“Apa kau bilang? Dipenggal? Kau pikir siapa yang kau penggal?!” Pria lainnya yang memegang tombak menghardik Deyun dengan marah.
“Aku tidak peduli siapa dia, Tuan. Dengan menerobos kamp Taichan dan melakukan penyerangan, sudah bisa dijadikan alasan untuk memenggal kepalanya.”
“Kurang ajar!”
Sret.
Ujung tombak yang lancip sudah mengarah lurus ke tubuh Deyun. Namun, bukan Jenderal Li namanya kalau sampai merasa gentar hanya karena baja lancip dan mengkilap itu mengincar jantungnya.
“Tuan, sikap anda terlalu gegabah untuk ukuran tamu.”
Si jenggot tebal menggeleng samar pada rekannya dan dengan cepat gagang tombak kembali menapak tanah.
“Jenderal, urusan ini akan menjadi panjang karena anda telah membunuh utusan resmi kota Wu.”
Deyun dan pria berjenggot tersentak kaget mendengar informasi yang disampaikan dengan ceroboh.
“Bodoh!” desis pria berjenggot.
“Hei, ada apa denganmu?! Cepat katakan!” bentak Xiaoyang mulai hilang kesabaran.Semakin Xiaoyang mengguncang tubuhnya, Ji Mong makin rapat mengatup rahangnya membuat calon raja itu marah dan mendorong tubuh tentara di depannya hingga hampir jatuh terjerembab.“Deyun, ada apa ini?!” hardik Xiaoyang hilang kendali.“Heh! Jaga bicaramu. Dia tidak sekedar Li Deyun di sini. Dia adalah jenderal yang raja tugaskan untuk memimpin pasukan penjaga perbatasan. Di mana sopan santunmu?!”“Zening!”Di luar dugaan, Deyun membentak balik adiknya hingga gadis itu berjingkat karena tidak menduga akan mendapat teguran tidak ramah dari Deyun.“Jaga ucapanmu!” imbuh Deyun. “Keluarlah dulu, ada yang harus kami bicarakan.”“Kak, sejak pria ini bergabung menjadi pasukan inti, sadar atau tidak, kau memperlakukanku sedikit keterlaluan.” Zening berpaling marah dari Deyun ke Xia
Zening begitu kesal dengan sikap Deyun padanya. Setelah keluar dari tenda dengan paksa, karena Han Xiu menariknya, Zening melampiaskan marahnya dengan berkuda tanpa tujuan. Setelah hari hampir gelap, ia teringat bahwa persediaan kayu bakar di dalam gua sudah habis. Maka, ia berinisiatif mencari kayu bakar dan membawanya ke gua.Ketika tiba, Zening melihat Xiaoyang sedang berlatih pedang. Bukan, bukan berlatih tapi menyiksa diri.“Cih, cari muka dia. Pantas saja Kak Deyun begitu memujanya,” ujarnya kesal.Zening sengaja hanya diam berdiri di pintu masuk, bersandar pada dinding yang sedikit menjorok ke dalam hingga tidak mudah terlihat. Niatnya ingin mencari kelemahan gerakan Xiaoyang dan akan digunakannya untuk mengalahkan pria sombong itu, membuatnya kehilangan muka di depan Deyun.Lama memperhatikan, Zening sadar bahwa yang dilakukan Xiaoyang tidak benar-benar melatih ilmu pedangnya, tapi melampiaskan amarah.Ting!Zening meliha
Zening terus melangkah menuju tendanya. Wajahnya terasa panas, dadanya bergemuruh, seluruh tubuhnya gemetar karena perbuatan Xiaoyang barusan. “Pria kurang ajar! Tidak tahu adab! Bajingan tengik!” umpat Zening terus tanpa henti. “Bisa-bisanya dia memelukku begitu! Akan aku tebas lengannya dengan pedangku. Lihat saja nanti!” Zening mengusir penjaga tendanya pergi agar bisa meluapkan seluruh kekesalannya tanpa harus diketahui orang lain. Namun, setelah benar-benar sendirian, bukannya melampiaskan amarah seperti rencana awalnya, Zening justru duduk termenung di tepian ranjang hingga tidak mendengar panggilan dari luar tendanya. Srak. Han Xiu menyibak tirai tenda dengan kasar. Raut wajahnya berubah lembut saat melihat Zening ada di dalam tenda. “Zening. Li Zening!” “Ehh?” Zening tersadar dari lamunannya. “Apa yang kau lamunkan?” tanya Han Xiu dengan tangan terkepal erat. “Tidak ada, hanya sedang memikirkan sesuatu yang memb
Deyun sedang mondar-mandir di tendanya saat Han Xiu masuk.“Ada apa denganmu?” tegur Han Xiu heran.Deyun bergegas menghampiri sahabatnya dan memegang kedua tangan pria itu layaknya sepasang kekasih. “Bantu aku, Teman.”Sret.Han Xiu segera mengibaskan tangan Deyun. “Jangan bertingkah berlebihan. Kau membuatku merinding.”“A-Xiu, aku tidak bisa menyimpan semua ini sendiri lebih lama lagi. Cepat atau lambat kau harus tahu rahasia besar yang tersimpan di barak ini.”Tap.Han Xiu menempelkan telapak tangannya di dahi Deyun, lalu menempelkan tangan lainnya ke dahinya sendiri. “Kau baik-baik saja, tidak demam.”“Ish, kau pikir aku sakit?”Han Xiu dengan cueknya mengendikkan bahu, kemudian duduk di salah satu kursi. “Ada apa? Rahasia apa yang kau sembunyikan dari kami? Kau tidak pandai menyimpan sesuatu. Bahkan Zening sudah mulai curiga pada kalian.&
“Hentikan!”Zening melompat dan berguling di udara sebelum mendarat tepat di samping Xiaoyang dengan mata pedang menempel di leher pria itu.“Jangan lakukan, atau aku akan lekukan hal yang sama padamu!” ancam Zening marah.“Zening!” hardik Deyun dari pinggir lapangan.“Apa kau tidak lihat kalau Xiaoyang masih berniat menyerang Han Xiu bahkan setelah dia terpojok?!” protes Zening tak terima dengan teguran kakaknya.Xiaoyang mendekatkan wajahnya pada Zening. “Perhatikan baik-baik posisi tangan Han Xiu,” bisik Xiaoyang tepat di telinga Zening, membuat gadis itu tersentak dan menjauhkan kepalanya. “Dia bersiap menyerangku dengan tenaga dalamnya saat aku lengah, padahal posisinya sudah terpojok.”Zening berpaling menatap keseluruhan posisi tubuh Han Xiu yang membentuk kuda-kuda siap melancarkan serangan.Srak.Zening segera menurunkan pedangnya setelah menyadari
Sementara itu, Wang Yang memacu Ru Feng membelah udara malam, sekencang yang kuda itu sanggup.“Hyaa ... hyaa ...!”Drap. Drap. Drap.“Hyaa ... hyaa ...!”“Ru Feng, bantu aku. Antarkan aku ke istana secepat yang kau bisa!”Seolah mengerti perintah Wang Yang, Ru Feng berlari lebih kencang seiring tarikan kekang di kepalanya dan hentakan di perutnya. Hingga hampir tengah malam, Wang Yang memasuki hutan bambu. Ru Feng menghentikan larinya dengan tiba-tiba, membuat Wang Yang hampir terlempar jatuh.“Hei, ada apa? Jangan takut, aku bersamamu,” bisik Wang Yang seraya merundukkan tubuhnya di atas punggung kuda.Dep. Dep.“Hyaa ...!” Wang Yang kembali memacu Ru Feng, tapi kuda itu menolak dengan meringkik dan mengangkat dua kaki depannya ke atas.“Hei, ada apa denganmu?!” Wang Yang menjadi waspada setelah melihat gelagat kudanya. ‘Ada bahaya yang mengi
“Buka gerbangnya!” ucap Wang Yang dengan pedang yang terangkat lurus ke depan.“Kau pikir siapa dirimu hingga berani mengangkat pedang pada pengawal kerajaan Yongjin?!” Satu dari prajurit itu tersulut emosi melihat kelancangan Wang Yang. “Tangkap pria ini!” titahnya seraya mengayunkan tangan kanannya ke depan.Sekitar lima belas prajurit serentak berlari ke arah Wang Yang sambil menghunus pedang dan mengangkat tombaknya masing-masing. Mengangkat pedang ke arah prajurit kerajaan termasuk dalam tindak pemberontakan dan bisa berakibat kehilangan kepala.Pertempuran tak dapat dielakkan. Wang Yang seorang diri melawan tujuh belas prajurit dalam waktu bersamaan. Dlaam marahnya, Wang Yang masih ingat bahwa yang dihadapinya adalah rakyatnya sendiri. Kedatangannya bukan untuk melawan rakyat yang selama ini menjadi pelindung keluarganya, melainkan menghadiri upacara pemakaman ibunya.Dalam kegalauan pikirannya, sebilah pedang ber
“Paman, ikut aku sebentar!”Daehan memalingkan kepalanya, melihat lawan bicaranya. “Pangeran Wang Yoo!” Daehan sontak menjauh dan membungkukkan badannya memberi hormat.“Sstt! Jangan berisik. Aku butuh bantuanmu, Paman.”Wang Yoo memeluk punggung Daehan dengan sebelah lengannya, memaksa Daehan mengikuti langkahnya.“Pangeran, kita mau ke mana? Masih banyak hal yang harus saya kerjakan.”Wang Yoo tidak menjawab, hanya terus menggiring Daehan mengikuti langkahnya masuk ke sebuah ruangan. Setelah memastikan tidak ada yang mengikuti, Wang Yoo menutup puntu dan menguncinya dengan sebatang balok.“Paman, tolong lepaskan Kakak Yang! Prajurit penjaga gerbang utama menangkapnya tadi pagi.”Daehan tersentak kaget. “Pangeran kedua? Tertangkap? Bagaimana bisa?”“Tanyakan saja langsung padanya.” Wang Yoo menggerakkan dagunya ke salah satu pojok ruangan.
“Aku akan memanggilmu lagi saat membutuhkan,” ucapnya masih membelakangi Weqing.“Ya, dengan senang hati, Yang Mulia.”Lan Weqing mengenakan kembali baju seragamnya dengan hati berbunga. Penantian panjang dan tindakan-tindakan yang diambilnya untuk mendapatkan Mu Lan, berujung kebahagiaan. Senyumnya terus mengembang.“Jenderal,” panggil Mu Lan membuat Weqing berbalik cepat menghadapnya.“Ya, Yang Mulia.”Mu Lan mendekat dengan langkah gemulai. Tangannya mendarat lembut di bahu Weqing. Ujung jari telunjuk kanannya bergerak turun dengan gerakan memutar menyusuri dada Weqing, membuat pria itu menggelinjang girang.“Y-yang Mulia, secepat ini?” tanya Weqing panik sekaligus senang.“Bawa laporan keuangan seluruh kementerian yang bisa kau dapatkan, saat kau datang mengunjungiku lain hari.” Mu Lan menjulurkan lidahnya menyapu rahang Weqing hingga tubuh pria itu bergetar.“K-kapan?” tanya Weqing menggeram menahan hasratnya yang kembali meronta.“Kapanpun kau siap, Jenderal,” desah Mu Lan di wa
Secepat kilat, Zening mendongak tidak percaya. “Kak, kaukah itu?”Wang Yang dan Ru Lan menyingkir menjauhi ranjang, memberi ruang untuk Deyun dan Zening.Alih-alih memeluk adiknya seperti keinginannya tadi, Deyun berlutut dan mengangkat kedua tangannya memberi hormat. “Li Deyun, menghadap Yang Mulia Permaisuri!”“Kak!” pekik Zening lega. “Mereka melepaskanmu?” tanyanya seraya menangkup wajah Deyun yang terlihat tirus dan lelah. “Apa mereka juga menyiksamu?”Li Deyun menggeleng dengan senyum samar menghiasi bibirnya. “Mereka tidak akan berani menyiksa kakak permaisuri,” godanya pada Zening. “Aku menyelinap keluar untuk mengucapkan selamat atas pernikahan dan penobatanmu menjadi permaisuri. Aku harap, kau tidak mengecewakan kami, Rakyatmu.”Dug.Zening meninju perut Deyun kuat-kuat. “Kau berkata begini saat aku khawatir tentangmu? Sungguh keterlaluan!&rdq
“Kak Yang, aku ….” “Tarik napasmu. Nikmati semuanya.” Wang Yang mulai bergerak cepat. “Ya, begitu ….” Zening merasakan sensasi aneh yang terjadi padanya. Seolah tenaganya terisi penuh setelah lama kering dan kosong. Seluruh otot dan sendinya yang layu, kembali merekah dengan cepat. “Ah, Kak. Aku akan meledak,” bisik Zening sambil terengah mengimbangi gerakan Wang Yang. Wang Yang berhenti dan menatap Zening. “Ini hadiah pernikahanku untukmu. Aku kembalikan semuanya padamu.” Wang Yang mengakhiri kalimatnya dengan sebuah ciuman panjang hingga Zening tertidur pulas. Beberapa lamanya, Wang Yang hanya menatap wajah cantik Zening yang lelap seperti bayi kenyang menyusu. Ibu jarinya mengusap bibir bengkak Zening akibat ulahnya. Tek tek tek. Sebuah ketukan di pintu kamar menarik Wang Yang dari gulungan hasrat yang membungkusnya. Tangannya cekatan menarik selimut menutupi tubuh polos Zening, lalu menarik tirai ranjang hingga menutup semp
Trang!Anak panah lain yang melesat cepat dari busur Hanxiu, menabrak anak panah yang nyaris menancap di dada Zening.“Ada penyusup! Ada penyusup!”Entah dari mana asal teriakan itu, seketika semua yang hadir bercerai-berai. Suasana halaman istana menjadi gaduh dan tidak terkendali karena teriakan itu. Setiap orang berlari saling tabrak menyelamatkan diri.“Yang Mulia, sebaiknya kita juga kembali ke istana. Situasinya sulit untuk dikendalikan,” usul Huazhi dengan mata waspada mengawasi udara sekitarnya.“Ayo!” Wang Yang mengulurkan tangannya membawa Zening di bawah perlindungannya. “Ning’er,” tegurnya kala menyadari Zening sedang sibuk mencari sosok yang berhasil menghalau anak panah untuknya.“Yang Mulia, siapa yang menghalau anak panah tadi?” tanya Zening penasaran dengan mata masih mengedar ke sekitar.“Huazhi akan menyelidikinya. Ayo, kita segera kembali ke is
“Yang Mulia, apa Anda tidak enak badan?” cemas Yuru.“Tidak. Aku merasa kondisiku hari ini adalah yang terbaik dari semua hari sejak aku melangkahkan kaki memasuki istana. Kenapa?” Zening memutar tubuhnya seraya merentangkan gaun sutra paduan warna emas dan merah.“T-tidak.” Yuru menggeleng takut-takut.Akhirnya, Zening tak kuasa menahan tawanya melihat wajah Yuru begitu tertekan akibat perubahan sikapnya, membuat dayang muda itu semakin kebingungan.“Ayo, pasang lagi yang perlu kau pasang.” Zening merentangkan tangannya, bersiap menerima perlakuan selanjutnya.“Sabuk!” pekik Yuru seraya menepuk dahinya.Ketika Yuru setengah membungkuk merapatkan diri memasang sabuk, Zening menundukkan kepalanya sedikit dan berbisik, “Setelah ini, pergilah ke penjara. Temui kakakku dan peringatkan dia untuk tetap waspada.”Yuru mematung, tidak merespon.“Pst! Kau deng
Mata Mu Lan melebar. “M-maksudmu kau mengelabuinya?!”“Tidak sepenuhnya. Hanya membuatnya tidak mewaspadaiku.” Wang Yoo berjalan meninggalkan aula.“Aku tidak mengerti jalan pikirannya,” gumam Mu Lan.“Wang Yoo adalah pemuda yang pintar. Isi pikirannya sulit ditebak. Sebaiknya, kita tetap waspada.” Ziliang mengibaskan lengan hanfunya dan berjalan keluar.“Cih! Tidak ada yang benar-benar bertindak demi kepentinganku.” Mu Lan mendesah kesal. “Baiklah, karena kalian hanya memikirkan kepentingan kalian sendiri, maka aku juga akan berlaku yang sama.” Mu Lan memandangi token Rajawali Emas di tangannya dan mulai memikirkan hal apa yang bisa dia buat melalui token kayu itu.“Selir pun tidak masalah asalkan bisa memilikimu dan menyingkirkan lainnya,” gumam Mu Lan seraya tersenyum bengis.Keesokan harinya, seluruh istana sudah sibuk menyiapkan upacara pernikahan raja.
“Katakan!” titah Wang Yang.Berikutnya, Mao dan Yue bergantian menceritakan kejadian pagi itu di depan kamar pribadi kaisar. Setiap detail kejadian tidak ada yang terlewat karena sebelumnya, Wang Yang sudah berpesan melalui Huazhi agar kedua pengawal itu menceritakan dengan jujur apabila sampai dipanggil menghadap.“Begitulah kejadiannya, Yang Mulia,” tukas Mao di akhir ceritanya.Wang Yang mengedar pandangan sekali lagi. Menatap wajah pejabatnya, termasuk Mu lan dan Ziliang.“Ampun, Yang Mulia! Berdasarkan cerita dua pengawal ini, Nona Li tetap harus dijatuhi hukuman,” ujar Bai He berkeras. “Terbukti dia menghina Putri Mu Lan di depan pengawal rendahan.”Demi menunjukkan kesetiaannya pada ibu suri, Bai He maju membawa petisinya. “Ini adalah petisi dari seluruh pejabat yang bekerja di Biro Tata Krama,” ungkapnya penuh rasa percaya diri sambil menyerahkan petisinya ke tangan Huazhi.
Ziliang memperhatikan mimik Mu Lan saat mengadu padanya. Gadis itu diliputi aura pemberontak yang luar biasa besar hingga menular padanya tanpa sadar. Ziliang dapat membayangkan suasana Aula Huanyang beberapa saat lagi, bila ia berhasil memanfaatkan emosi Mu Lan dengan tepat.“Hal penting seperti ini, mana bisa ditunda?” ujar Ziliang sambil menyungging senyum samar.“Tapi, Kanselir ….”Ziliang menggeleng cepat membungkam penjaga itu. “Aku yang akan bertanggung jawab. Buka jalan!”Setelah saling pandang sejenak, akhirnya dua penjaga itu mengangguk samar dan menegakkan kembali tombak di tangan mereka.“Bagaimana bisa, tontonan sebagus ini ingin kalian halangi?” lirih Ziliang sambil melangkah masuk.Melihat kanselir memasuki aula, beberapa pejabat yang berpihak padanya mengangguk hormat. Pejabat lain yang melihat sosok perempuan yang menggandeng tangan Ziliang, mulai menerka apa yang pria l
“Perempuan kasar sepertimu, lebih tidak pantas lagi,” desis Zening.Tangan Mu Lan kembali terayun.“Hentikan!” Suara Wang Yang menggelegar dari seberang selasar. “Hentikan, Wang Mu Lan!” ulang Wang Yang seraya setengah berlari menghampiri Zening.Dagu Zening yang bergetar menjadi hal pertama yang dicermati Wang Yang. “Apa kau baik-baik saja?” cemas Wang Yang dengan suara lembut.Zening hanya mengangguk dan tersenyum menenangkan.Dengan mata menyala-nyala, Wang Yang menoleh menatap Mu Lan. “Aku tidak akan membiarkan hal ini begitu saja. Sikapmu melebihi batas, Mu Lan!”Brak!Keranjang yang sejak tadi dijinjingnya di tangan kanan, Mu Lan lepaskan hingga isinya jatuh berantakan ke tanah. Tangan itu terangkat lurus menunjuk Zening.“Dia yang bersikap tidak sopan padaku, Kak! Dia belum menjadi istrimu, tapi sudah berani bicara tidak sopan padaku! Tanya saja dua pengawal itu!” elak Mu Lan dengan nada kesal. “Dia bahkan berkata kalau aku tidak beretika!” imbuhnya tak terima.“Cukup! Kembali