หน้าหลัก / Pendekar / Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa / Gelombang Terakhir – Bayangan Kembali #2

แชร์

Gelombang Terakhir – Bayangan Kembali #2

ผู้เขียน: Khomairoh
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-04-08 22:46:20

Kegelapan mencekam. Bayangan raksasa itu, bentuknya tak jelas namun memancarkan aura kematian, menyerang dengan kekuatan yang menghancurkan. Master Jian dan Mei Lin berjuang mati-matian, tetapi mereka terlalu lemah. Lie Feng, terluka parah, menyaksikan pertempuran itu dengan mata yang melebar. Darah segar mengalir deras dari luka-lukanya.

"Mei Lin! Kau urus bagian bawah! Aku akan mencoba menahannya di atas!" teriak Master Jian, suaranya bercampur dengan rasa sakit dan tekad. Ia berjuang sekuat tenaga, tetapi bayangan itu terlalu kuat.

Mei Lin mengerahkan seluruh kemampuannya, menyerang dengan serangan energi yang dahsyat. Namun, serangannya hanya menghasilkan luka kecil. Bayangan itu tak tergoyahkan.

"Lie Feng… aku… aku tidak bisa lagi…" Master Jian terhuyung, pedangnya jatuh ke tanah. Ia terlihat sangat lelah dan terluka parah.

Lie Feng, meskipun terluka parah, merasakan sesuatu yang berbeda. Sebuah arus energi yang kuat mengalir di dalam tubuhnya. Ini bukan kekuatan bias
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Bayangan Masa Lalu

    Suara misterius dari portal berbentuk mata itu masih bergema di benak Lie Feng. Ia menatap portal itu, merasakan aura kekuatan yang tak terbayangkan. Getaran energi gelap masih terasa di udara, sisa-sisa pertempuran dahsyat melawan bayangan raksasa. Master Jian dan Mei Lin berdiri di sisinya, wajah mereka dipenuhi dengan ketakutan dan kebingungan. Debu beterbangan, sisa-sisa pertempuran masih terlihat jelas."Kita harus mencari tahu apa itu," kata Master Jian, suaranya bergetar. Ia mengusap pedangnya, memastikan bahwa senjata itu masih dalam kondisi baik. Luka-lukanya masih sakit, tetapi ia mencoba untuk tetap kuat."Tapi kekuatannya… terlalu besar," jawab Mei Lin, menatap portal itu dengan waspada. Ia menggigit bibirnya, menahan rasa takut yang menyerang hatinya. Ia tahu bahwa apapun yang ada di balik portal itu pasti sangat berbahaya.Lie Feng menutup matanya, mencoba untuk menenangkan pikirannya. Ia merasakan sesuatu yang berbeda dari porta

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-09
  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Keputusan yang Berat

    Angin malam berdesir dingin menerpa wajah Master Jian dan Mei Lin. Mereka berdiri di reruntuhan medan pertempuran, bayangan portal yang telah menelan Lie Feng masih terbayang jelas di benak mereka. Keheningan menyelimuti mereka, hanya diiringi oleh suara desiran angin dan detak jantung mereka yang berdebar keras. Keputusan Lie Feng masih bergema di telinga mereka, sebuah keputusan yang berat dan berbahaya.Mei Lin memeluk dirinya sendiri, tubuhnya bergetar karena dingin dan ketakutan. "Dia… dia benar-benar masuk," bisiknya, suaranya penuh dengan kecemasan. "Aku… aku takut dia tidak akan kembali."Master Jian meletakkan tangannya di pundak Mei Lin, mencoba untuk memberikan semangat. "Kita harus percaya padanya, Mei Lin. Lie Feng adalah pejuang yang kuat. Dia akan melewatinya. Dia tahu risikonya." Namun, suaranya juga bergetar, menunjukkan bahwa ia juga merasa khawatir. Ia mengenal Lie

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-10
  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Reuni yang Mematikan

    Suara Lie Feng, lemah dan hampir tak terdengar, masih bergema di telinga Master Jian dan Mei Lin. Mereka bergegas menuju sumber suara, hati mereka berdebar-debar cemas. Mereka menemukan sebuah celah kecil di tanah yang masih bergetar, sebuah celah yang seakan baru saja terbuka. Dengan hati-hati, mereka merangkak masuk, menemukan diri mereka di sebuah ruang bawah tanah yang gelap dan luas, udara dipenuhi bau tanah lembap dan sesuatu yang menyerupai belerang.Di tengah ruang itu, Lie Feng terbaring lemas, tubuhnya penuh dengan luka. Darah menggenang di sekitarnya, membentuk genangan gelap yang mengerikan di lantai tanah yang keras. Di hadapannya, berdiri tegak Zhao Li, wajahnya dipenuhi dengan keangkuhan dan kebencian yang tak tersembunyi. Cahaya redup dari sumber yang tak terlihat menerangi sosoknya, menonjolkan setiap detail wajahnya yang penuh dendam."Lie Feng," kata Zhao Li, suaranya dingin dan tajam seperti pecahan es. "Kau akhirnya datang juga." Nada suaranya sa

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-11
  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Pertempuran Ideologi

    Ruang bawah tanah bergema dengan desingan energi, udara bergetar karena intensitas pertarungan yang tak terlihat. Zhao Li melancarkan serangan demi serangan, setiap gerakannya dipenuhi dengan kemarahan dan kebencian yang membara. Pedangnya menari-nari di udara, membentuk pola yang mematikan, menciptakan angin puyuh yang menggerakkan debu dan batu. Namun, Lie Feng hanya menghindar, pergerakannya cepat dan anggun seperti angin yang menari. Ia tidak membalas serangan Zhao Li, hanya menghindar dengan keahlian yang luar biasa."Kau menghindar terus, Lie Feng!" teriak Zhao Li, napasnya terengah-engah karena usaha kerasnya. "Kenapa kau tidak melawan? Tunjukkan kekuatanmu! Atau kau takut?" Pedangnya menghujam ke tanah, menciptakan retakan yang dalam."Aku tahu kau sangat kuat, Lie Feng," kata Zhao Li, suaranya terengah-engah karena usaha kerasnya, "Tidak ada satu pun yang mampu menandingimu. Tapi kali

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-12
  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Pertempuran Ideologi #2

    Gemuruh mengguncang ruang bawah tanah, debu beterbangan menutupi pandangan Zhao Li dan Lie Feng yang terluka parah. Retakan-retakan baru muncul di dinding, berkembang seperti urat-urat hitam yang menjalar di tubuh bangunan tua yang rapuh. Dari celah-celah itu, terlihat sesuatu bergerak di dalam kegelapan, mengeluarkan suara desisan dan geraman yang mengerikan.Zhao Li, masih terpaku oleh peristiwa yang baru saja terjadi, menatap Lie Feng yang terbaring lemas di tanah. Darah masih mengalir dari mulut Lie Feng, namun tatapan matanya tetap teguh, penuh dengan keputusan."Apa... apa itu?" tanya Zhao Li, suaranya bergetar karena campuran kejutan dan ketakutan. Ia menarik pedangnya, siap untuk menghadapi apapun yang akan muncul dari dalam retakan itu.Lie Feng batuk keras, mencoba untuk menarik napas dalam-dalam. "Aku tidak tahu," jawabnya, suaranya lemah tetapi tegas. "Tapi itu bukan sesuatu yang baik.

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-12
  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Pengorbanan Terakhir Dan Penebusan Kesalahan

    Sinar matahari pagi menyinari wajah Mei Lin yang masih terlihat lelah namun berseri-seri. Ia menatap Lie Feng yang baru saja tiba, wajahnya pucat tetapi senyum halus terukir di bibirnya. Di belakang Lie Feng, sesosok yang tidak lain adalah Zhao Li, muncul dengan tatapan yang lebih tenang daripada sebelumnya. Kehadiran Zhao Li menimbulkan suasana campuran kejutan dan kegembiraan di antara para pejuang lainnya."Lie Feng!" seru Mei Lin, suaranya penuh dengan kegembiraan yang tak terbendung. Ia berlari menuju Lie Feng dan memeluknya erat. "Kau selamat! Aku sangat khawatir padamu!""Aku baik-baik saja," jawab Lie Feng, tersenyum lemah. Ia menatap Mei Lin dengan tatapan yang penuh dengan kasih sayang. "Dan Zhao Li juga telah berdamai dengan aku."Para pejuang lainnya menyambut kembalinya Lie Feng dan Zhao Li dengan suasana yang hangat. Mereka semua sangat gembira melihat kedua sahab

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-13
  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Pengorbanan Terakhir dan Penebusan Kesahalan #2

    Zhao Li menggeleng. "Tidak," katanya. "Ini satu-satunya cara yang kurasakan benar. Aku harus membuktikan bahwa aku telah berubah. Aku harus membuktikan bahwa aku benar-benar menyesali semua yang kulakukan."Lie Feng menatap Zhao Li dengan dalam. Ia memahami maksud Zhao Li. Ia tahu Zhao Li benar-benar menyesal. Ia juga tahu Zhao Li ingin membuktikan perubahannya. Namun, kekhawatiran tetap ada."Baiklah," kata Lie Feng, suaranya tenang namun tegas. "Aku tak akan menahan kekuatanku. Tapi ingat, Zhao Li, ini pertarungan berbahaya. Kau bisa terluka parah, bahkan mati."Zhao Li mengangguk perlahan. "Aku tahu," jawabnya. "Tapi aku siap menerima risikonya."Pertarungan dimulai. Zhao Li menyerang duluan dengan Jurus Elemen Angin, cepat dan mematikan. Angin berputar-putar, membentuk pusaran debu di sekelilingnya. Pedangnya, seperti kilat, mengarah ke Lie Feng."Kau memang kuat, Zhao Li!" seru Lie Feng, suaranya tenang, tanpa sedikitpun tanda ketakutan. Ia menahan serangan itu tan

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-13
  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Bekas Luka yang Tak Terlihat

    Keheningan mencekam Perguruan Bela Diri Naga Teratai. Debu pertarungan telah mengendap, namun suasana tetap berat. Meskipun Zhao Li telah kembali, bekas luka yang ditinggalkannya jauh lebih dalam daripada luka fisik yang terlihat. Kepercayaan, seperti porselen yang pecah, membutuhkan waktu dan usaha yang sangat besar untuk diperbaiki. Lie Feng, meskipun telah mengalahkan Zhao Li, merasakan beban berat di hatinya. Ia tahu pertarungan itu bukan sekadar adu kekuatan fisik, melainkan pertempuran psikologis yang menguji ketahanan mental setiap orang."Lie Feng," kata Master Jian, suaranya lembut tetapi penuh dengan kekhawatiran, mendekati Lie Feng yang sedang berlatih sendirian di halaman belakang. "Kau baik-baik saja?"Lie Feng menghentikan gerakannya, menarik napas dalam-dalam. "Aku baik-baik saja, Master," jawabnya, tetapi suaranya tidak sekuat biasanya. "Hanya sedikit lelah."Master Jian menatap

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-14

บทล่าสุด

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Bayangan di Ufuk Baru

    Ketegangan menyelimuti Perguruan Naga Teratai. Getaran yang terasa beberapa hari lalu semakin kuat, mengindikasikan bahwa ancaman itu semakin dekat. Para petarung, di bawah kepemimpinan Lie Feng, Lin Xue, dan Mei Lin, terus memperkuat pertahanan dan meningkatkan kewaspadaan. Mereka berlatih dengan tekun, menajamkan intuisi dan memperkuat kerja sama tim mereka.Suatu malam, saat bulan purnama bersinar terang, getaran itu mencapai puncaknya. Tanah berguncang hebat, dan suara gemuruh menggelegar di udara. Para petarung siaga penuh, pedang mereka terhunus, siap menghadapi apa pun yang akan datang."Itu dia!" teriak Jian, matanya melihat sesuatu di ujung hutan di dekat perguruan. "Ada sesuatu yang sedang mendekati!"Semua petarung menatap ke arah ujung hutan. Di tengah kegelapan, mereka melihat sesosok bayangan besar bergerak mendekati perguruan. Bayangan itu memancarkan aura yang sangat mengancam, aura yang beg

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Kekuatan Baru #2

    Matahari terbit di ufuk timur, mewarnai langit dengan warna jingga keemasan. Udara pagi masih sejuk, membawa kesegaran yang menenangkan. Di halaman Perguruan Naga Teratai, para petarung berkumpul untuk latihan rutin. Namun, latihan kali ini berbeda. Lie Feng telah memperkenalkan metode pelatihan baru yang menekankan pada pengembangan kekuatan batin dan kerja sama tim yang lebih efektif."Hari ini, kita akan fokus pada intuisi," kata Lie Feng, suaranya tenang tetapi tegas. "Kemampuan untuk merasakan bahaya sebelum ia datang adalah senjata paling ampuh yang kita miliki.""Bagaimana kita melatih intuisi kita?" tanya Jian, salah satu petarung muda, dengan penasaran. "Apakah kita harus berlatih merasakan getaran di tanah seperti yang terjadi sebelumnya?""Itu salah satu caranya," jawab Lin Xue. "Tetapi intuisi itu lebih dari sekadar merasakan getaran fisik. Itu adalah kemampuan untuk merasakan energi di sekitar kita, untuk merasakan bah

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Kekuatan Baru

    Matahari pagi menyinari Perguruan Naga Teratai, cahaya keemasannya menerangi wajah-wajah para petarung yang berkumpul di halaman luas. Suasana berbeda dari beberapa minggu lalu. Ketegangan dan ketakutan telah sirna, diganti oleh suasana yang tenang tetapi penuh dengan kekuatan baru. Mereka telah melewati ujian api, dan dari uji itu, mereka muncul lebih kuat dan lebih bijak.Lie Feng berdiri di depan mereka, senyum tersungging di bibirnya. "Teman-teman," katanya, suaranya bergema di seluruh halaman, "kita telah melewati masa yang sangat sulit. Kita telah menghadapi pengkhianatan, kehilangan, dan ancaman yang sangat besar. Tetapi kita telah melewatinya bersama-sama. Kita telah membangun kembali kepercayaan kita, dan dari abu kehancuran, kita telah menemukan kekuatan baru.""Kekuatan baru itu bukan hanya tentang kemampuan bertarung kita," lanjutnya, "tetapi juga tentang kebijaksanaan dan kekuatan

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Dari Retak ke Kekuatan

    Keheningan yang menyelimuti ruangan bawah tanah itu terasa berat, dipenuhi dengan ketegangan yang belum sepenuhnya hilang. Lie Feng, Lin Xue, Mei Lin, dan dua petarung lainnya, Jian dan Ling, berdiri di tengah puing-puing batu-batu hitam yang telah hancur. Debu berterbangan di udara, menciptakan suasana yang menyeramkan."Kita berhasil," kata Mei Lin, suaranya bergetar karena kelelahan dan lega. "Kita berhasil menghancurkan sumber energi mereka.""Ya," jawab Lie Feng, namun ekspresinya masih dipenuhi dengan kewaspadaan. "Tetapi ini belum berarti semuanya telah berakhir. Masih ada banyak batu lainnya di jaringan terowongan ini.""Kita harus mencari tahu apakah ada sarang lainnya," kata Lin Xue. "Dan kita harus menghancurkannya sebelum mereka dapat memulihkan kekuatan mereka.""Aku setuju," kata Lie Feng. "Jian, Ling, kalian akan mencari sarang lainnya di sekitar ruangan ini. Lin Xue dan Mei Lin akan mene

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Kepercayaan yang Terbangun Kembali #2

    Kepercayaan yang Terbangun KembaliLie Feng menatap peta terowongan bawah tanah yang baru saja Lin Xue selesaikan. Garis-garis rumit menggambarkan jaringan terowongan yang luas dan kompleks di bawah Perguruan Naga Teratai. Suasana di ruangan itu tegang, dipenuhi dengan kekhawatiran dan ketegasan."Sarang mereka jauh lebih besar dari yang kita perkirakan," kata Lin Xue, suaranya serius. "Dan batu-batu itu… mereka tampaknya berfungsi sebagai sumber energi bagi makhluk-makhluk itu.""Kita harus memutuskan sumber energi itu," kata Mei Lin, suaranya penuh dengan ketegasan. "Jika kita bisa menghancurkan sumber energi mereka, kita bisa melemahkan mereka.""Itu ide yang baik," kata Lie Feng. "Tetapi bagaimana cara kita menghancurkan sumber energi mereka tanpa menghancurkan perguruan ini juga?""Kita harus berhati-hati," kata Lin Xue. "Kita harus merencanakan segalanya dengan teliti. Kita tidak bisa membiarkan diri

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Kepercayaan yang Terbangun Kembali

    Bulan purnama menerangi halaman perguruan, menciptakan suasana tenang dan damai. Meskipun bayangan ancaman baru masih menghantui, suasana di perguruan telah berubah drastis. Kepercayaan, yang pernah retak karena pengkhianatan Zhao Li, perlahan tapi pasti mulai terbangun kembali.Lie Feng duduk di pinggir danau, mengamati para petarung berlatih dengan semangat baru. Senyum tersungging di bibirnya. Ia melihat perubahan signifikan pada mereka. Mereka lebih terbuka, lebih percaya diri, dan ikatan persahabatan di antara mereka semakin kuat."Mereka sudah jauh lebih baik," kata Lin Xue, mendekati Lie Feng. Ia duduk di samping Lie Feng, menikmati keheningan malam yang menenangkan."Ya," jawab Lie Feng. "Mereka telah belajar untuk mempercayai satu sama lain lagi. Itulah yang paling penting.""Kepercayaan adalah fondasi dari segalanya," kata Lin Xue. "Tanpa kepercayaan, kita tidak akan bisa mengatasi semua tantangan yang akan datang.""Kau benar," kata Lie Feng. "Dan kita telah melewati banyak

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Jalan Menuju Pemulihan

    Sinar matahari pagi menembus jendela-jendela perguruan, menerangi wajah-wajah lelah namun bertekad. Lie Feng berdiri di tengah halaman, tatapannya menyapu wajah-wajah muridnya. Bekas luka pertarungan dengan Zhao Li masih terasa, bukan hanya di tubuh, tetapi juga di jiwa mereka. Kepercayaan yang retak, rasa takut yang membayangi, dan rasa bersalah yang mengerat hati mereka. Lie Feng tahu, jalan menuju pemulihan akan panjang dan penuh tantangan."Teman-teman," suara Lie Feng memecah kesunyian pagi, "kita telah melewati badai. Kita telah menghadapi pengkhianatan dan kehilangan. Tetapi kita tidak akan menyerah. Kita akan bangkit bersama, lebih kuat dari sebelumnya. Perjalanan ini tidak mudah, tetapi kita akan melewatinya bersama-sama."Suasana hening sejenak, hanya diiringi oleh kicauan burung di pohon-pohon sekitar. Mei Lin, yang selalu kuat, menunjukkan kerentanannya dengan menunduk. "Aku… aku masih takut," katanya, suaranya bergetar. "Taku

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Bekas Luka yang Tak Terlihat #2

    Hari-hari berikutnya dijalani dengan intensitas yang berbeda. Lie Feng, dengan bimbingan Lin Xue, melaksanakan rencana pemulihan yang terstruktur. Bukan hanya latihan fisik yang keras, tetapi juga sesi-sesi diskusi terbuka, meditasi di tempat-tempat tenang di sekitar perguruan, dan bahkan kegiatan-kegiatan yang lebih santai seperti berkebun bersama atau memasak makanan tradisional. Tujuannya adalah untuk membangun kembali kepercayaan dan ikatan di antara para petarung, menciptakan lingkungan yang mendukung dan menghilangkan rasa takut dan curiga."Mei Lin," kata Lie Feng lembut suatu pagi, menemukan Mei Lin duduk sendirian di dekat air terjun kecil di belakang perguruan, "Kau terlihat murung. Ada sesuatu yang ingin kau ceritakan?"Mei Lin menoleh, matanya berkaca-kaca. "Aku masih takut, Lie Feng," akuinya, suaranya bergetar. "Takut akan pengkhianatan lagi. Takut akan kehilangan kepercayaan pada orang lain."Lie Feng duduk di sampingnya, menawar

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Bekas Luka yang Tak Terlihat

    Keheningan mencekam Perguruan Bela Diri Naga Teratai. Debu pertarungan telah mengendap, namun suasana tetap berat. Meskipun Zhao Li telah kembali, bekas luka yang ditinggalkannya jauh lebih dalam daripada luka fisik yang terlihat. Kepercayaan, seperti porselen yang pecah, membutuhkan waktu dan usaha yang sangat besar untuk diperbaiki. Lie Feng, meskipun telah mengalahkan Zhao Li, merasakan beban berat di hatinya. Ia tahu pertarungan itu bukan sekadar adu kekuatan fisik, melainkan pertempuran psikologis yang menguji ketahanan mental setiap orang."Lie Feng," kata Master Jian, suaranya lembut tetapi penuh dengan kekhawatiran, mendekati Lie Feng yang sedang berlatih sendirian di halaman belakang. "Kau baik-baik saja?"Lie Feng menghentikan gerakannya, menarik napas dalam-dalam. "Aku baik-baik saja, Master," jawabnya, tetapi suaranya tidak sekuat biasanya. "Hanya sedikit lelah."Master Jian menatap

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status