Daehan dan Huazhi serempak menutup mulut karena terkejut. “Astaga, apa yang terjadi pada Selir Chu?”
“Dia berikan opium hingga ibuku kecanduan. Dengan alasan itu, ia ingin aku membuka kembali gudang dan jalur perdagangan yang tersegel. Apa yang harus aku lakukan sekarang?”
Brug.
“Huazhi pantas mati, Yang Mulia!” seru Huazhi seraya berlutut. “Hamba gagal menjaga Selir Chu.”
“Tidak, itu bukan salahmu. Bangunlah. Aku sudah dengar dari Deyun bahwa kau berhasil membongkar penyelundupan senapan dari barat dan mengajar pasukan kita cara menembak menggunakan senapan. Itu bukan hal yang mudah.”
Huazhi kembali berdiri. “Terima kasih, Yang Mulia. Hamba sudah berhasil mengusut dalang dibalik kematian mendiang raja dan pangeran. Dugaan Anda tepat, Cheng bersaudara yang menjadi pelaku dan kaki tangannya. Otaknya adalah Ibu Suri dan Kanselir.”
Huazhi maju satu langkah dan berbisik liri
“Pengawal, cepat cari!” teriak Suying panik. “Kalau perlu kalian keringkan air danau ini!”Song Lin lenyap seperti ditelan danau, bahkan gelembung udaranya tidak terlihat. Tidak ada yang tahu bahwa Song Lin mengikatkan batu di kaki dan tangannya terlebih dulu sebelum Suying datang.Suying menatap permukaan danau penuh penyesalan. Jauh di lubuk hatinya, Suying menyimpan rasa bersalah pada selirnya itu. Kisah masa lalu yang sudah menjadi cerita turun-temurun keluarga pejabat dan dayang istana penyebabnya. Tidak pernah satu kali pun, Suying meminta maaf atas semua kejahatan yang sudah dilakukannya pada Song Lin, sedang wanita itu tak pernah menyimpan dendam padanya.“Lin’er, aku pasti akan menemukan dan menolongmu. Aku tidak akan membiarkanmu membuatku merasa bersalah. Wanita sial!”Beberapa dayang istana menghampiri Suying dan mengajaknya kembali ke kediamannya karena udara mulai dingin dan angin berhembus kencang.
Kediaman Kanselir, Paviliun JianshanDi halaman belakang rumahnya, Zhao Ziliang sedang membaca sebuah buku dengan serius. Seorang pelayan wanita berdiri tak jauh darinya, tangannya terus bergerak naik turun membawa sebuah kipas besar terbuat dari bambu yang dipipihkan berhias bulu angsa, menciptakan angin sepoi untuk tuannya.Srek.Ziliang begitu larut dalam bukunya hingga tidak melihat sesosok bayangan mendekat sampai cahaya jingga dari ufuk barat berubah menjadi gelap dan mengganggu pandangannya. Ziliang mendongak, melihat siapa yang menghalangi cahayanya. Dan matanya terbeliak kaget mendapati Ming Lan berdiri di hadapannya dengan wajah cemberut.“Yang Mulia, apa yang Anda lakukan di sini? Anda tidak boleh datang kemari tanpa izin dari Ratu!” panik Ziliang seraya mengedarkan pandangannya ke sekitar halaman.“Tidak perlu khawatir, Yah. Aku datang kemari atas izin dari Ratu Qi. Dayang istana dalam juga ikut mengantarku,” jaw
“Memangnya siapa yang meninggal? Kenapa aku harus memberi hormat?” Ruoyu turun dari kereta dan segera merendahkan dirinya bersama dua dayang muda lainnya. Dung. Dung. Dung. “Selir Chu meninggal dunia!” Dung. Dung. Dung. “Selir Chu meninggal dunia!” teriak salah satu kasim sambil berjalan berdampingan dengan kasim yang memukul Luo, semacam gong kecil. Luo dipukul sepanjang jalan menuju ke tempat persemayaman diiringi teriakan pemberitahuan yang terus berkumandang, memberitahukan kepada seluruh negeri bahwa salah satu keluarga kerajaan meninggal. Iring-iringan dayang dan kasim berbaju putih membawa lentera terus bergerak perlahan mengitari halaman istana yang laus. Brug. Ming Lan jatuh terduduk di tanah kotor. Lututnya seketika lemas mengetahui siapa yang terbaring tak bernyawa dalam tandu berkelambu putih. “Selir Chu, Kak Yang’er. Apa yang akan terjadi padanya bila dia tahu soal ini?” cicit Ming Lan dengan mata b
“Apa kau bilang? Dipenggal? Kau pikir siapa yang kau penggal?!” Pria lainnya yang memegang tombak menghardik Deyun dengan marah.“Aku tidak peduli siapa dia, Tuan. Dengan menerobos kamp Taichan dan melakukan penyerangan, sudah bisa dijadikan alasan untuk memenggal kepalanya.”“Kurang ajar!”Sret.Ujung tombak yang lancip sudah mengarah lurus ke tubuh Deyun. Namun, bukan Jenderal Li namanya kalau sampai merasa gentar hanya karena baja lancip dan mengkilap itu mengincar jantungnya.“Tuan, sikap anda terlalu gegabah untuk ukuran tamu.”Si jenggot tebal menggeleng samar pada rekannya dan dengan cepat gagang tombak kembali menapak tanah.“Jenderal, urusan ini akan menjadi panjang karena anda telah membunuh utusan resmi kota Wu.”Deyun dan pria berjenggot tersentak kaget mendengar informasi yang disampaikan dengan ceroboh.“Bodoh!” desis pria berjenggot.
“Hei, ada apa denganmu?! Cepat katakan!” bentak Xiaoyang mulai hilang kesabaran.Semakin Xiaoyang mengguncang tubuhnya, Ji Mong makin rapat mengatup rahangnya membuat calon raja itu marah dan mendorong tubuh tentara di depannya hingga hampir jatuh terjerembab.“Deyun, ada apa ini?!” hardik Xiaoyang hilang kendali.“Heh! Jaga bicaramu. Dia tidak sekedar Li Deyun di sini. Dia adalah jenderal yang raja tugaskan untuk memimpin pasukan penjaga perbatasan. Di mana sopan santunmu?!”“Zening!”Di luar dugaan, Deyun membentak balik adiknya hingga gadis itu berjingkat karena tidak menduga akan mendapat teguran tidak ramah dari Deyun.“Jaga ucapanmu!” imbuh Deyun. “Keluarlah dulu, ada yang harus kami bicarakan.”“Kak, sejak pria ini bergabung menjadi pasukan inti, sadar atau tidak, kau memperlakukanku sedikit keterlaluan.” Zening berpaling marah dari Deyun ke Xia
Zening begitu kesal dengan sikap Deyun padanya. Setelah keluar dari tenda dengan paksa, karena Han Xiu menariknya, Zening melampiaskan marahnya dengan berkuda tanpa tujuan. Setelah hari hampir gelap, ia teringat bahwa persediaan kayu bakar di dalam gua sudah habis. Maka, ia berinisiatif mencari kayu bakar dan membawanya ke gua.Ketika tiba, Zening melihat Xiaoyang sedang berlatih pedang. Bukan, bukan berlatih tapi menyiksa diri.“Cih, cari muka dia. Pantas saja Kak Deyun begitu memujanya,” ujarnya kesal.Zening sengaja hanya diam berdiri di pintu masuk, bersandar pada dinding yang sedikit menjorok ke dalam hingga tidak mudah terlihat. Niatnya ingin mencari kelemahan gerakan Xiaoyang dan akan digunakannya untuk mengalahkan pria sombong itu, membuatnya kehilangan muka di depan Deyun.Lama memperhatikan, Zening sadar bahwa yang dilakukan Xiaoyang tidak benar-benar melatih ilmu pedangnya, tapi melampiaskan amarah.Ting!Zening meliha
Zening terus melangkah menuju tendanya. Wajahnya terasa panas, dadanya bergemuruh, seluruh tubuhnya gemetar karena perbuatan Xiaoyang barusan. “Pria kurang ajar! Tidak tahu adab! Bajingan tengik!” umpat Zening terus tanpa henti. “Bisa-bisanya dia memelukku begitu! Akan aku tebas lengannya dengan pedangku. Lihat saja nanti!” Zening mengusir penjaga tendanya pergi agar bisa meluapkan seluruh kekesalannya tanpa harus diketahui orang lain. Namun, setelah benar-benar sendirian, bukannya melampiaskan amarah seperti rencana awalnya, Zening justru duduk termenung di tepian ranjang hingga tidak mendengar panggilan dari luar tendanya. Srak. Han Xiu menyibak tirai tenda dengan kasar. Raut wajahnya berubah lembut saat melihat Zening ada di dalam tenda. “Zening. Li Zening!” “Ehh?” Zening tersadar dari lamunannya. “Apa yang kau lamunkan?” tanya Han Xiu dengan tangan terkepal erat. “Tidak ada, hanya sedang memikirkan sesuatu yang memb
Deyun sedang mondar-mandir di tendanya saat Han Xiu masuk.“Ada apa denganmu?” tegur Han Xiu heran.Deyun bergegas menghampiri sahabatnya dan memegang kedua tangan pria itu layaknya sepasang kekasih. “Bantu aku, Teman.”Sret.Han Xiu segera mengibaskan tangan Deyun. “Jangan bertingkah berlebihan. Kau membuatku merinding.”“A-Xiu, aku tidak bisa menyimpan semua ini sendiri lebih lama lagi. Cepat atau lambat kau harus tahu rahasia besar yang tersimpan di barak ini.”Tap.Han Xiu menempelkan telapak tangannya di dahi Deyun, lalu menempelkan tangan lainnya ke dahinya sendiri. “Kau baik-baik saja, tidak demam.”“Ish, kau pikir aku sakit?”Han Xiu dengan cueknya mengendikkan bahu, kemudian duduk di salah satu kursi. “Ada apa? Rahasia apa yang kau sembunyikan dari kami? Kau tidak pandai menyimpan sesuatu. Bahkan Zening sudah mulai curiga pada kalian.&