Sementara itu, Wang Yang memacu Ru Feng membelah udara malam, sekencang yang kuda itu sanggup.
“Hyaa ... hyaa ...!”
Drap. Drap. Drap.
“Hyaa ... hyaa ...!”
“Ru Feng, bantu aku. Antarkan aku ke istana secepat yang kau bisa!”
Seolah mengerti perintah Wang Yang, Ru Feng berlari lebih kencang seiring tarikan kekang di kepalanya dan hentakan di perutnya. Hingga hampir tengah malam, Wang Yang memasuki hutan bambu. Ru Feng menghentikan larinya dengan tiba-tiba, membuat Wang Yang hampir terlempar jatuh.
“Hei, ada apa? Jangan takut, aku bersamamu,” bisik Wang Yang seraya merundukkan tubuhnya di atas punggung kuda.
Dep. Dep.
“Hyaa ...!” Wang Yang kembali memacu Ru Feng, tapi kuda itu menolak dengan meringkik dan mengangkat dua kaki depannya ke atas.
“Hei, ada apa denganmu?!” Wang Yang menjadi waspada setelah melihat gelagat kudanya. ‘Ada bahaya yang mengi
“Buka gerbangnya!” ucap Wang Yang dengan pedang yang terangkat lurus ke depan.“Kau pikir siapa dirimu hingga berani mengangkat pedang pada pengawal kerajaan Yongjin?!” Satu dari prajurit itu tersulut emosi melihat kelancangan Wang Yang. “Tangkap pria ini!” titahnya seraya mengayunkan tangan kanannya ke depan.Sekitar lima belas prajurit serentak berlari ke arah Wang Yang sambil menghunus pedang dan mengangkat tombaknya masing-masing. Mengangkat pedang ke arah prajurit kerajaan termasuk dalam tindak pemberontakan dan bisa berakibat kehilangan kepala.Pertempuran tak dapat dielakkan. Wang Yang seorang diri melawan tujuh belas prajurit dalam waktu bersamaan. Dlaam marahnya, Wang Yang masih ingat bahwa yang dihadapinya adalah rakyatnya sendiri. Kedatangannya bukan untuk melawan rakyat yang selama ini menjadi pelindung keluarganya, melainkan menghadiri upacara pemakaman ibunya.Dalam kegalauan pikirannya, sebilah pedang ber
“Paman, ikut aku sebentar!”Daehan memalingkan kepalanya, melihat lawan bicaranya. “Pangeran Wang Yoo!” Daehan sontak menjauh dan membungkukkan badannya memberi hormat.“Sstt! Jangan berisik. Aku butuh bantuanmu, Paman.”Wang Yoo memeluk punggung Daehan dengan sebelah lengannya, memaksa Daehan mengikuti langkahnya.“Pangeran, kita mau ke mana? Masih banyak hal yang harus saya kerjakan.”Wang Yoo tidak menjawab, hanya terus menggiring Daehan mengikuti langkahnya masuk ke sebuah ruangan. Setelah memastikan tidak ada yang mengikuti, Wang Yoo menutup puntu dan menguncinya dengan sebatang balok.“Paman, tolong lepaskan Kakak Yang! Prajurit penjaga gerbang utama menangkapnya tadi pagi.”Daehan tersentak kaget. “Pangeran kedua? Tertangkap? Bagaimana bisa?”“Tanyakan saja langsung padanya.” Wang Yoo menggerakkan dagunya ke salah satu pojok ruangan.
“Mana dia? Mana Wang Yang? Kau bilang dia ada di sini?” panik Suying sambil kebingungan mencari ke seluruh sisi kamarnya.Wang Yoo segera mendekati Suying dan memeluknya. “Bu, tidak ada siapa-siapa di sini. Mungkin kau sedang bermimpi.” Wang Yoo terus menggosok punggung Suying lembut. “Berbaringlah, kau kurang tidur beberapa hari ini,” bujuk Wang Yoo seraya membantu Suying rebahan kembali.“Benarkah? Tidak ada Wang Yang di sini?” selidik Suying curiga.“Tidak, hanya ada aku dan Kakak. Tidurlah, Bu.” Mulan ikut meyakinkan Suying.“Hhh, baguslah kalau begitu. Dia pasti akan membunuhku kalau dia tahu ibunya mati saat bersama denganku. Tidak, tidak, itu tidak boleh terjadi. Wang Yang tidak boleh tahu. Tidak, dia tidak boleh tahu ini semua.” Suying terus bergumam panik sambil bergelung seperti landak yang sedang menemui bahaya.Setelah memastikan Suying kembali dalam buaian mimpi, M
“Apa Anda harus kembali ke dalam penjara?” Huazhi menghadang jalan Wang Yang untuk menghentikan langkahnya. “Apa tidak ada cara lain untuk membebaskan Anda?”“Jangan merengek seperti yang selalu Mulan lakukan! Aku akan baik-baik saja di dalam.” Wang Yang mendorong tubuh Huazhi ke samping.“Tapi, Pangeran! Anda harus tahu keadaan raja saat ini. Kondisinya sudah tidak memungkinkan lagi untuk memimpin.” Huazhi kembali menghadang jalan.“Aku tahu kau lakukan semua ini karena peduli padaku dan negara ini. Maka dari itu, lakukan semua yang Paman Li perintahkan padamu. Sudah, aku harus segera kembali ke penjara. Kasihan Wang Yoo, sudah terlalu lama berada di dalam.”Wang Yang bergegas masuk ke dalam penjara dan menempati posisinya yang beberapa waktu digantikan oleh adiknya.“Anda terlalu baik hati, Pangeran!” sesal Huazhi mengiring kepergian junjungannya.Di dalam salah satu r
Lengan Wang Yoo terasa sakit karena remasan Mulan yang terlalu kuat, membuat pria bertubuh kurus itu meringis kesakitan. “Kak, ada apa dengannya? Kenapa dia menggigil dan menakutkan begitu?” rengek Mulan ketakutan. “Aku harus melihatnya dari dekat. Jadi, sebaiknya kau lepaskan tanganmu. Kuku panjangmu mulai melukaiku,” desis Wang Yoo menahan sakit. “Tidak, jangan tinggalkan aku, Kak!” Wang Su mulai mengangkat tangannya menggapai udara, mencari tangan adiknya yang mungkin sedang terulur ke arahnya. “Yoo’er, Mulan, di mana kalian?” “Mulan, lepaskan tanganku!” perintah Wang Yoo sambil menggerakkan lengannya, memberontak dari cengkeraman adiknya. Bret! Lengan hanfu mahal milik Wang Yoo koyak karena aksi saling tarik barusan, menyisakan tatapan tajam yang menusuk ulu hati Mulan. Perlahan dan penuh penyesalan, Mulan melepaskan lengan Wang Yoo. “Kakak, ini Yoo’er. Apa yang terjadi dengan matamu?” Wang Yoo meraih tangan Wang Su
Tak butuh waktu lama, empat orang pengawal berlarian masuk dan menodongkan pedangnya pada ayah dan anak yang sedang berlutut minta ampun di depan Wang Yoo.“Tangkap mereka! Tabib dan putrinya berusaha meracuni raja!” seru Wang Yoo mengumumkan.“Ampuni kami, Yang Mulia!” teriak Ting Ye untuk kesekian kalinya. “Hamba mohon lepaskan Ru Lan. Dia tidak bersalah!” imbuhnya.“Pengawal, masukkan mereka ke penjara!” titah Wang Yoo tanpa peduli teriakan minta ampun ayah dan anak itu.“Ampun, Yang Mulia! Ampuni kami!”“Kenapa berisik sekali?” Wang Su membalikkan tubuhnya perlahan.“Kak, kau sudah bangun?” Mulan bergegas mendekat.“Ada apa? Kenapa berisik sekali?” ulang Wang Su seraya mencoba duduk.“Tabib kerajaan baru saja memeriksamu dan menjatuhkan sesutau yang aneh menurutku.” Wang Yoo ikut mendekat dan menyerahkan kantong sutra
Zhaolin melongo mendengar pertanyaan Wang Su. Kasim terlama di istana itu menegakkan tubuhnya dan melambaikan tangan tepat di depan muka Wang Su.“Ahh ...!” pekiknya kaget seraya bersujud.“Ada apa? Cheng Zhaolin, jawab aku!” panik Wang Su.“Hamba pantas mati, Baginda! Apa yang terjadi dengan penglihatan Anda? Apa kanselir sempat melukai anda, Baginda?”Mimik muka Wang Su berubah dingin. “Tidak ada yang terjadi dengan mataku. Aku hanya kehilangan penglihatan sementara. Cepat, katakan apa yang terjadi barusan!”Zhaolin mengangkat kepalanya dan menoleh pelan ke belakang. “Sebuah guci pecah dan kanselir sedang berdiri di tengah ruangan dengan tubuh penuh darah. Kami masuk setelah mendengar teriakan minta tolong dari dalam.”“Kasim, cepat cari tahu apa yang terjadi dengan kanselir. Jangan sampai kabar ini tersebar ke seluruh istana. Pastikan itu tidak terjadi. Mengerti?!”
Petir menyambar dengan dahsyatnya seolah memberi jawaban atas permohonan sungguh-sungguh seorang jenderal besar kerajaan Yongjin. Semua orang yang masih berada di aula tersentak kaget. Cuaca sedang cerah, langit terang, tidak ada tanda akan turun hujan, tapi petir menggelegar seakan tak lama lagi segera terjadi badai. “Aku anggap petir barusan sebagai jawaban atas permohonanku. Dewa penguasa semesta alam, roh para leluhur dinasti Wang, saksikanlah! Aku akan merubah semua ini, mengembalikannya ke tempat yang semestinya.” Li Daehan bersujud mencium tanah sebanyak tiga kali, lalu berdiri, membersihkan pakaiannya dan bergegas pergi menuju penjara. Ada hal besar yang harus segera ia lakukan, terlebih setelah Dewa Langit memberikan restunya. “Buka pintunya!” Penjaga penjara segera mengeluarkan kunci dari balik baju zirahnya dan membuka pintu penjara bawah tanah yang sudah menjadi tempat tinggal Wang Yang selama lebih dari sepuluh hari terakhir. “Pan