Udara di dalam gua sempit itu terasa berat, dipenuhi ketegangan yang mencekik. Cahaya lilin yang redup menerangi wajah-wajah tegang Lie Feng, Master Jian, dan Mei Lin. Di tengah kegelapan, bayangan-bayangan menari-nari di dinding batu, seakan-akan mencerminkan keraguan dan kecemasan yang memenuhi hati mereka. Lie Feng, dengan luka di bahunya yang masih sedikit berdenyut, menatap kedua sahabatnya dengan tatapan yang berat."Saya telah menemukan bukti yang cukup," kata Lie Feng, suaranya berat dan penuh penyesalan. Ia mengeluarkan sebuah gulungan kecil dari balik bajunya, menyerahkannya kepada Master Jian. "Ini adalah peta rahasia yang menunjukkan lokasi pertemuan Zhao Li dengan musuh kita. Tanda di peta ini… hanya saya dan dia yang mengetahuinya."Master Jian membuka gulungan itu dengan tangan gemetar. Cahaya lilin memantul pada detail peta yang tergambar dengan sangat presisi. Ia membaca keterangan tempat pertemuan itu dengan seksama, wajahnya semakin pucat.
Angin malam berdesir di antara pepohonan, membawa aroma tanah basah dan sedikit embun dingin. Lie Feng duduk di puncak bukit, memandang ke arah lembah di bawahnya. Cahaya bulan menerangi wajahnya yang dipenuhi kelelahan dan keraguan. Pertempuran melawan Kelompok Naga Hitam masih jauh dari selesai, tetapi pertempuran di dalam hatinya justru lebih mengerikan. Ia dihadapkan pada dilema moral yang berat: memaafkan Zhao Li atau menghukumnya.Zhao Li, sahabatnya sejak kecil, telah mengkhianati mereka. Buktinya tak terbantahkan. Namun, di balik pengkhianatan itu, tersimpan sebuah cerita yang lebih kompleks. Zhao Li telah dipaksa oleh Kelompok Naga Hitam untuk membocorkan informasi penting karena keluarganya terancam. Lie Feng telah mengetahui semua ini setelah percakapan panjang dan menyakitkan dengan Zhao Li.Lie Feng menghela napas panjang. "Aku tidak tahu harus berbuat apa," gumamnya, suaranya hampir tak terdengar. "Aku tidak bisa mem
Kegelapan malam menyelimuti lembah, hanya diterangi cahaya bulan redup dan bintang berkelap-kelip. Di balik reruntuhan kuil kuno, Lie Feng, Master Jian, dan Mei Lin memimpin pasukan kecil pilihan mereka. Ketegangan mencekik; setiap hembusan angin membawa aroma tanah dan bau darah samar.Lie Feng, wajahnya dipenuhi tekad, menatap kedua sahabatnya. "Apakah semuanya siap?" tanyanya, suara rendah dan tegas.Master Jian mengangguk. "Semua pasukan di tempat. Siap melancarkan serangan." Ia mengusap pedangnya, memastikan senjata dalam kondisi prima.Mei Lin, tatapan tajam, menambahkan, "Informasi dari Zhao Li sudah kami pelajari. Kami telah mengidentifikasi kelemahan utama markas Kelompok Naga Hitam. Serangan kita akan sangat presisi."Lie Feng mengangguk. "Bagus. Ingat, kita akan menyerang dari tiga arah bersamaan. Master Jian, kau memimpin serangan dari timur. Targetmu gudang senjata dan ruang pertahanan terlemah.""Dimengerti," jawab Master Jian, suaranya tegas. "Pasukan saya siap mengha
Udara masih dipenuhi aroma asap dan debu, sisa-sisa pertempuran dahsyat di markas Kelompok Naga Hitam. Lie Feng, Master Jian, dan Mei Lin memeriksa medan pertempuran, memeriksa korban dan memastikan tidak ada lagi ancaman yang tersisa. Kelelahan tampak jelas di wajah mereka, tetapi kebanggaan atas kemenangan masih terasa. Namun, keheningan yang menyelimuti mereka lebih menakutkan daripada gemuruh pertempuran sebelumnya."Semua sudah selesai," kata Master Jian, suaranya masih berat karena kelelahan. Ia mengusap pedangnya yang masih berlumuran darah kering. "Kelompok Naga Hitam telah hancur."Mei Lin mengangguk, tetapi tatapannya tetap waspada. "Jangan terlalu cepat merasa aman. Musuh yang kita hadapi mungkin lebih besar daripada yang kita bayangkan."Lie Feng, yang sedang memeriksa sebuah gulungan kuno yang ditemukan di reruntuhan, mengangkat kepalanya. "Kau benar. Gulungan ini... ini bukan milik Kelompok Naga Hitam." Ia membuka gulungan tersebut, menunjukkan huruf-hur
Buku kuno itu tergeletak di antara mereka bertiga, Lie Feng, Master Jian, dan Mei Lin. Teks kuno yang rumit menggambarkan ritual untuk menyegel Raja Kegelapan, tetapi dengan harga yang sangat mahal. Udara di antara mereka berat, dipenuhi dengan ketakutan dan keraguan."Ritual ini membutuhkan pengorbanan besar," kata Lie Feng, suaranya berat. Ia menelusuri huruf-huruf kuno dengan jari telunjuknya. "Bukan nyawa, tapi… sesuatu yang lebih berharga."Master Jian mengerutkan dahi. "Lebih berharga dari nyawa? Apa maksudmu?"Lie Feng menatap kedua sahabatnya. "Energi dalam tubuh kita. Energi dalam inti kekuatan kita. Ritual ini memerlukan pengorbanan energi yang cukup untuk menyegel Raja Kegelapan. Energi yang cukup untuk menutup celah antara dunia kita dan dunia Raja Kegelapan."Mei Lin menarik napas dalam-dalam. "Jadi, kita harus mengorbankan kekuatan kita?""Tidak semua," jawab Lie Feng. "Tapi sebagian bes
Meskipun telah menyegel Raja Kegelapan, ancaman belum sepenuhnya sirna. Kelompok Naga Hitam, walaupun markas utamanya hancur, masih memiliki sel-sel yang tersebar dan kekuatan tersembunyi. Lie Feng, Master Jian, dan Mei Lin, meskipun kekuatannya telah berkurang secara signifikan, harus menghadapi gelombang terakhir ini. Mereka telah mempersiapkan diri sebaik mungkin, memulihkan sedikit kekuatan mereka dan mencari sekutu yang bisa dipercaya."Mereka menyerang dari tiga arah sekali lagi," kata Master Jian, menatap peta strategis yang terbentang di hadapan mereka. "Lebih banyak daripada yang kita harapkan."Mei Lin menggerakkan jari-jarinya, menguji aliran energi dalam tubuhnya. "Kekuatan mereka masih kuat. Mereka pasti telah mempersiapkan diri untuk pertempuran akhir ini."Lie Feng menarik napas dalam-dalam. "Kita tidak bisa meremehkan mereka. Mereka adalah musuh yang licik dan berbahaya. Kita
Kegelapan mencekam. Bayangan raksasa itu, bentuknya tak jelas namun memancarkan aura kematian, menyerang dengan kekuatan yang menghancurkan. Master Jian dan Mei Lin berjuang mati-matian, tetapi mereka terlalu lemah. Lie Feng, terluka parah, menyaksikan pertempuran itu dengan mata yang melebar. Darah segar mengalir deras dari luka-lukanya."Mei Lin! Kau urus bagian bawah! Aku akan mencoba menahannya di atas!" teriak Master Jian, suaranya bercampur dengan rasa sakit dan tekad. Ia berjuang sekuat tenaga, tetapi bayangan itu terlalu kuat.Mei Lin mengerahkan seluruh kemampuannya, menyerang dengan serangan energi yang dahsyat. Namun, serangannya hanya menghasilkan luka kecil. Bayangan itu tak tergoyahkan."Lie Feng… aku… aku tidak bisa lagi…" Master Jian terhuyung, pedangnya jatuh ke tanah. Ia terlihat sangat lelah dan terluka parah.Lie Feng, meskipun terluka parah, merasakan sesuatu yang berbeda. Sebuah arus energi yang kuat mengalir di dalam tubuhnya. Ini bukan kekuatan bias
Suara misterius dari portal berbentuk mata itu masih bergema di benak Lie Feng. Ia menatap portal itu, merasakan aura kekuatan yang tak terbayangkan. Getaran energi gelap masih terasa di udara, sisa-sisa pertempuran dahsyat melawan bayangan raksasa. Master Jian dan Mei Lin berdiri di sisinya, wajah mereka dipenuhi dengan ketakutan dan kebingungan. Debu beterbangan, sisa-sisa pertempuran masih terlihat jelas."Kita harus mencari tahu apa itu," kata Master Jian, suaranya bergetar. Ia mengusap pedangnya, memastikan bahwa senjata itu masih dalam kondisi baik. Luka-lukanya masih sakit, tetapi ia mencoba untuk tetap kuat."Tapi kekuatannya… terlalu besar," jawab Mei Lin, menatap portal itu dengan waspada. Ia menggigit bibirnya, menahan rasa takut yang menyerang hatinya. Ia tahu bahwa apapun yang ada di balik portal itu pasti sangat berbahaya.Lie Feng menutup matanya, mencoba untuk menenangkan pikirannya. Ia merasakan sesuatu yang berbeda dari porta
Mimpi-mimpi Lie Feng semakin intens, detailnya begitu nyata hingga terasa seperti kenangan. Ia melihat dirinya, masih kecil, berlatih di bawah bimbingan seorang wanita misterius di sebuah tempat terpencil yang diselimuti kabut. Bukan sekadar seni bela diri biasa yang diajarkan wanita itu, melainkan teknik-teknik yang mengendalikan energi dalam, kekuatan yang melampaui batas kemampuan manusia. Gerakan-gerakan wanita itu lincah, seperti tarian kematian yang mematikan. Lie Feng kecil menyerap setiap gerakan, setiap kata, setiap tatapan tajam dari sang guru misterius. Wanita itu, dengan rambut hitam panjang yang terurai, tersenyum lembut namun tatapannya menyimpan kekuatan yang luar biasa.“Fokus, Lie Feng,” suara wanita itu bergema di telinganya, lembut namun tegas. “Kekuatan sejati bukan terletak pada otot, melainkan pada kehendak hati.”Lie Feng berlatih keras, tubuh kecilnya berkeringat, namun semangatnya tak pernah padam. Malam demi malam, mimpi itu berulang, memperlihatkan kema
Ruangan itu sunyi, hanya diselingi oleh suara napas Lie Feng yang tersengal-sengal. Luka-lukanya parah, kulitnya pucat pasi, dan keringat dingin membasahi dahinya. Pertempuran melawan Vashta yang telah berubah telah meninggalkan bekas yang dalam, bukan hanya pada tubuhnya, tetapi juga pada jiwanya. Lebih dari rasa sakit fisik, yang menghantuinya adalah serpihan-serpihan ingatan yang muncul dalam mimpi-mimpi yang intens dan kacau. Mimpi-mimpi yang bukan sekadar gambaran biasa, tetapi serangkaian adegan yang hidup, penuh simbolisme dan misteri yang mencekam.Lin Xue, Mei Lin, dan Jian berjaga di sampingnya. Kecemasan tampak jelas di wajah mereka. Wajah Lie Feng tampak menegang, tersiksa oleh sesuatu yang tak nampak."Dia masih belum sadar," bisik Mei Lin, suaranya penuh keprihatinan. Ia menatap Lie Feng dengan tatapan yang penuh simpati. "Mimpi-mimpinya… semakin intens sejak pertempuran itu.""Ya," jawab Jian, suaranya juga rendah dan hati-hat
Gulungan kuno itu telah membuka sebuah jendela kecil ke dalam masa lalu Lie Feng, tetapi hanya sekilas. Banyak pertanyaan masih belum terjawab, dan rasa penasaran yang membara membakar jiwanya. Hubungannya dengan Vashta, wanita misterius dalam mimpinya, dan arti dari "anak yang dipilih," "kekuatan yang tertidur," dan "ikatan darah yang tak terputus"—semuanya masih menjadi teka-teki yang membingungkan.Lie Feng menyadari bahwa ia membutuhkan jawaban, dan ia tahu di mana harus mencarinya: di dalam dirinya sendiri. Ia memutuskan untuk melakukan meditasi mendalam, mencoba untuk menembus lapisan-lapisan ingatan yang terkubur dalam, untuk menemukan kebenaran yang telah lama tersembunyi.Ia mencari tempat yang tenang dan damai, jauh dari hiruk-pikuk kehidupan perguruan. Di puncak gunung yang menjulang tinggi di belakang perguruan, di bawah langit yang dipenuhi bintang-bintang, ia memulai meditasi. Ia duduk bersila, menutup matanya, dan membiarkan pikirannya melayang, me
Petunjuk dari ukiran kuno itu, walau samar, menuntun Lie Feng ke jantung Perguruan Naga Teratai. Bukan ke ruang pelatihan, bukan ke tempat tinggal para murid, tetapi ke sebuah tempat yang tersembunyi, yang keberadaannya hanya diketahui oleh segelintir orang terpilih – perpustakaan rahasia. Selama bertahun-tahun, Lie Feng sendiri pun tak pernah mengetahuinya. Hanya sebuah intuisi yang kuat, didorong oleh sisa-sisa energi Vashta yang masih berdenyut di udara, yang membawanya ke sana.Lie Feng, didampingi Lin Xue dan Mei Lin, menemukan lorong sempit yang hampir tak terlihat, tersembunyi di balik tirai tanaman rambat lebat di taman belakang perguruan. Udara di dalam lorong terasa lembap dan berat, bau tanah dan kayu lapuk memenuhi hidung. Lin Xue menyinari lorong dengan obornya, mengungkapkan dinding batu yang kuno dan lembap."Ini… sangat berbeda dari bagian perguruan lainnya," kata Mei Lin, suaranya berbisik, seperti takut mengganggu kedamaian tempa
Udara di Perguruan Naga Teratai masih bergetar, meski pertempuran dahsyat melawan makhluk dunia lain telah berakhir beberapa minggu lalu. Bekas luka masih terlihat jelas di dinding-dinding perguruan, tanda nyata dari pertempuran sengit yang telah mereka lalui. Lie Feng, yang tampak lebih kurus dan lelah daripada biasanya, duduk bersila di halaman belakang, matanya terpejam rapat. Bukan sekadar beristirahat, ini adalah meditasi yang mendalam, sebuah pencarian akan sesuatu yang tersembunyi, sesuatu yang hanya dia yang bisa merasakannya.Udara di sekitarnya berdenyut dengan energi yang samar, getaran halus yang terasa seperti bisikan di antara daun-daun. Ini bukan energi chi biasa yang mengalir di tubuh para pendekar, bukan pula energi gelap yang mengerikan dari makhluk dunia lain. Ini adalah sesuatu yang berbeda, sesuatu yang… mengenal. Sebuah resonansi energi yang unik, dingin, tajam, dan menyeramkan, namun juga… familiar.Setelah beberapa saat, Lie Feng membu
Tim pengintai Jian berangkat menuju pegunungan barat. Mereka terdiri dari Jian sendiri, dua murid senior yang terampil dalam pertempuran jarak dekat, dan seorang ahli dalam penyamaran dan pengintaian. Perjalanan mereka berbahaya dan penuh tantangan. Mereka harus melewati hutan lebat, tebing curam, dan sungai deras. Mereka juga harus menghindari patroli musuh dan jebakan yang tersembunyi.Setelah beberapa hari perjalanan, mereka tiba di sebuah lembah terpencil. Di tengah lembah, terdapat sebuah bangunan kuno yang memancarkan energi misterius yang kuat. Energi itu sama dengan energi yang terdeteksi di berbagai tempat di dunia."Ini dia," kata Jian, suaranya berbisik. "Sumber energi misterius itu."Mereka mendekati bangunan tersebut dengan hati-hati. Mereka memasuki bangunan tersebut dengan hati-hati. Di dalam, mereka menemukan banyak ruangan yang penuh dengan artefak kuno dan gulungan kuno. Mereka juga menemukan beberapa makhluk misterius ya
Di sisi lain lapangan, Mei Lin melatih kelompoknya dalam meningkatkan intuisi dan kesadaran energi. "Tutup matamu," perintahnya. "Rasakan energi di sekitarmu. Rasakan getaran terkecil pun. Itu adalah kunci untuk memperkirakan gerakan lawan dan menghindari bahaya.""Sangat sulit, Tuan Mei Lin," keluh seorang murid. "Saya tidak bisa merasakan apa pun.""Sabar," jawab Mei Lin. "Ini membutuhkan latihan dan konsentrasi. Jangan menyerah. Kemampuan ini akan menyelamatkan hidupmu di lapangan pertempuran."Jian, dengan kelompoknya yang terdiri dari murid senior, berlatih dalam mengembangkan strategi pertempuran yang baru. "Kita harus mempelajari kelemahan musuh kita yang lalu," katanya. "Kita harus mengetahui bagaimana mereka bergerak, bagaimana mereka menyerang, dan bagaimana mereka berpikir.""Tapi bagaimana kita bisa mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan?" tanya seorang murid."Ki
Sinar matahari pagi menyinari Perguruan Naga Teratai, mengusir bayang-bayang kegelapan yang masih melekat setelah pertempuran dahsyat melawan makhluk energi gelap. Udara sejuk pagi membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang baru saja terkena embun. Di halaman perguruan, yang masih menunjukkan bekas-bekas pertempuran, Lie Feng, Lin Xue, dan Mei Lin berdiri berdampingan, memandang para murid mereka yang berkumpul. Wajah-wajah mereka, meski lelah, mencerminkan tekad yang baru. Mereka telah melewati ujian api, dan telah keluar sebagai pemenang, tetapi kemenangan ini hanyalah awal dari perjalanan baru yang lebih panjang dan lebih menantang.Lie Feng memulai, suaranya tenang namun berwibawa, "Kita telah melewati banyak hal bersama. Kita telah menghadapi kematian, kehilangan, dan keputusasaan. Namun, kita telah melewatinya bersama-sama. Kita telah mengukir ikatan persahabatan yang lebih kuat dari baja."Lin Xue mengangguk, "Ya, Lie Feng. Pertempuran itu telah menempa ki
Ketegangan menyelimuti Perguruan Naga Teratai. Getaran yang terasa beberapa hari lalu semakin kuat, mengindikasikan bahwa ancaman itu semakin dekat. Para petarung, di bawah kepemimpinan Lie Feng, Lin Xue, dan Mei Lin, terus memperkuat pertahanan dan meningkatkan kewaspadaan. Mereka berlatih dengan tekun, menajamkan intuisi dan memperkuat kerja sama tim mereka.Suatu malam, saat bulan purnama bersinar terang, getaran itu mencapai puncaknya. Tanah berguncang hebat, dan suara gemuruh menggelegar di udara. Para petarung siaga penuh, pedang mereka terhunus, siap menghadapi apa pun yang akan datang."Itu dia!" teriak Jian, matanya melihat sesuatu di ujung hutan di dekat perguruan. "Ada sesuatu yang sedang mendekati!"Semua petarung menatap ke arah ujung hutan. Di tengah kegelapan, mereka melihat sesosok bayangan besar bergerak mendekati perguruan. Bayangan itu memancarkan aura yang sangat mengancam, aura yang beg