Share

Bab 3

Author: Raja Diam
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Sandra sangat terkejut dengan kedatangan keenam orang itu. Dalam kepanikannya, dia berkata kepada mereka, "Tunggu sebentar, tunggu sebentar, aku akan segera mengambil uangnya!"

Setelah mengucapkan kata-kata itu, Sandra bergegas masuk dan keluar lagi dengan membawa sebuah kantong plastik yang agak usang di tangannya.

Di dalam kantong plastik tersebut, terdapat banyak uang kertas 10 ribu, 20 ribu rupiah dan juga banyak koin seribu. Namun, hanya ada sekitar tujuh atau delapan lembar uang kertas berwarna merah.

"Sial, lagi-lagi uang receh!"

Edi, pria bermuka bekas bacok itu geram melihat isi kantong plastik. Dia berkata kepada salah satu anak buah di sampingnya, "Hitunglah itu!"

"Sampai kapan aku harus menghitung 10 juta ini?" keluhnya.

Rekannya agak kesal, tetapi tetap berjalan ke samping dan melakukan tugas yang disuruh.

"Tunggu sebentar! Kapan ibuku meminjam uang darimu?"

Julius berdiri di depan Sandra, memperhatikan situasi ini dengan wajah serius.

"Oh, aku pikir kamu adalah pengemis yang datang untuk meminta makanan. Jujur, aku tidak mengenalimu jika kamu tidak mengatakannya. Bukankah kamu bajingan yang pernah melempar botol alkohol ke arah Tuan William?"

Edi mengejek dengan senyum sinis, setelah berjalan lebih dekat dan melihat dengan seksama.

"Julius, akhirnya kamu dibebaskan. Aku harus mengakui bahwa aku mengagumi keberanianmu. Kamu bahkan berani melempar Tuan William tanpa tahu apa-apa tentang latar belakangnya."

Julius menjawab dengan tenang, "Kejadian yang sudah berlalu biarlah berlalu, tidak ada yang perlu disesali!"

Sambil berkata begitu, Julius mendekati Edi dengan tatapan tajam, menunjuk ke uang di dalam kantong plastik di tanah dan bertanya, "Ada apa dengan uang ini?"

Edi tersenyum dingin dan membalas, "Apa? Kamu tidak tahu? Apa kamu pikir kamu bisa melempar Tuan William tanpa ada konsekuensinya? Keluarga Lafau memintamu untuk mengganti kerugian sebesar tiga milyar rupiah. Tunanganmu bahkan sudah menjual rumah yang akan ditempatimu setelah menikah kepada Tuan William dengan harga dua milyar. Jadi, untuk satu milyar sisanya, bisa kalian bayar dalam bentuk cicilan."

Pria itu kemudian menggaruk dagunya, "Selama lima tahun terakhir, ayah dan ibumu telah membayar sekitar 480 juta rupiah, jadi masih ada sisa utang 520 juta rupiah. Hehe, terlepas dari alasan apa pun, bagus juga kamu sudah keluar. Kamu bisa membantu melunasi utang sekarang!"

Sambil duduk di lantai dan menghitung uang, anak buah itu mengeluh, "Yang benar saja! Setiap kali mereka membayar dengan setumpuk uang receh ini. Kita harus menghabiskan banyak waktu untuk menghitungnya!"

"Kalian tidak perlu menghitung lagi. Totalnya adalah 7,7 juta rupiah!"

Sandra berkata dengan rasa takut.

"Sialan! Masih kurang!"

Pria yang duduk di lantai dengan tato di bahunya melemparkan uang yang ada di tangannya ke tanah dan berdiri sambil menatap Sandra dengan marah. "Kamu ingin mati, ya? Setiap kali uangnya selalu tidak cukup!" teriak pria itu.

"Aku rasa kalian yang ingin mati!"

Julius membalas dengan marah sambil menatap tajam preman-preman itu. Dia tahu bahwa uang itu pasti adalah hasil jerih payah orangtuanya.

"Kamu minta dihajar, ya?"

Keenam orang itu segera mengelilinginya.

Edi juga berkata dengan nada mengancam, "Nak, aku sudah haus untuk berkelahi, sudah lama tidak melihat darah!"

"Jangan! Jangan sakiti anakku!" Sandra memohon dengan khawatir.

Sandra sangat ketakutan dan segera menarik Julius ke belakang, lalu membuka amplop yang dipegangnya. Di dalamnya, selain ada surat, terdapat beberapa lembar uang seratus ribu. Dengan tangan gemetar, Sandra menghitung uang tersebut, lalu meletakkannya di dalam kantong plastic di lantai.

"Di sini, ada tambahan dua juta lagi. Jadi, totalnya sekarang 9,7 juta. Hanya kurang 300 ribu. Mohon, jangan pukul anakku!"

"Hehe, nenek tua, bagus sekali, ya. Apa kamu berniat untuk menyimpan sedikit uang untuk dirimu sendiri? Kalau kami tidak main tangan, sepertinya kamu tidak berencana mengeluarkan uang dua juta itu, ‘kan?"

Edi tertawa dingin, kemudian berkata dengan nada tinggi, "Apakah kamu mencoba bermain cerdas di depan kami?"

Julius merasa amarahnya membara dalam hati, tetapi dia menahannya karena tidak ingin membuat Sandra khawatir. Sebaliknya, dia tersenyum kepada pria tersebut dan berkata, "Hehe, Bang, kami masih memiliki utang 520 juta, ‘kan? Jangan khawatir, uang sekecil ini bukanlah masalah. Kami akan melunasi utang ini pada kalian, tidak perlu merusak hubungan kita."

"Uang sekecil ini, ya? Orang miskin ini berani menganggap 520 juta sebagai uang kecil. Kalau kamu menganggap ini uang kecil, mengapa kamu tidak langsung membayarnya sekarang?"

Mata Edi dipenuhi penghinaan saat menatap Julius dan kelima orang lainnya juga bergabung menertawai Julius.

Julius mengambil kantong plastik yang ada di lantai dan memberikannya kepada Sandra yang terlihat ketakutan. "Ibu, tolong masuk dan tunggu aku di dalam. Aku ada uang, aku akan membawa mereka ke bank untuk mengambilnya," ujar Julius.

"Julius, dari mana kamu mendapatkan uang? Jangan berbohong pada ibu, ya?"

Sandra melihat anaknya dengan khawatir.

"Ibu, jangan khawatir. Semuanya akan baik-baik saja. Masuklah," kata Julius sambil menopang Sandra dan membawanya masuk ke dalam rumah.

Tidak lama kemudian, Julius kembali keluar dengan selembar kartu bank dan menunjukkannya ke depan orang-orang itu. "Lihat ini. Jangan meremehkan orang. Hanya 520 juta, ‘kan? Ayo ikut aku!" ujar Julius.

"Dasar anak ini, apa dia benar-benar punya uang?"

"Tidak masalah, lebih baik kita terima semua uangnya sekarang, tidak perlu sering-sering datang ke sini. Kenapa harus takut?"

Beberapa preman itu mengikuti Julius dan akhirnya berhenti di bawah sebuah pohon beringin besar di tikungan jauh. Salah satu dari mereka bertanya, "Apa maksudmu, bocah? Bukankah kita harus pergi ke bank?"

Senyum tipis menghiasi sudut bibir Julius saat dia berbalik dan berkata dengan dingin, "Kamu seringkali menyakiti ibuku, memanggilnya nenek tua dan sekarang kamu ingin memeras uangnya? Bermimpi saja kalian!"

"Sialan! Kamu berani mempermainkanku?"

Wajah Edi berubah merah, urat-urat di dahinya tampak membesar.

"Bocah ini memang cari mati!"

Beberapa preman lainnya juga marah dan mengelilingi Julius.

"Buk, buk, buk!"

Namun, dalam hitungan detik berikutnya, ketika tinju mereka hampir saja menghantam tubuh Julius, kening Julius berkerut dan sebuah tekanan yang besar datang dengan cepat. Preman-preman di sekelilingnya mulai beterbangan, seolah-olah suhu di tempat ini turun tajam.

Enam preman itu, termasuk Edi yang kuat, semuanya jatuh berlutut di tanah.

"Ah!"

Mereka berteriak kesakitan, beberapa ubin di tanah bahkan pecah, darah segar mengalir dari lutut mereka.

"Ampuni kami!"

"Kami tidak akan berani melakukannya lagi!"

Preman-preman itu tampak sangat ketakutan saat mereka menatap Julius. Mereka benar-benar terkejut.

Julius memandang kerumunan yang telah berkumpul untuk melihat apa yang terjadi, lalu dia berkata dengan tegas, "Kali ini, aku akan membiarkan kalian hidup. Tapi, jika kalian berani mengganggu orangtuaku lagi, aku akan membunuh kalian!"

"Enyahlah!"

Terakhir, dengan satu kata dingin dari Julius, tekanan mengerikan itu tiba-tiba menghilang, Edi beserta anak buahnya segera pergi meninggalkan tempat itu.

Julius mengepalkan tangannya dengan amarah yang memuncak, "Catherine, kamu benar-benar kejam. Setelah tiga tahun hubungan kita, kamu tidak hanya mengkhianatiku, tapi juga menjual rumah yang dibelikan orangtuaku kepadaku untuk ditempati setelah menikah dan bayar lunas seharga empat milyar kepada William dengan hanya dua milyar! Kalian benar-benar licik!"

Kemudian, senyuman sinis muncul di wajahnya. "Semua yang kamu ambil dariku, akan kucari dan minta kembali! Sebenarnya, aku tidak ingin terlibat dengan manusia sampah seperti kalian, tapi kalian sudah keterlaluan!"

Related chapters

  • Raja Tahanan Menjadi Papiku   Bab 4

    Ketika Julius kembali, dia melihat Sandra yang mondar-mandir di halaman depan dengan memasang wajah khawatir. Melihat anaknya pulang, Sandra datang menghampiri dengan wajah cemas, meraih tangan Julius dan langsung bertanya, "Julius, apa kamu baik-baik saja? Mereka tidak menyakiti kamu, ‘kan?"Julius merasa hangat hatinya, dia tersenyum kepada Sandra dan menjawab, "Tenang saja, Ibu. Mereka tidak menyakitiku. Aku membawa mereka untuk mengambil uang. Mereka tidak akan mengganggu kita lagi ke depannya!""Benarkah? Kamu tidak sedang membohongiku, ‘kan? Kamu benar-benar punya uang sebanyak itu untuk memberikan kepada mereka? Itu lebih dari 400 juta!" Sandra jelas tidak sepenuhnya percaya pada kata-kata Julius. Bagaimanapun, Julius baru saja keluar dari penjara, bagaimana mungkin dia memiliki uang sebanyak itu?Julius menjelaskan, "Aduh, Ibu, kamu tidak perlu banyak berpikir. Aku bertemu dengan seseorang yang baik di dalam penjara. Ketika aku keluar, mereka memberiku sebuah kartu bank denga

  • Raja Tahanan Menjadi Papiku   Bab 5 Teman Senasib Sepenanggungan

    "Ayo, masuklah. Aku akan memasak beberapa lauk lagi, " kata Sandra dengan senang hati.Segera, Richard pergi mandi dan Julius menuju ke kamarnya yang luas, banyak hal yang muncul di benaknya. Dia melihat ruangan yang luas, tetapi sangat bersih. Julius merasa sangat nyaman di hatinya. Tentu saja, orang-orang yang paling peduli pada dirinya tetaplah kedua orang tuanya. Tampaknya, mereka juga datang setiap waktu untuk membantu membersihkan.Begitu membuka lemari, Julius menemukan pakaian lama yang dia kenakan tampak usang, tetapi masih terlihat bersih dan rapi. Dalam sekejap, Sandra berjalan masuk dan tersenyum pada Julius sambil berkata, "Kamarmu, kami selalu membantumu membersihkannya. Ngomong-ngomong, pakaianmu mungkin sedikit kecil. Selain itu, pakaian dari beberapa tahun yang lalu pasti sudah lama, kami tidak mengerti fashion anak muda. Ketika berbicara sampai di sini, Sandra melangkah masuk ke dalam dan memberikan uang tiga juta rupiah, dia meletakkannya di tangan Julius sambil berk

  • Raja Tahanan Menjadi Papiku   Bab 6 Pendarahan Otak Mendadak

    "Julius, beneran kamu tidak mengenalnya?"Richard Warren mengerutkan keningnya ketika melihat Julius tampak kebingungan. Dia tidak percaya ada orang yang memberikan bantuan tanpa pamrih.Julius menggelengkan kepalanya, "Kalian belum pernah melihat tampangnya?"Sandra Anderson menggelengkan kepalanya,"Tidak pernah. Setiap dia datang menghantarkan uang, dia hanya mengetuk pintu dua kali lalu buru-buru pergi. Jika ada kelihatan pun hanya bagian punggung saja. Biasanya dia datang sekitar tanggal 15 atau 16 setiap bulan dengan mengendarai motor listriknya, tetapi waktu kedatangannya tidak tentu, bisa di pagi hari ataupun malam hari."Julius mengangguk dan berkata, "Ayah, Ibu. Kalian tidak usah khawatir, aku akan membalas budi baik orang yang telah membantu kita."Setelah mengatakannya, dia berhenti sejenak lalu melanjutkan, "Bu, ibu jangan memulung sampah lagi, Ayah juga jangan bekerja di konstruksi lagi. Aku sudah pulang, ke depannya biar aku yang menjaga kalian."Richard tersenyum pahit,

  • Raja Tahanan Menjadi Papiku   Bab 7

    Natalie Russo tidak menyangka bahwa pemuda di hadapannya berani berbicara dengan nada seperti itu, yang membuatnya merasa agak kesal.Gadis itu kemudian menunjukkan senyuman palsu. "Hehe, obat apa yang kamu berikan pada kakekku sebenarnya? Apakah aku tidak boleh tahu? Ini pertama kalinya aku mendengar bahwa setelah menderita pendarahan otak, seseorang bisa disembuhkan cukup dengan beberapa tusukan sembarangan dan memakan pil!" protes Natalie.Sambil berbicara, Natalie mengangkat tangannya dengan ekspresi meragukan. "Lalu, apakah kamu seorang dokter? Apakah kamu memiliki izin praktik medis? Tunjukkan padaku!" lanjut Natalie.Namun, Julius hanya menggelengkan kepala. "Tidak, tapi sejujurnya, menurutku semua itu tidak begitu penting. Yang terpenting adalah aku berhasil menyelamatkan nyawa seseorang. Bukankah aku sudah menyelamatkan kakekmu? Atau jangan-jangan, kamu ingin melihat kakekmu mati?" balas Julius.Julius melihat Natalie sebentar, kemudian melanjutkan, "Aku malas untuk menjelaska

  • Raja Tahanan Menjadi Papiku   Bab 8

    Natalie mengangguk dan membalas kakeknya, "Aku mengerti, Kakek. Aku hanya tidak menyangka bahwa seseorang yang mengenakan pakaian seperti itu ternyata adalah seorang dokter sakti. Sosok seperti dia seharusnya tidak ada masalah keuangan, ‘kan?"Hehe, mungkin bagi seorang ahli seperti dia, ini hanyalah salah satu bentuk kultivasi."Kakek Stewart tertawa kecil. Dia sangat penasaran dengan anak muda misterius bernama Julius ini.“Kultivasi?”Natalie mengernyitkan kening karena bingung."Mengasah batin juga merupakan bentuk kultivasi, menyembunyikan diri dari keramaian. Beberapa ahli mungkin telah memahami banyak hal. Namun pada akhirnya, pemikiran para ahli yang merahasiakan diri seperti itu tidak dapat kita pahami sebagai orang biasa!" Kakek Stewart menjelaskan sambil tersenyum. Dia kemudian melanjutkan dengan rasa haru, "Alasan mengapa Keluarga Russo bisa sampai sekarang juga karena adanya seorang ahli yang membantu kita dulu."Natalie mengangguk dengan serius atas kata-kata kakeknya.

  • Raja Tahanan Menjadi Papiku   Bab 9 Merubah Penampilan

    "Kartu bank ini, hanya ada sepuluh di seluruh dunia!""Orang yang memiliki aset triliunan rupiah pun belum tentu bisa mempunyai kartu ini!"Wanita itu pun terkejut ketakutan begitu mendengar penjelasan itu. Saking takutnya, pikirannya langsung menjadi kosong.Namun, wanita itu masih tidak percaya. Bagaimana mungkin seorang pemuda yang berpakaian lusuh, dengan rambut yang acak-acakan dan berpenampilan seperti pengemis, bisa memiliki uang sebanyak itu?Wanita itu mengangkat kepalanya dan berkata pada sang direktur bank, "Hai tampan, apakah kamu tidak salah? Bisa saja kartu ini palsu. Ha ha, mungkin saja kartu ini hanya mirip saja. Apakah menurutmu, orang seperti dia mampu memiliki kartu semacam ini?"Julius segera mengerutkan keningnya setelah mendengar perkataan itu, "Kalau aku tidak layak memilikinya, memangnya kamu layak?"Teringat akan kemampuan bertarung Julius, wanita itu langsung menutup mulutnya. Hanya saja, wanita itu masih merasa kurang percaya.Direktur bank berkata dengan din

  • Raja Tahanan Menjadi Papiku   Bab 10 Pria Bajingan

    Setelah dipikir-pikir, akhirnya Julius melangkah maju dan mengetuk pintu dengan pelan."Siapa?"Wanita cantik itu mengerutkan kening dan segera berjalan menuju pintu begitu mendengar suara ketukan pintu.Wanita itu memandang ke Julius dengan seksama dan terheran-heran."Hai, siapa kamu?" tanya Julius dengan serius pada wanita yang berparas cantik di depannya."Ha ha. Tuan, kamu datang mencariku, bukankah seharusnya aku yang bertanya siapa kamu?"Wanita itu tersenyum, lalu melipat tangannya di depan dada. Senyumannya terlihat sangat mempesona.Julius mengerutkan kening dan berkata, "Oh, namaku Julius. Aku ingin tahu siapa kamu. Kenapa kamu membantu orang tuaku dan memberikan uang kepada mereka? Kalau kamu temanku, aku tidak ingat ada temen seperti dirimu!"Julius selalu merasa kalau wanita di depannya tidak asing, tetapi Julius benar-benar tidak mengenalinya. Julius pun ingin bertanya dengan jelas, mungkin saja wanita ini teman sekelasnya. Bagaimanapun, sudah begitu lama tidak berjumpa,

  • Raja Tahanan Menjadi Papiku   Bab 11 Menjadi Realistis

    "Robert?"Julius memandang Robert yang sedang tersenyum di depannya. Wajah Julius menjadi cemberut dan merasa sedikit tidak senang. Julius pun memaksakan senyumannya dan bertanya, "Ada apa dengan kalian berdua?"Emma tersenyum bangga, "Kamu tidak bisa melihatnya? Kami berdua sudah menikah. Kami menikah tidak lama setelah lulus! Sayang sekali kamu tidak dapat menghadiri pernikahan kami. Tapi, kami mengerti, semua itu karena kamu sedang dipenjara!"Wajah Julius semakin muram. Meskipun kedua orang ini sedang tersenyum, ucapan sarkas mereka jelas ingin merendahkan Julius.Atau mungkin, semua itu karena Julius merupakan murid berprestasi ketika di sekolah, bahkan pernah menjadi ketua OSIS!"Julius, kamu berencana pergi ke mana?"Robert kembali bertanya."Oh, Hotel Grand Paradise!" kata Julius dengan santai."Oh, kamu juga mau menghadiri pernikahan Catherine? Ayo, masuk ke dalam mobil. Kami juga searah!"Robert pun tersenyum dan berkata, "Jangan khawatir. Meskipun pakaianmu agak tua, aku tid

Latest chapter

  • Raja Tahanan Menjadi Papiku   Bab 170

    "Um!"Olivia mengangguk lalu melangkah ke samping.Segera, Julius pun pergi mengambil piyamanya dan Olivia juga sudah mempersiapkan piyama, dan tentu saja, pakaian dalam juga disiapkan.“Aku akan mandi dulu, nanti setelah aku selesai mandi, kamu baru mandi!”Olivia mengambil pakaian yang dia siapkan dan berjalan menuju kamar mandi.Kamar ini merupakan kamar yang berukuran besar yang sudah ada kamar mandi tersendiri.Julius menatap sosok badan Olivia yang hampir sempurna, dia pun menelan ludah. Sambil menatap punggung Olivia, dia berkata, "Istriku, bagaimana kalau kita mandi bersama, bisa saling menemani, bagaimana menurutmu? ""Enak aja!"Olivia tidak menoleh ke belakang dan pergi ke kamar mandi sendirian, tak lama kemudian terdengar suara dia menutup pintu.Julius hanya bisa duduk tak berdaya di tempat tidur dan segera mendengar suara derasnya air dari kamar mandi.Mendengar suara di dalam, Julius mau tidak mau menelan ludahnya lagi. Pemandangan di dalam begitu mudah untuk dibayangkan

  • Raja Tahanan Menjadi Papiku   Bab 130 Makan di luar

    Namun, Julius menggelengkan kepalanya, "Kalau ingin kembali, maka sebaiknya kamu masih bisa menjadi manajer umum. Jika hanya ingin menjadi seorang manajer biasa, maka Stern pasti akan mencari jalan untuk mencari masalah denganmu dan kemudian kamu pasti akan dipecat!”"Benar juga, orang itu sangat berbahaya!"Felicia mengangguk kepala tanda setuju, tetapi tak lama kemudian dia mengerutkan kening dan berkata, "Tapi aku khawatir Nyonya Margareth tidak akan setuju!""Haha, ada beberapa hal, jika pihak lain tidak punya pilihan lain, maka dia hanya bisa setuju!"Julius tertawa, lalu berkata lagi, "Ibu, jangan khawatir, masalah ini biarkan aku saja yang menanganinya.""Haha, bicara sih gampang, tapi sebenarnya Stern juga tidaklah bodoh. Nyonya Margareth mengatakan, memberinya waktu seminggu dulu. Kalau setelah seminggu kemudian, dia masih belum mendapatkan kuota itu, dia akan datang meminta bantuanmu. Kamu tahu ini menunjukkan apa? Ini menunjukkan bahwa orang yang paling dihargai Nyonya Marga

  • Raja Tahanan Menjadi Papiku   Bab 129 Pembalasan Terhadap Stern

    Setelah Julius mengetahui apa yang dipikirkan Felicia dan Lucas, dia sedikit mengernyit.Sejujurnya, uang yang dia miliki sekarang tidak akan pernah habis dipakai, meskipun dia tidak bekerja selama sisa hidupnya. Olivia telah sangat menderita untuknya selama ini dan dia tidak ingin Olivia pergi bekerja lagi.Dia tidak ingin menakut-nakuti Olivia dan hanya mengeluarkan uang 400 miliar yang nominalnya begitu sedikit untuk dilihat oleh Olivia. Dia memberi tahu Olivia bahwa dia memiliki uang juga hanya ingin membuat Olivia merasa tenang.Dia terdiam selama beberapa detik, lalu berkata pada Lucas, "Kalian sangat berharap Olivia kembali bekerja?"Mendengar itu, Hillary yang menahan dirinya langsung berkata, "Omong kosong, bisakah kamu menghidupi kakakku kalau dia tidak bekerja? Kehidupan yang ingin kita jalani adalah kehidupan yang bisa memenuhi kebutuhan apa saja, bukan hidup pas-pasan! Selain itu, orang mana yang keberatan memiliki uang banyak?”Julius melirik Hillary, dia terlalu malas me

  • Raja Tahanan Menjadi Papiku   Bab 128 Menyusun Strategi

    Namun sebaliknya, Julius mengatakan ini karena dia mencintai putrinya, ini yang membuat Felicia tidak bisa marah dan tidak menemukan alasan untuk membantah."Jangan jual villanya? Mudah bagimu untuk mengatakannya, tapi bagaimana kamu bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Terlebih lagi, nantinya kamu harus mengatur pernikahan mewah untuk kakakku!"Hillary mencibir, "Kulihat kamu sengaja mencari alasan untuk menundanya sehari demi sehari, bukan? Lagi pula, masih ada waktu lebih dari dua puluh hari, ‘kan?"Kali ini, sebelum Julius berbicara lagi, Olivia langsung berkata, "Dik, kamu jangan khawatir, Julius sudah bilang dia akan memberi Ibu uang sebanyak itu, pasti tidak akan kurang. Kalian cukup menunggu saja sampai uang itu ditransfer ke rekening ibu. Ibu hanya perlu memberikan nomor rekeningnya saja!“Kak, apakah dia benar-benar punya uang sebanyak itu?”Melihat ekspresi percaya diri Olivia, Hillary tiba-tiba merasa sedikit gelisah.Bagaimanapun, Olivia terlalu tenang saat ini. Kalau Juliu

  • Raja Tahanan Menjadi Papiku   Bab 127 Jangan Menjual Vila Itu

    "Hillary! Diamlah, jangan diteruskan lagi. Kenapa kamu melampiaskan kemarahanmu pada pengawal-pengawal ini?"Melihat Olivia dan Julius merasa tidak senang, Felicia teringat tujuan kedatangan mereka kali ini, lalu dia tertawa datar dan berkata, "Julius, kamu masih belum lupa 'kan taruhan kita hari itu?"Setelah Julius mendengarnya, dia langsung tertawa, "Iya, tentu saja. Baru dua tiga hari yang lalu saja, 'kan? Ibu mertua sudah tidak sabar menunggu? Tenanglah, 100 miliar sebagai mahar yang telah kujanjikan padamu, dalam waktu satu bulan ini pasti akan aku berikan!"Felicia dengan cepat berkelit, "Kamu salah paham, salah paham. Kita sebenarnya datang, bukan karena masalah uang, tapi karena ada hal yang harus kami bicarakan padamu!""Masalah apa?"Julius mengerutkan kening, menaruh sedikit curiga.Felicia berhenti sesaat, lalu dia berkata, "Taruhan kita tidak berubah, tapi harus tambahkan satu syarat lagi!""Menambah satu syarat lagi? Maksudnya?"Raut wajah Julius menjadi suram, dia berka

  • Raja Tahanan Menjadi Papiku   Bab 126 Aku Harap Kalian Jangan Keterlaluan

    "Bicara omong kosong apa kamu?"Aurel Yakobus sangat kesel, mereka sebenarnya bukan orang biasa. Sebenarnya mereka ini berpangkat Letnan atau Jendral. Di masa perang, mereka juga banyak memberikan kontribusi pada bangsa dan negara.Kalau bukan karena Jack Spears sang Dewa Perang yang kali ini secara pribadi mencari mereka, mana mungkin mereka mau datang ke sini hanya untuk menjadi pengawal. Lagi pula, di antara mereka semua, Evy yang paling menonjol dan berparas cantik. Dia tak lain adalah cucu dari dewa perang yang bernama Afonso Bradly, yang juga merupakan salah satu dari empat dewa perang yang sangat terkenal.Setelah Evy mengetahui kakeknya ingin menjodohkan dirinya dengan seorang pemuda, Evy menjadi sangat penasaran dengan pemuda itu.Namun, hal yang membuat Evy merasa tidak senang dan tidak menduganya, pria itu langsung menolak perjodohan itu ke kakeknya, padahal pria itu masih belum melihat paras Evy sama sekali.Ketika Evy tahu pemuda itu hendak mencari pengawal, tanpa berpiki

  • Raja Tahanan Menjadi Papiku   Bab 125 Selingkuh dengan Pengawal Cantik

    Keesokan paginya, Julius yang awalnya berencana keluar pagi-pagi untuk pergi mencari beberapa pelayan.Namun, dia tidak menduga, sebelum dia berangkat, Ibu mertuanya Felicia, Lucas dan Hillary sudah datang mencarinya.“Oh, Bu Besan, kalian sudah datang! Duduklah di dalam, duduklah di dalam!”Begitu Sandra melihat orang itu, dia langsung melangkah maju dan menyambut mereka dengan hangat.Meskipun terakhir kali mereka datang, sempat terjadi keributan yang berakhir tidak menyenangkan, tetapi bagaimanapun juga itu adalah keluarga besan mereka. Richard juga langsung menyapanya dengan senyuman, "Ibu Besan, kemarin aku sudah pergi membeli beberapa teh yang enak, nanti aku akan menyeduhkannya untukmu!“Kita semua satu keluarga, kenapa harus begitu sungkan-sungkan!”Ketika Richard mengatakan ini, Felicia merasa sedikit malu, dia langsung sekejap menjawab dengan sungkan.Tanpa diduga, tepat pada saat ini, enam pengawal cantik berjalan keluar dari dalam rumah, ikut di belakang Olivia.“Julius, ke

  • Raja Tahanan Menjadi Papiku   Bab 124 Pelayan Tangguh

    Gadis muda itu tersenyum tipis dan bertanya pada Olivia.Olivia sangat terkejut sehingga dia bibirnya merahnya sedikit terbuka dan menutup mulutnya, "Kamu, kamu ini terlalu hebat?""Ya astaga, ini, ini luar biasa. Aku khawatir gajimu tidak rendah!"Richard juga menelan ludahnya, sebelumnya dia merasa kalau masing-masing wanita ini tampak dimanjakan dan mereka tidak terlihat seperti pengawal.Namun sekarang dia melihat kekuatan seperti ini, benar-benar membuat dia terkejut."Ayah, jangan khawatir. Lagi pula seseorang telah membayar semua gajinya. Akan jauh lebih aman jika kamu meminta mereka mengikutimu ketika kamu keluar nanti. Aku juga merasa lega!"Julius tersenyum."Baaam!"Gadis itu meletakkan singa batu itu di tanah dan mengeluarkan suara tumpul, membuat tanah sedikit bergetar.Dia bertepuk tangan, lalu berjalan mendekat, tersenyum pada Olivia dan berkata, "Nyonya Warren, saya yang paling lemah di antara kami berenam. Jika kamu tidak percaya, mintalah mereka semua menunjukkannya p

  • Raja Tahanan Menjadi Papiku   Bab 123 Pengawal Wanita

    “Apakah ini Nyonya Warren?”Wanita cantik yang terdepan mengambil langkah maju, tersenyum pada Olivia dan berkata, "Kami adalah pengawal yang diundang oleh Tuan Julius!""Pengawal?"Ketika Olivia melihat wanita cantik ini, ekspresinya tiba-tiba menjadi sedikit aneh. Wanita-wanita ini memiliki sosok yang baik, ada yang berpenampilan manis, ada yang agak menyendiri, dan ada yang terlihat sangat seksi. Mereka tidak terlihat seperti pengawal deh?"Julius!"Olivia mengertakkan gigi dan tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak."Apa yang terjadi? Istriku, ini, ini ...."Setelah Julius berlari, dia sedikit bingung saat melihat ada beberapa wanita cantik berdiri di sini, semuanya berpakaian seksi dan panas."Ada apa? Bukankah ini pengawal yang kamu pekerjakan? Kamu belum mengenalnya? Buat apa kamu masih berpura-pura?"Melihat ekspresi bingung Julius, Olivia menjadi semakin marah. Dia curiga Julius pasti tidak mencari pengawal, tapi mencari wanita simpanan, ‘kan? Wanita-wanita ini lebih ce

DMCA.com Protection Status