Zening terus melangkah menuju tendanya. Wajahnya terasa panas, dadanya bergemuruh, seluruh tubuhnya gemetar karena perbuatan Xiaoyang barusan.
“Pria kurang ajar! Tidak tahu adab! Bajingan tengik!” umpat Zening terus tanpa henti. “Bisa-bisanya dia memelukku begitu! Akan aku tebas lengannya dengan pedangku. Lihat saja nanti!”
Zening mengusir penjaga tendanya pergi agar bisa meluapkan seluruh kekesalannya tanpa harus diketahui orang lain. Namun, setelah benar-benar sendirian, bukannya melampiaskan amarah seperti rencana awalnya, Zening justru duduk termenung di tepian ranjang hingga tidak mendengar panggilan dari luar tendanya.
Srak.
Han Xiu menyibak tirai tenda dengan kasar. Raut wajahnya berubah lembut saat melihat Zening ada di dalam tenda.
“Zening. Li Zening!”
“Ehh?” Zening tersadar dari lamunannya.
“Apa yang kau lamunkan?” tanya Han Xiu dengan tangan terkepal erat.
“Tidak ada, hanya sedang memikirkan sesuatu yang memb
Deyun sedang mondar-mandir di tendanya saat Han Xiu masuk.“Ada apa denganmu?” tegur Han Xiu heran.Deyun bergegas menghampiri sahabatnya dan memegang kedua tangan pria itu layaknya sepasang kekasih. “Bantu aku, Teman.”Sret.Han Xiu segera mengibaskan tangan Deyun. “Jangan bertingkah berlebihan. Kau membuatku merinding.”“A-Xiu, aku tidak bisa menyimpan semua ini sendiri lebih lama lagi. Cepat atau lambat kau harus tahu rahasia besar yang tersimpan di barak ini.”Tap.Han Xiu menempelkan telapak tangannya di dahi Deyun, lalu menempelkan tangan lainnya ke dahinya sendiri. “Kau baik-baik saja, tidak demam.”“Ish, kau pikir aku sakit?”Han Xiu dengan cueknya mengendikkan bahu, kemudian duduk di salah satu kursi. “Ada apa? Rahasia apa yang kau sembunyikan dari kami? Kau tidak pandai menyimpan sesuatu. Bahkan Zening sudah mulai curiga pada kalian.&
“Hentikan!”Zening melompat dan berguling di udara sebelum mendarat tepat di samping Xiaoyang dengan mata pedang menempel di leher pria itu.“Jangan lakukan, atau aku akan lekukan hal yang sama padamu!” ancam Zening marah.“Zening!” hardik Deyun dari pinggir lapangan.“Apa kau tidak lihat kalau Xiaoyang masih berniat menyerang Han Xiu bahkan setelah dia terpojok?!” protes Zening tak terima dengan teguran kakaknya.Xiaoyang mendekatkan wajahnya pada Zening. “Perhatikan baik-baik posisi tangan Han Xiu,” bisik Xiaoyang tepat di telinga Zening, membuat gadis itu tersentak dan menjauhkan kepalanya. “Dia bersiap menyerangku dengan tenaga dalamnya saat aku lengah, padahal posisinya sudah terpojok.”Zening berpaling menatap keseluruhan posisi tubuh Han Xiu yang membentuk kuda-kuda siap melancarkan serangan.Srak.Zening segera menurunkan pedangnya setelah menyadari
Sementara itu, Wang Yang memacu Ru Feng membelah udara malam, sekencang yang kuda itu sanggup.“Hyaa ... hyaa ...!”Drap. Drap. Drap.“Hyaa ... hyaa ...!”“Ru Feng, bantu aku. Antarkan aku ke istana secepat yang kau bisa!”Seolah mengerti perintah Wang Yang, Ru Feng berlari lebih kencang seiring tarikan kekang di kepalanya dan hentakan di perutnya. Hingga hampir tengah malam, Wang Yang memasuki hutan bambu. Ru Feng menghentikan larinya dengan tiba-tiba, membuat Wang Yang hampir terlempar jatuh.“Hei, ada apa? Jangan takut, aku bersamamu,” bisik Wang Yang seraya merundukkan tubuhnya di atas punggung kuda.Dep. Dep.“Hyaa ...!” Wang Yang kembali memacu Ru Feng, tapi kuda itu menolak dengan meringkik dan mengangkat dua kaki depannya ke atas.“Hei, ada apa denganmu?!” Wang Yang menjadi waspada setelah melihat gelagat kudanya. ‘Ada bahaya yang mengi
“Buka gerbangnya!” ucap Wang Yang dengan pedang yang terangkat lurus ke depan.“Kau pikir siapa dirimu hingga berani mengangkat pedang pada pengawal kerajaan Yongjin?!” Satu dari prajurit itu tersulut emosi melihat kelancangan Wang Yang. “Tangkap pria ini!” titahnya seraya mengayunkan tangan kanannya ke depan.Sekitar lima belas prajurit serentak berlari ke arah Wang Yang sambil menghunus pedang dan mengangkat tombaknya masing-masing. Mengangkat pedang ke arah prajurit kerajaan termasuk dalam tindak pemberontakan dan bisa berakibat kehilangan kepala.Pertempuran tak dapat dielakkan. Wang Yang seorang diri melawan tujuh belas prajurit dalam waktu bersamaan. Dlaam marahnya, Wang Yang masih ingat bahwa yang dihadapinya adalah rakyatnya sendiri. Kedatangannya bukan untuk melawan rakyat yang selama ini menjadi pelindung keluarganya, melainkan menghadiri upacara pemakaman ibunya.Dalam kegalauan pikirannya, sebilah pedang ber
“Paman, ikut aku sebentar!”Daehan memalingkan kepalanya, melihat lawan bicaranya. “Pangeran Wang Yoo!” Daehan sontak menjauh dan membungkukkan badannya memberi hormat.“Sstt! Jangan berisik. Aku butuh bantuanmu, Paman.”Wang Yoo memeluk punggung Daehan dengan sebelah lengannya, memaksa Daehan mengikuti langkahnya.“Pangeran, kita mau ke mana? Masih banyak hal yang harus saya kerjakan.”Wang Yoo tidak menjawab, hanya terus menggiring Daehan mengikuti langkahnya masuk ke sebuah ruangan. Setelah memastikan tidak ada yang mengikuti, Wang Yoo menutup puntu dan menguncinya dengan sebatang balok.“Paman, tolong lepaskan Kakak Yang! Prajurit penjaga gerbang utama menangkapnya tadi pagi.”Daehan tersentak kaget. “Pangeran kedua? Tertangkap? Bagaimana bisa?”“Tanyakan saja langsung padanya.” Wang Yoo menggerakkan dagunya ke salah satu pojok ruangan.
“Mana dia? Mana Wang Yang? Kau bilang dia ada di sini?” panik Suying sambil kebingungan mencari ke seluruh sisi kamarnya.Wang Yoo segera mendekati Suying dan memeluknya. “Bu, tidak ada siapa-siapa di sini. Mungkin kau sedang bermimpi.” Wang Yoo terus menggosok punggung Suying lembut. “Berbaringlah, kau kurang tidur beberapa hari ini,” bujuk Wang Yoo seraya membantu Suying rebahan kembali.“Benarkah? Tidak ada Wang Yang di sini?” selidik Suying curiga.“Tidak, hanya ada aku dan Kakak. Tidurlah, Bu.” Mulan ikut meyakinkan Suying.“Hhh, baguslah kalau begitu. Dia pasti akan membunuhku kalau dia tahu ibunya mati saat bersama denganku. Tidak, tidak, itu tidak boleh terjadi. Wang Yang tidak boleh tahu. Tidak, dia tidak boleh tahu ini semua.” Suying terus bergumam panik sambil bergelung seperti landak yang sedang menemui bahaya.Setelah memastikan Suying kembali dalam buaian mimpi, M
“Apa Anda harus kembali ke dalam penjara?” Huazhi menghadang jalan Wang Yang untuk menghentikan langkahnya. “Apa tidak ada cara lain untuk membebaskan Anda?”“Jangan merengek seperti yang selalu Mulan lakukan! Aku akan baik-baik saja di dalam.” Wang Yang mendorong tubuh Huazhi ke samping.“Tapi, Pangeran! Anda harus tahu keadaan raja saat ini. Kondisinya sudah tidak memungkinkan lagi untuk memimpin.” Huazhi kembali menghadang jalan.“Aku tahu kau lakukan semua ini karena peduli padaku dan negara ini. Maka dari itu, lakukan semua yang Paman Li perintahkan padamu. Sudah, aku harus segera kembali ke penjara. Kasihan Wang Yoo, sudah terlalu lama berada di dalam.”Wang Yang bergegas masuk ke dalam penjara dan menempati posisinya yang beberapa waktu digantikan oleh adiknya.“Anda terlalu baik hati, Pangeran!” sesal Huazhi mengiring kepergian junjungannya.Di dalam salah satu r
Lengan Wang Yoo terasa sakit karena remasan Mulan yang terlalu kuat, membuat pria bertubuh kurus itu meringis kesakitan. “Kak, ada apa dengannya? Kenapa dia menggigil dan menakutkan begitu?” rengek Mulan ketakutan. “Aku harus melihatnya dari dekat. Jadi, sebaiknya kau lepaskan tanganmu. Kuku panjangmu mulai melukaiku,” desis Wang Yoo menahan sakit. “Tidak, jangan tinggalkan aku, Kak!” Wang Su mulai mengangkat tangannya menggapai udara, mencari tangan adiknya yang mungkin sedang terulur ke arahnya. “Yoo’er, Mulan, di mana kalian?” “Mulan, lepaskan tanganku!” perintah Wang Yoo sambil menggerakkan lengannya, memberontak dari cengkeraman adiknya. Bret! Lengan hanfu mahal milik Wang Yoo koyak karena aksi saling tarik barusan, menyisakan tatapan tajam yang menusuk ulu hati Mulan. Perlahan dan penuh penyesalan, Mulan melepaskan lengan Wang Yoo. “Kakak, ini Yoo’er. Apa yang terjadi dengan matamu?” Wang Yoo meraih tangan Wang Su