Wang Yoo menggunakan tubuhnya.“Ampun, Pangeran. Dia sangat gugup saat tahu hamba mengajaknya memeriksa baginda raja. Mohon ampuni dia, Pangeran!” kilah tabib Lao Ting Ye seraya membungkuk hormat.“Jangan ceroboh! Periksa dengan benar. Jangan sampai kalian melakukan kesalahan!”Selama beberapa saat, tabib memeriksa nadi dan kondisi mata Wang Su tanpa membuatnya terbangun. Kemudian, pria berjenggot putih panjang itu berbalik, mengajak Wang Yoo menjauh dari ranjang dan membuka kotak obat yang sejak tadi dipegang putrinya.Ting Ye mengeluarkan sepotong bambu kecil dengan cekungan di bagian ujungnya, lalu menyerahkannya pada Wang Yoo. “Pangeran, ini adalah ramuan baru yang hamba temukan. Ini bisa mengurangi rasa sakit dan menenangkan.”Wang Yoo menerima bambu
Mendengar teriakan kesakitan Ziliang, Wang Su mulai panik. Ia tidak bisa melihat, hanya bisa bergerak kebingungan. Ia memaksa matanya terbuka lebih lebar lagi dan melihat apa yang sedang terjadi di hadapannya. Namun, nihil.“Pengawal ...!” teriak Ziliang kesetanan sambil berjalan keluar istana.Kasim Zhaolin yang berdiri di depan pintu terkejut melihat kanselir bersimbah darah dan bergegas masuk tanpa izin.“Astaga, apa yang terjadi, Baginda?!” Zhaolin menghampiri Wang Su yang masih bergerak memutar tubuhnya dengan gelisah. “Baginda, apa Anda terluka?!” panik kasim tua itu.“Tidak. Aku tidak terluka. Suruh kanselir pergi!” titah Wang Su.“Baginda, duduklah. Kanselir sudah pergi.” Zhaolin menuntun Wang Su ke salah satu kursi, lalu berlutut di samping kaki junjungannya dengan wajah khawatir. “Baginda, apa yang terjadi? Kenapa tubuh kanselir penuh darah? Apa dia mencoba menyerang Anda?&
Wang Yang heran dengan reaksi pria tua yang gemetaran saat mengenalinya. “Siapa kalian? Kenapa kalian dipenjara?”Ru Lan berlari mendekat, mengikis jarak antara dirinya dan Wang Yang. “Yang Mulia, tolong bebaskan kami!” pintanya sedikit berteriak.“Bagaimana caraku membebaskan kalian saat aku sendiri ada dalam penjara? Siapa kalian sebenarnya? Bagaimana kalian tahu kalau aku keluarga kerajaan?”Brug.Ru Lan berlutut di atas jerami. “Hamba Lao Ru Lan, tabib muda dari Klinik Pengobatan Istana dan dia adalah ayah hamba, Lao Ting Ye. Hamba yang bertanggung—.”Sret. Plak!Lao Ting Ye menarik bahu putrinya kasar, lalu menamparnya. “Hentikan omong kosongmu! Kebohonganmu akan membuat kepalamu dipenggal!” hardik Ting Ye marah.Wang Yang semakin bahwa ayah dan anak di depannya menyimpan rahasia darinya. ‘Aku harus mengorek informasi dari gadis ini.’“Suda
Prajurit tadi bergegas keluar menemui atasannya dengan membawa sebuah berita besar. Membicarakan kabar burung adalah hal yang menarik saat mereka mendapat giliran jaga penjara bawah tanah yang sepi dan terpencil.“Tuan, saya rasa tebakan Anda benar!” seru prajurit itu bersemangat.“Tebakan apa?” tanya Kepala Penjara ingin tahu.“Sepertinya pria yang dipenjara sendirian itu adalah bangsawan yang memberontak.” Prajurit berkata dengan antusias.“Bagaimana kau tahu?”“Dia tahu tentang aturan lama yang memperbolehkan seorang tahanan meminta bertemu raja selama masa tahanannya. Wajahnya juga terlihat bersih dan terawat. Saya melihatnya saat dia berdiri di dekat terali besi,” papar prajurit.“Benarkah? Tapi kau tidak sampai mengatakan kondisi raja padanya, bukan?”Wajah prajurit itu berubah pias. Rasa penasaran membuatnya membocorkan sebuah informasi penting. ‘Mati
Melihat ayah dan kakaknya hanya diam dan saling pandang, Zening semakin gusar.“Apa ini? Seringaian, tatapan mata penuh isyarat. Apa yang sedang kalian rencanakan sebenarnya? Jangan membuatku takut.” Zening semakin waspada.“Ning’er, sudah waktunya aku memenuhi wasiat mendiang raja Wang Li dan menikahkanmu dengan putranya,” ucap Daehan jujur tanpa basa-basi.“APA?! Ayah berencana menikahkanku dengan Wang Su? Tidak! Aku tidak akan menikahi pria hidung belang sepertinya! Lebih baik aku melajang sampai mati!”Zening bergeser menjauh dari ayahnya. “Lagipula, aku sudah punya pria yang aku sukai dan aku tidak berencana berpisah darinya.”“Ning’er, dengarkan dulu.” Daehan menegaskan suaranya agar putrinya tahu bahwa dia sedang serius saat ini. “Dua hari lagi, Wang Yang akan melakukan pemberontakan. Setelah kemenangan menjadi milik kita, kau harus segera menikahinya agar dia dapa
Lao Ting Ye berjalan dengan lututnya, menghampiri Wang Yang, meraih tangan kirinya yang menggantung bebas.“Hamba akan mengaku, Yang Mulia! Tapi tolong, bebaskan Ru Lan.” Ting Ye menarik tangan Wang Yang.Plak.Wang Yang menepis tangan Ting Ye yang bergelayut di tangannya. “Kau sama sekali tidak berhak meminta pertolonganku!” hardik Wang Yang marah. “Sudah cukup aku mendengar dan menyimpulkan pembicaraan kalian selama ini. Aku muak melihat wajah kalian!”“Pangeran, siapa mereka?” Daehan mendekat dan memegang lengan Wang Yang, khawatir pemuda itu lepas kendali dan menebas kepala orang yang salah.“Paman bisa dengarkan apa yang akan pria jahat ini katakan.”Wang Yang berbalik dengan kasar, menjauh dari ayah anak itu dan berdiri bersandar di dinding batu. Daehan berbalik menatap pria tua yang masih bersujud dengan tubuh geemtar.“Bangunlah, katakan apa yang sebenarnya terj
Gelak tawa Weqing berhasil menyulut amarah Zening. Dengan gesit, Zening melompat ke atas punggung Ru Feng dan menumpu pada kepalanya sebelum salto di udara dan mulai menyerang Weqing.Di sisi lain istana, Huazhi mengawal Wang Yang keluar dari penjara menuju Istana Barat tempat Zhaolin sedang menunggu dengan gelisah. Jubah hitam lengkap dengan topi lancip, berhasil menyembunyikan sosok mencolok Wang Yang.“Di mana Paman Li?” tanya Wang Yang sambil terus berjalan cepat mengekori Huazhi.“Menteri Li sedang mengalihkan perhatian kanselir dan ratu dengan melaporkan pemberontakan yang dipimpin Han Xiu.”Wang Yang menyeringai mendengar laporan Huazhi, kagum akan kecerdasan siasat perang yang Daehan mainkan. Dengan begitu, bisa dipastikan Weqing akan menarik seluruh prajurit istana untuk menghadang lawan di pintu gerbang istana. Mengurangi penjagaan di sekitar istana dan memudahkan Wang Yang menyelinap masuk ke kediaman raja.&ldquo
Gerbang Utama KerajaanDari ujung jalan, dua pria berkuda dengan sangat kencang. Deyun dan Han Xiu yang pertama kali menghentak tali kekang memacu kudanya bergerak maju, siaga menghadapi musuh. Zening menajamkan matanya, mengamati pria tampan dan gagah yang mengenakan jubah kerajaan berwarna merah dan emas bergambar burung phoenix, lambang kerajaan Yongjin.“Itu Xiaoyang!” seru Zening tanpa sadar.Wang Yang menarik kekang tepat beberapa langkah dari Deyun, membuat kaki depan kudanya terangkat ke atas karena gerakan mendadak itu.“Dengar dan lihat baik-baik! Aku adalah Wang Yang, Pangeran ke-2 kerajaan Yongjin. Hari ini, aku telah membunuh raja Wang Su dengan pedangku. Aku juga akan membunuh siapa saja yang tidak menuruti perintahku. Kalian mengerti?”Brug.Deyun dan Han Xiu melompat turun dari kudanya dan segera berlutut. “Memberi hormat pada Pangeran Wang Yang!”Brug. Brug. Brug.Seluruh pas
“Aku akan memanggilmu lagi saat membutuhkan,” ucapnya masih membelakangi Weqing.“Ya, dengan senang hati, Yang Mulia.”Lan Weqing mengenakan kembali baju seragamnya dengan hati berbunga. Penantian panjang dan tindakan-tindakan yang diambilnya untuk mendapatkan Mu Lan, berujung kebahagiaan. Senyumnya terus mengembang.“Jenderal,” panggil Mu Lan membuat Weqing berbalik cepat menghadapnya.“Ya, Yang Mulia.”Mu Lan mendekat dengan langkah gemulai. Tangannya mendarat lembut di bahu Weqing. Ujung jari telunjuk kanannya bergerak turun dengan gerakan memutar menyusuri dada Weqing, membuat pria itu menggelinjang girang.“Y-yang Mulia, secepat ini?” tanya Weqing panik sekaligus senang.“Bawa laporan keuangan seluruh kementerian yang bisa kau dapatkan, saat kau datang mengunjungiku lain hari.” Mu Lan menjulurkan lidahnya menyapu rahang Weqing hingga tubuh pria itu bergetar.“K-kapan?” tanya Weqing menggeram menahan hasratnya yang kembali meronta.“Kapanpun kau siap, Jenderal,” desah Mu Lan di wa
Secepat kilat, Zening mendongak tidak percaya. “Kak, kaukah itu?”Wang Yang dan Ru Lan menyingkir menjauhi ranjang, memberi ruang untuk Deyun dan Zening.Alih-alih memeluk adiknya seperti keinginannya tadi, Deyun berlutut dan mengangkat kedua tangannya memberi hormat. “Li Deyun, menghadap Yang Mulia Permaisuri!”“Kak!” pekik Zening lega. “Mereka melepaskanmu?” tanyanya seraya menangkup wajah Deyun yang terlihat tirus dan lelah. “Apa mereka juga menyiksamu?”Li Deyun menggeleng dengan senyum samar menghiasi bibirnya. “Mereka tidak akan berani menyiksa kakak permaisuri,” godanya pada Zening. “Aku menyelinap keluar untuk mengucapkan selamat atas pernikahan dan penobatanmu menjadi permaisuri. Aku harap, kau tidak mengecewakan kami, Rakyatmu.”Dug.Zening meninju perut Deyun kuat-kuat. “Kau berkata begini saat aku khawatir tentangmu? Sungguh keterlaluan!&rdq
“Kak Yang, aku ….” “Tarik napasmu. Nikmati semuanya.” Wang Yang mulai bergerak cepat. “Ya, begitu ….” Zening merasakan sensasi aneh yang terjadi padanya. Seolah tenaganya terisi penuh setelah lama kering dan kosong. Seluruh otot dan sendinya yang layu, kembali merekah dengan cepat. “Ah, Kak. Aku akan meledak,” bisik Zening sambil terengah mengimbangi gerakan Wang Yang. Wang Yang berhenti dan menatap Zening. “Ini hadiah pernikahanku untukmu. Aku kembalikan semuanya padamu.” Wang Yang mengakhiri kalimatnya dengan sebuah ciuman panjang hingga Zening tertidur pulas. Beberapa lamanya, Wang Yang hanya menatap wajah cantik Zening yang lelap seperti bayi kenyang menyusu. Ibu jarinya mengusap bibir bengkak Zening akibat ulahnya. Tek tek tek. Sebuah ketukan di pintu kamar menarik Wang Yang dari gulungan hasrat yang membungkusnya. Tangannya cekatan menarik selimut menutupi tubuh polos Zening, lalu menarik tirai ranjang hingga menutup semp
Trang!Anak panah lain yang melesat cepat dari busur Hanxiu, menabrak anak panah yang nyaris menancap di dada Zening.“Ada penyusup! Ada penyusup!”Entah dari mana asal teriakan itu, seketika semua yang hadir bercerai-berai. Suasana halaman istana menjadi gaduh dan tidak terkendali karena teriakan itu. Setiap orang berlari saling tabrak menyelamatkan diri.“Yang Mulia, sebaiknya kita juga kembali ke istana. Situasinya sulit untuk dikendalikan,” usul Huazhi dengan mata waspada mengawasi udara sekitarnya.“Ayo!” Wang Yang mengulurkan tangannya membawa Zening di bawah perlindungannya. “Ning’er,” tegurnya kala menyadari Zening sedang sibuk mencari sosok yang berhasil menghalau anak panah untuknya.“Yang Mulia, siapa yang menghalau anak panah tadi?” tanya Zening penasaran dengan mata masih mengedar ke sekitar.“Huazhi akan menyelidikinya. Ayo, kita segera kembali ke is
“Yang Mulia, apa Anda tidak enak badan?” cemas Yuru.“Tidak. Aku merasa kondisiku hari ini adalah yang terbaik dari semua hari sejak aku melangkahkan kaki memasuki istana. Kenapa?” Zening memutar tubuhnya seraya merentangkan gaun sutra paduan warna emas dan merah.“T-tidak.” Yuru menggeleng takut-takut.Akhirnya, Zening tak kuasa menahan tawanya melihat wajah Yuru begitu tertekan akibat perubahan sikapnya, membuat dayang muda itu semakin kebingungan.“Ayo, pasang lagi yang perlu kau pasang.” Zening merentangkan tangannya, bersiap menerima perlakuan selanjutnya.“Sabuk!” pekik Yuru seraya menepuk dahinya.Ketika Yuru setengah membungkuk merapatkan diri memasang sabuk, Zening menundukkan kepalanya sedikit dan berbisik, “Setelah ini, pergilah ke penjara. Temui kakakku dan peringatkan dia untuk tetap waspada.”Yuru mematung, tidak merespon.“Pst! Kau deng
Mata Mu Lan melebar. “M-maksudmu kau mengelabuinya?!”“Tidak sepenuhnya. Hanya membuatnya tidak mewaspadaiku.” Wang Yoo berjalan meninggalkan aula.“Aku tidak mengerti jalan pikirannya,” gumam Mu Lan.“Wang Yoo adalah pemuda yang pintar. Isi pikirannya sulit ditebak. Sebaiknya, kita tetap waspada.” Ziliang mengibaskan lengan hanfunya dan berjalan keluar.“Cih! Tidak ada yang benar-benar bertindak demi kepentinganku.” Mu Lan mendesah kesal. “Baiklah, karena kalian hanya memikirkan kepentingan kalian sendiri, maka aku juga akan berlaku yang sama.” Mu Lan memandangi token Rajawali Emas di tangannya dan mulai memikirkan hal apa yang bisa dia buat melalui token kayu itu.“Selir pun tidak masalah asalkan bisa memilikimu dan menyingkirkan lainnya,” gumam Mu Lan seraya tersenyum bengis.Keesokan harinya, seluruh istana sudah sibuk menyiapkan upacara pernikahan raja.
“Katakan!” titah Wang Yang.Berikutnya, Mao dan Yue bergantian menceritakan kejadian pagi itu di depan kamar pribadi kaisar. Setiap detail kejadian tidak ada yang terlewat karena sebelumnya, Wang Yang sudah berpesan melalui Huazhi agar kedua pengawal itu menceritakan dengan jujur apabila sampai dipanggil menghadap.“Begitulah kejadiannya, Yang Mulia,” tukas Mao di akhir ceritanya.Wang Yang mengedar pandangan sekali lagi. Menatap wajah pejabatnya, termasuk Mu lan dan Ziliang.“Ampun, Yang Mulia! Berdasarkan cerita dua pengawal ini, Nona Li tetap harus dijatuhi hukuman,” ujar Bai He berkeras. “Terbukti dia menghina Putri Mu Lan di depan pengawal rendahan.”Demi menunjukkan kesetiaannya pada ibu suri, Bai He maju membawa petisinya. “Ini adalah petisi dari seluruh pejabat yang bekerja di Biro Tata Krama,” ungkapnya penuh rasa percaya diri sambil menyerahkan petisinya ke tangan Huazhi.
Ziliang memperhatikan mimik Mu Lan saat mengadu padanya. Gadis itu diliputi aura pemberontak yang luar biasa besar hingga menular padanya tanpa sadar. Ziliang dapat membayangkan suasana Aula Huanyang beberapa saat lagi, bila ia berhasil memanfaatkan emosi Mu Lan dengan tepat.“Hal penting seperti ini, mana bisa ditunda?” ujar Ziliang sambil menyungging senyum samar.“Tapi, Kanselir ….”Ziliang menggeleng cepat membungkam penjaga itu. “Aku yang akan bertanggung jawab. Buka jalan!”Setelah saling pandang sejenak, akhirnya dua penjaga itu mengangguk samar dan menegakkan kembali tombak di tangan mereka.“Bagaimana bisa, tontonan sebagus ini ingin kalian halangi?” lirih Ziliang sambil melangkah masuk.Melihat kanselir memasuki aula, beberapa pejabat yang berpihak padanya mengangguk hormat. Pejabat lain yang melihat sosok perempuan yang menggandeng tangan Ziliang, mulai menerka apa yang pria l
“Perempuan kasar sepertimu, lebih tidak pantas lagi,” desis Zening.Tangan Mu Lan kembali terayun.“Hentikan!” Suara Wang Yang menggelegar dari seberang selasar. “Hentikan, Wang Mu Lan!” ulang Wang Yang seraya setengah berlari menghampiri Zening.Dagu Zening yang bergetar menjadi hal pertama yang dicermati Wang Yang. “Apa kau baik-baik saja?” cemas Wang Yang dengan suara lembut.Zening hanya mengangguk dan tersenyum menenangkan.Dengan mata menyala-nyala, Wang Yang menoleh menatap Mu Lan. “Aku tidak akan membiarkan hal ini begitu saja. Sikapmu melebihi batas, Mu Lan!”Brak!Keranjang yang sejak tadi dijinjingnya di tangan kanan, Mu Lan lepaskan hingga isinya jatuh berantakan ke tanah. Tangan itu terangkat lurus menunjuk Zening.“Dia yang bersikap tidak sopan padaku, Kak! Dia belum menjadi istrimu, tapi sudah berani bicara tidak sopan padaku! Tanya saja dua pengawal itu!” elak Mu Lan dengan nada kesal. “Dia bahkan berkata kalau aku tidak beretika!” imbuhnya tak terima.“Cukup! Kembali