Ketika Zening bergabung dengan Daehan dan Deyun dengan wajah sembab dan mata merah, pasukan Taichan sudah berbaris rapi di depan gerbang kota. Pengawal yang bertugas menjaga gerbang sudah berhasil ditaklukkan.
‘Ini artinya, pernikahanku semakin dekat,” batin Zening manakala matanya melihat Deyun sedang mengobarkan semangat tarung pasukannya. ‘Haruskah aku berharap kami kalah agar pernikahan konyol ini tidak pernah terjadi?’
Ringkikan Ru Feng mengejutkan Zening, membuyarkan lamunannya. Rupanya, Ru Feng menyapa sahabatnya Black Shadow, kuda hitam gagah dan besar milik Han Xiu.
“Melamun di depan prajurit adalah sebuah pantangan dalam peperangan!” tegur Han Xiu yang hanya dibalas senyum kecut. “Ada apa dengan wajahmu? Kau menangis?”
“Hehh, menangis? Memangnya aku pernah melakukan tindakan konyol begitu?” balas Zening berusaha sedatar mungkin.
“Kalian!” panggil Deyun lantang. &ldquo
Zhaolin sibuk menghentikan darah yang masih terus merembes keluar dari dada bagian bawah Wang Su sambil sesekali mengusap air matanya di bawah tatapan sedih Wang Yang.“Apa kau sudah menemukan belati yang Kak Su’er pakai untuk menikam dirinya?” tanya Wang Yang tiba-tiba.“Tidak, saya belum menemukannya, Yang Mulia.”“Kalau begitu, jangan cari lagi. Biarkan seperti ini.” Wang Yang meraih tangan Wang Su yang masih menggenggam surat wasiat. “Biarkan mereka tahu kalau aku yang membunuh raja.”Brug.Zhaolin menjatuhkan diri di lantai dan menangis tersedu. “Hamba mohon, jangan lakukan itu, Yang Mulia! Jangan mengakui dosa yang tidak Anda lakukan!” pinta Zhaolin sungguh-sungguh.“Bukankah begitu lebih baik, dibandingkan tidak mengakui dosa besar yang telah kau lakukan?” Wang Yang membuka lipatan surat dan mulai membacanya, sejurus kemudian, air matanya menitik.Tan
Gerbang Utama Kerajaan“Jenderal, apa yang kita lakukan sekarang?” tanya Ji Mong tak sabar.Han Xiu melirik dengan jenaka. “Kau mengeluarkan banyak keringat karena cuaca panas atau terlalu bersemangat?”“Maaf, Jenderal. Saya terlalu bersemangat,” cengir Ji Mong malu. Ini kali pertamanya diperbolehkan memimpin sejumlah pasukan.“Baguslah kalau hanya berkeringat. Aku melihat prajurit yang tak kalah bersemangatnya denganmu, tapi dia memilih menunjukkan semangat tempurnya dengan marah-marah,” sindir Han Xiu seraya melirik ke arah lain. “Bahkan setelah membuat Lan Weqing babak belur.”Zening masih saja cemberut walau tangannya dengan lembut mengelus kepala Ru Feng yang mulai gelisah. Deyun tak kalah gelisahnya, matanya menatap lurus ke ujung jalan yang berujung pada bangunan istana.“Apa terjadi sesuatu dengan mereka?” gumam Deyun khawatir.“Aku harap begitu,&rdq
Ting!Denting logam bertabrakan menghasilkan bunyi nyaring yang menyayat hati.Krash! Brug!Pedang Zening meleset, hanya menggores punggung sasarannya sebelum jatuh ke lantai bersama dua anak panah yang Deyun lepaskan.“Ning’er,” rintih Daehan yang tergeletak tak jauh dari kaki putrinya.Zening membuka mata dan terpukul melihat apa yang telah ia lakukan. “AYAH!” Zening meraih tubuh Daehan dalam pelukannya. “Kenapa kau lakukan ini?!” tangis Zening pecah.Daehan terbatuk dan menyemburkan darah segar dari mulutnya. “Jangan menangis, Ning'er.”Seketika Zening teringat ucapannya tentang menusuk orang di depannya dan tangisnya makin jadi. “Ayah, maafkan aku. Aku bersalah padamu. Bertahanlah, jangan tinggalkan aku seperti ini.”“Zening, dengarkan aku. Maafkan kalau sampai napas terakhirku, aku tetap mau kau laksanakan wasiat sahabatku. Hanya itu permintaan terakhi
Di dua tempat yang berbeda, Wang Yang dan Wang Yoo memimpin pemakaman orang terdekat mereka. Upacara pemakaman Wang Su lebih megah dan hening, sedangkan upacara pemakaman Li Daehan lebih sederhana dan khidmat.Setelah abu jenazah dimasukkan ke dalam guci, Zening bergegas meninggalkan tempat pemakaman. Hanya karena mengikuti tradisi dan aturan yang berlaku di masyarakat, Zening menguatkan hati melihat jasad ayahnya habis dibakar api.Deyun mendekati Wang Yang saat pria itu hendak keluar dari halaman belakang rumahnya.“Pangeran, kalau tidak keberatan, tolong bicara dengan Zening. Dia sangat terpukul dengan kejadian hari ini.”Wang Yang menatap Deyun ragu. “Aku rasa, aku bukan orang yang tepat bicara dengannya. Kau tentu tahu bahwa dia tidak menyukaiku sejak pertama kali bertemu.”“Saya tahu, Pangeran. Namun, saya rasa ini adalah kesempatan kalian bicara berdua sebelum semuanya bergulir tanpa bisa dihentikan.”
“Apa yang kau lakukan?!” Deyun menyibak tirai kamar Zening dan terkejut melihat kondisi kamar itu seperti kapal karam.“Pria macam apa yang memaksa seorang wanita menikahinya tanpa rasa ragu sedikitpun. Pria macam apa yang seenaknya sendiri mengaturku bahkan sebelum menjadi bagian hidupku. Dan kau, kenapa kau tega katakan padanya kalau ada pria yang aku cintai? Kenapa tidak kau sebut saja namanya sekalian?”Zening meraih teko air di dekatnya dan melemparnya ke arah Deyun. Beruntung Deyun gesit menghindar sehingga teko pecah berantakan menghantam pilar penyangga bangunan.“Kau tahu, setelah mendengarnya bicara, aku semakin yakin kalau aku tidak akan sanggup hidup bersamanya. Aku tidak akan sanggup, Kak!”“Apa yang Wang Yang katakan padamu hingga kau begitu marah?”Zening bangkit dengan cepat. “Apa gunanya kau tahu? Yang harus kau tahu, saat ini aku begitu ingin menusuknya ....”Plak!
Ru Feng berlari cepat menuju pinggiran jurang. Nalurinya merasakan bahaya dan mulai mengurangi kecepatan. Kepalanya bergerak ke kanan ingin berbalik, tapi Zening terus melecutnya agar berlari kencang ke depan. Tepat di tepi jurang, Ru Feng meringkik dan mengangkat dua kaki depannya tanda protes.“Hahaha ... kau juga takut mati rupanya!” sindir Zening marah. “Baiklah, kalau begitu aku akan melompat sendiri tanpa mengajakmu serta!”Zening melompat dari punggung Ru Feng, menarik kekangnya menjauh dari jurang dan mengikatnya pada sebuah pohon akasia yang besar. Zening menangkup pipi Ru Feng dan menatap matanya.“Maaf, aku tidak bermaksud membuatmu takut. Aku hanya berpikir bahwa mungkin kau ingin bertemu ayah, seperti aku. Maaf.” Zening mencium dan mengelus kuda kesayangannya. “Jaga Deyun untukku. Aku pergi.”Zening berbalik arah dan mulai melangkah ke pinggir jurang. Perlahan matanya mulai terpejam dan tanganny
Kediaman Raja, Istana Barat“Bagaimana kondisi Han Xiu? Apa lukanya parah?” tanya Wang Yang pada Huazhi sambil tetap membaca buku.“Dia sudah sadar, Yang Mulia. Berkat ramuan rahasia yang Anda berikan pada tabib istana, nyawa pria itu dapat tertolong.” Huazhi melangkah mendekati rajanya.“Ada apa? Katakan saja. Di sini hanya ada aku dan kamu, tidak perlu berbisik atau mendekat.”“Ampun, Yang Mulia. Ini adalah malam pernikahan Anda. Kenapa Yang Mulia ingin saya temani membaca buku? Ini akan menjadi pembicaraan di kalangan istana, Yang Mulia.”Wang Yang melempar gulungan buku yang terbuat dari potongan bambu, ke atas meja dan berpaling menatap Huazhi. “Aku tidak ingin ditebas pedang saat menghabiskan malam pertama. Aku rasa, kita perlu menghilangkan kungfu Zening agar tidak membahayakan.”Huazhi membungkuk hormat. “Ampuni saya, Yang Mulia. Saya tidak pernah berpikir sejauh itu.
Zening terbaring lemah di atas ranjang sejak dua hari lalu. Tenaga dalam dan ilmu bela dirinya dihilangkan secara paksa oleh Deyun dan Han Xiu atas perintah raja, yang tak lain suaminya. Pria yang dengan telaten merawatnya selama dua hari ini. Membantunya makan dan menghiburnya dengan membacakan banyak buku hingga Zening jatuh tertidur, seperti yang biasa Daehan lakukan.“Sebenarnya apa tujuanmu menghilangkan semua milikku? Apa kau begitu takut aku akan membunuhmu saat berdua denganku?”Wang Yang mengusapkan kain basah untuk membersihkan lengan Zening. “Aku tidak takut mati di tanganmu. Yang aku takutkan, kau menebas leher penghuni istana untuk meluapkan dendammu.”“Hentikan. Aku tidak butuh bantuanmu. Aku bisa melakukannya sendiri.” zening menumpukan berat tubuh bagian atasnya pada kedua siku dan lengan bawahnya. Berusaha keras untuk duduk.“Tidak perlu sungkan, aku akan membantumu sampai tenagamu pulih.” W