Tak butuh waktu lama, empat orang pengawal berlarian masuk dan menodongkan pedangnya pada ayah dan anak yang sedang berlutut minta ampun di depan Wang Yoo.
“Tangkap mereka! Tabib dan putrinya berusaha meracuni raja!” seru Wang Yoo mengumumkan.
“Ampuni kami, Yang Mulia!” teriak Ting Ye untuk kesekian kalinya. “Hamba mohon lepaskan Ru Lan. Dia tidak bersalah!” imbuhnya.
“Pengawal, masukkan mereka ke penjara!” titah Wang Yoo tanpa peduli teriakan minta ampun ayah dan anak itu.
“Ampun, Yang Mulia! Ampuni kami!”
“Kenapa berisik sekali?” Wang Su membalikkan tubuhnya perlahan.
“Kak, kau sudah bangun?” Mulan bergegas mendekat.
“Ada apa? Kenapa berisik sekali?” ulang Wang Su seraya mencoba duduk.
“Tabib kerajaan baru saja memeriksamu dan menjatuhkan sesutau yang aneh menurutku.” Wang Yoo ikut mendekat dan menyerahkan kantong sutra
Zhaolin melongo mendengar pertanyaan Wang Su. Kasim terlama di istana itu menegakkan tubuhnya dan melambaikan tangan tepat di depan muka Wang Su.“Ahh ...!” pekiknya kaget seraya bersujud.“Ada apa? Cheng Zhaolin, jawab aku!” panik Wang Su.“Hamba pantas mati, Baginda! Apa yang terjadi dengan penglihatan Anda? Apa kanselir sempat melukai anda, Baginda?”Mimik muka Wang Su berubah dingin. “Tidak ada yang terjadi dengan mataku. Aku hanya kehilangan penglihatan sementara. Cepat, katakan apa yang terjadi barusan!”Zhaolin mengangkat kepalanya dan menoleh pelan ke belakang. “Sebuah guci pecah dan kanselir sedang berdiri di tengah ruangan dengan tubuh penuh darah. Kami masuk setelah mendengar teriakan minta tolong dari dalam.”“Kasim, cepat cari tahu apa yang terjadi dengan kanselir. Jangan sampai kabar ini tersebar ke seluruh istana. Pastikan itu tidak terjadi. Mengerti?!”
Petir menyambar dengan dahsyatnya seolah memberi jawaban atas permohonan sungguh-sungguh seorang jenderal besar kerajaan Yongjin. Semua orang yang masih berada di aula tersentak kaget. Cuaca sedang cerah, langit terang, tidak ada tanda akan turun hujan, tapi petir menggelegar seakan tak lama lagi segera terjadi badai. “Aku anggap petir barusan sebagai jawaban atas permohonanku. Dewa penguasa semesta alam, roh para leluhur dinasti Wang, saksikanlah! Aku akan merubah semua ini, mengembalikannya ke tempat yang semestinya.” Li Daehan bersujud mencium tanah sebanyak tiga kali, lalu berdiri, membersihkan pakaiannya dan bergegas pergi menuju penjara. Ada hal besar yang harus segera ia lakukan, terlebih setelah Dewa Langit memberikan restunya. “Buka pintunya!” Penjaga penjara segera mengeluarkan kunci dari balik baju zirahnya dan membuka pintu penjara bawah tanah yang sudah menjadi tempat tinggal Wang Yang selama lebih dari sepuluh hari terakhir. “Pan
Penjara Bawah Tanah Daehan masih terus bersujud memohon pengampunan Wang Yang, meskipun pemuda berbadan tegap itu sudah berkali-kali berkata bahwa dia sudah memaafkan Daehan. “Yang Mulia, ampuni pria tua dan pelupa ini!” Dug. Dug. Dug. Daehan bersujud sampai kepalanya membentur ke lantai penjara. “Paman, hentikan! Aku sudah memaafkanmu. Aku sama sekali tidak menyalahkanmu. Sedikit banyak aku mendengar obrolan para prajurit tentang yang terjadi di istana, saat mereka berganti tugas jaga.” Wang Yang berlutut, menarik bahu Daehan agar pria itu menatapnya. “Apa benar yang aku dengar? Separah itukah keadaan dinasti ini? Lalu, apa yang kakakku lakukan? Wang Su memang bukan pria yang baik dalam pemerintahan, tapi dia bukan pria berhati dingin yang akan membiarkan rakyat menderita.” Daehan menegakkan tubuhnya dalam posisi tetap berlutut. “Ampun, Pangeran. Sudah tiga bulan ini, raja tidak pernah terlihat keluar dari kediamannya. Hanya k
Daehan terbeliak kaget. “Apa kau bilang barusan? Raja meminta Wang Yang masuk istana? Apa kau tahu arti dari perkataanmu? Jangan asal bicara!”“Maaf, Menteri Li. Saya juga sempat terkejut dan tidak percaya dengan apa yang kasim kepala katakan, tapi itulah yang sebenarnya.”“Ayah, apa tidak sebaiknya kita endapkan dulu masalah ini. Kita pikirkan cara untuk menemui raja dan menanyakan langsung tentang ini, bagaimana?” usul Deyun.“Tidak bisa. Malam ini juga, aku harus membuat rencana membebaskan Yang’er dari penjara.” Daehan hanyut dalam pikirannya.“Penjara? Apa yang terjadi? Apa dia membuat kesalahan? Atau dia tertangkap saat menyelinap masuk istana?”“Yang’er ditangkap saat berusaha menerobos gerbang utama ketika ingin menghadiri pemakaman mendiang selir Chu. Sudahlah, tidak perlu kita bahas ini.”Deyun menggosok dagunya yang kasar karena ditumbuhi rambut ha
Beruntung, Zening dalam posisi duduk. Andaikata dia masih berdiri, mungkin saat ini dia sudah jatuh ke lantai karena lututnya seperti kehilangan tulang.“Kau bilang siapa? Xiaoyang? Apa kau tidak salah menyebutkan nama?” Zening meremas pinggiran bajunya.Deyun pindah ke samping Zening, duduk berdampingan di atas ranjang. “Aku minta maaf karena selama ini menyembunyikannya darimu. Ini demi --.” Deyun berusaha menjelaskan.“Demi apa aku tidak peduli. Kau tahu, aku merasa, saat ini kau sedang mendorongku sampai ke tepi jurang dan memaksaku untuk melompat,” lirih Zening dengan mata berkaca-kaca.“Sungguh, aku tidak bermaksud begitu. Awalnya aku ingin memberitahumu perlahan karena tidak ingin kau merasa seperti sekarang. Tapi keadaan berubah begitu cepat. Aku minta maaf.”Zening menatap kakaknya dengan perasaan campur aduk. Ingin sekali Zening marah dan berteriak, tapi nalarnya membenarkan semua yang Deyun
Ketika Zening bergabung dengan Daehan dan Deyun dengan wajah sembab dan mata merah, pasukan Taichan sudah berbaris rapi di depan gerbang kota. Pengawal yang bertugas menjaga gerbang sudah berhasil ditaklukkan.‘Ini artinya, pernikahanku semakin dekat,” batin Zening manakala matanya melihat Deyun sedang mengobarkan semangat tarung pasukannya. ‘Haruskah aku berharap kami kalah agar pernikahan konyol ini tidak pernah terjadi?’Ringkikan Ru Feng mengejutkan Zening, membuyarkan lamunannya. Rupanya, Ru Feng menyapa sahabatnya Black Shadow, kuda hitam gagah dan besar milik Han Xiu.“Melamun di depan prajurit adalah sebuah pantangan dalam peperangan!” tegur Han Xiu yang hanya dibalas senyum kecut. “Ada apa dengan wajahmu? Kau menangis?”“Hehh, menangis? Memangnya aku pernah melakukan tindakan konyol begitu?” balas Zening berusaha sedatar mungkin.“Kalian!” panggil Deyun lantang. &ldquo
Zhaolin sibuk menghentikan darah yang masih terus merembes keluar dari dada bagian bawah Wang Su sambil sesekali mengusap air matanya di bawah tatapan sedih Wang Yang.“Apa kau sudah menemukan belati yang Kak Su’er pakai untuk menikam dirinya?” tanya Wang Yang tiba-tiba.“Tidak, saya belum menemukannya, Yang Mulia.”“Kalau begitu, jangan cari lagi. Biarkan seperti ini.” Wang Yang meraih tangan Wang Su yang masih menggenggam surat wasiat. “Biarkan mereka tahu kalau aku yang membunuh raja.”Brug.Zhaolin menjatuhkan diri di lantai dan menangis tersedu. “Hamba mohon, jangan lakukan itu, Yang Mulia! Jangan mengakui dosa yang tidak Anda lakukan!” pinta Zhaolin sungguh-sungguh.“Bukankah begitu lebih baik, dibandingkan tidak mengakui dosa besar yang telah kau lakukan?” Wang Yang membuka lipatan surat dan mulai membacanya, sejurus kemudian, air matanya menitik.Tan
Gerbang Utama Kerajaan“Jenderal, apa yang kita lakukan sekarang?” tanya Ji Mong tak sabar.Han Xiu melirik dengan jenaka. “Kau mengeluarkan banyak keringat karena cuaca panas atau terlalu bersemangat?”“Maaf, Jenderal. Saya terlalu bersemangat,” cengir Ji Mong malu. Ini kali pertamanya diperbolehkan memimpin sejumlah pasukan.“Baguslah kalau hanya berkeringat. Aku melihat prajurit yang tak kalah bersemangatnya denganmu, tapi dia memilih menunjukkan semangat tempurnya dengan marah-marah,” sindir Han Xiu seraya melirik ke arah lain. “Bahkan setelah membuat Lan Weqing babak belur.”Zening masih saja cemberut walau tangannya dengan lembut mengelus kepala Ru Feng yang mulai gelisah. Deyun tak kalah gelisahnya, matanya menatap lurus ke ujung jalan yang berujung pada bangunan istana.“Apa terjadi sesuatu dengan mereka?” gumam Deyun khawatir.“Aku harap begitu,&rdq