Bab 52: Jejak Senjata KunoLie Feng duduk bersila di tengah ruangan, napasnya tenang dan teratur. Di sekelilingnya, Lin Xuan, Master Jian, Tuan Gu, Mei Lin, Zhou, dan Jian, menunggu dengan sabar. Ketegangan masih terasa, bayangan ancaman Vashta masih menghantui pikiran mereka. Di tangan Lie Feng, sebuah kristal kecil yang memancarkan cahaya redup, berdenyut lembut. Itulah inti dari Mata Dewa, alat yang akan mengungkap rahasia lokasi Pedang Naga Hitam.“Aku siap,” kata Lie Feng, suaranya tenang namun penuh tekad. Ia menutup matanya, menfokuskan pikirannya, dan menghubungkan kesadarannya dengan kristal itu. Cahaya kristal semakin terang, memancar aura yang kuat.“Bagaimana keadaannya?” tanya Lin Xuan, suaranya gemetar karena ketegangan. Ia menatap Lie Feng dengan tatapan penuh harap. Mereka semua menunggu dengan napas yang tertahan.Lie Feng menarik napas dalam-dalam, kemudian membuka matanya. Matanya berbinar dengan cahaya yang
Cahaya lilin menerangi peta reruntuhan kuno yang terbentang di atas meja kayu tua di ruang meditasi Kuil Guru Agung. Lie Feng, Lin Xuan, Master Jian, Tuan Gu, Mei Lin, Zhou, dan Jian duduk melingkar, wajah mereka dipenuhi dengan campuran ketegangan dan antisipasi. Aroma dupa memenuhi ruangan, mencoba menenangkan detak jantung mereka yang berdebar. Setelah perjalanan berbahaya dan bantuan dari Tua Xing, mereka akhirnya memiliki gambaran yang lebih jelas tentang lokasi Pedang Naga Hitam.Lin Xuan, dengan jari-jarinya menelusuri garis-garis peta kuno itu, menjelaskan hasil analisis data yang telah ia kumpulkan. “Analisis data menunjukkan senjata kuno itu bernama ‘Pedang Naga Hitam’,” katanya, suaranya penuh dengan kehati-hatian. “Senjata yang konon memiliki kekuatan untuk mengendalikan elemen alam.”Lie Feng, yang sedang mengaduk teh herbal di cangkirnya, menatap peta itu dengan tatapan yang tajam. “‘Pedang Naga Hitam’… nama
Suasana di ruang meditasi Kuil Guru Agung masih dipenuhi ketegangan, namun kini bercampur dengan secercah harapan. Lie Feng, Lin Xuan, Master Jian, Tuan Gu, Mei Lin, Zhou, dan Jian duduk mengelilingi meja kayu tua, cahaya lilin menerangi wajah-wajah mereka yang lelah namun bersemangat. Perencanaan untuk menghadapi Vashta dan merebut Pedang Naga Hitam telah memasuki tahap baru.Lin Xuan, yang baru saja kembali dari misi rahasia menyusup ke sisa-sisa Kelompok Naga Hitam, memulai laporannya. “Aku berhasil menyusup ke sisa-sisa Kelompok Naga Hitam,” katanya, suaranya sedikit serak. “Dan aku menemukan sesuatu yang sangat menarik.”Semua anggota tim menatap Lin Xuan dengan tatapan penuh antisipasi. Mereka menunggu dengan napas yang tertahan. Harapan baru telah muncul, dan mereka ingin mengetahui lebih banyak.“Aku menemukan perpecahan internal di dalam Kelompok Naga Hitam,” lanjut Lin Xuan. “Sebuah faksi yang dipi
Angin malam berdesir di antara reruntuhan kuno di lembah tersembunyi. Lie Feng, Lin Xuan, dan Jian berdiri di tengah-tengahnya, menunggu kedatangan Kael. Cahaya matahari terbenam mewarnai langit dengan warna jingga dan ungu yang dramatis, menciptakan suasana yang sekaligus indah dan mencekam. Lie Feng memegang alat komunikasi rahasia yang diberikan Lin Xuan, sebuah kristal kecil yang mampu meneruskan suara meskipun jarak yang jauh. Ketegangan memenuhi udara, lebih terasa daripada aroma tanah lembap dan tumbuhan liar di sekitar mereka.“Kau yakin ini tempat yang tepat?” tanya Jian, suaranya berbisik agar tidak mengganggu kesunyian di sekitar mereka. Ia menarik pedangnya sedikit, siap untuk menghadapi apa pun yang terjadi.“Ya,” jawab Lin Xuan, memeriksa sekitarnya dengan waspada. “Ini adalah tempat yang ditunjukkan oleh kode bintang itu. Tidak ada kesalahan.”“Semoga saja,” kata Lie Feng, menatap ke arah horison. Ia menunggu de
Aroma dupa memenuhi ruang meditasi Kuil Guru Agung, namun aroma ketegangan masih lebih dominan. Lie Feng, duduk tegak di tengah ruangan, menatap setiap anggota timnya dengan pandangan tajam. Kesepakatan dengan Kael telah terjalin, namun pertempuran melawan Vashta masih menunggu. Strategi dan taktik yang tepat harus segera ditetapkan.“Baiklah,” kata Lie Feng, suaranya berwibawa. “Kita akan membahas strategi dan taktik untuk menghadapi Vashta. Kita harus berhati-hati dan siap menghadapi segala kemungkinan. Ini bukan pertarungan biasa.”Mei Lin maju selangkah, matanya berbinar percaya diri. “Jurus Dewa Kipasku bisa mengalihkan perhatian Vashta,” katanya, menjelaskan strateginya. “Aku akan menggunakannya untuk menarik perhatian Vashta dan memberi kesempatan kalian untuk menyerang.”“Bagus,” kata Lie Feng. “Jurus Dewa Kipasmu memang sangat efektif untuk mengalihkan perhatian lawan. Kecepatan dan keanggunanmu akan menjadi kunci di sini.”Zhou kemudian maju, suaranya penuh semangat. “Ser
Udara di Kuil Guru Agung terasa lebih berat daripada biasanya. Bukan hanya karena aroma dupa yang tebal, tetapi juga karena ketegangan yang mencekam menjelang pertempuran besar melawan Vashta. Lie Feng, dengan wajah yang tenang namun mata yang tajam, memeriksa pedangnya dengan teliti. Cahaya lilin menyorot baja yang berkilau itu, mencerminkan tekad yang membara di dalam hatinya."Kita harus siap menghadapi apapun," kata Lie Feng, suaranya berat namun tegas. Ia mengangkat pedangnya, baja yang berkilau itu mencerminkan cahaya lilin yang redup. "Ini adalah pertempuran terakhir kita. Tidak ada jalan mundur."Master Jian, duduk di sebelahnya, mengasah pedangnya dengan hati-hati. Gerakannya lambat dan terukur, namun menunjukkan ketepatan dan kekuatan yang luar biasa. "Aku sudah siap," katanya, suaranya tenang namun tegas. "Aku akan melakukan segalanya untuk melindungi kalian."Mei Lin, dengan kipas raksasanya yang
Mentari pagi menyinari lembah yang sunyi. Udara sejuk pagi membawa aroma pinus dan tanah basah, menciptakan suasana yang tenang namun menyimpan ketegangan terselubung. Lie Feng, Lin Xuan, Master Jian, Mei Lin, Zhou, dan Tuan Gu berdiri bersiap di tepi hutan, masing-masing mempersiapkan diri untuk perjalanan menuju Gunung Terlarang, kandang Vashta dan tempat pertempuran akhir mereka. Kael dan beberapa anggota faksi pengikutnya sudah menunggu di depan."Perjalanan ini berbahaya," kata Lie Feng, suaranya berat. Ia memeriksa pedangnya sekali lagi, gerakan yang menunjukkan kewaspadaannya. "Gunung Terlarang dipenuhi jebakan dan makhluk-makhluk berbahaya. Kita harus selalu waspada.""Aku telah mempelajari peta Gunung Terlarang," kata Lin Xuan, mengeluarkan gulungan peta kuno. "Ada beberapa jalur yang bisa kita ambil, tapi jalur ini yang paling aman." Ia menunjuk suatu jalur di peta itu dengan jarinya."Aman?" tanya Zhou, menggera
Di balik tembok benteng Vashta yang gelap dan menyeramkan, Lie Feng, Tuan Gu, dan Master Jian berdiri bersiap. Udara berbau sulfur dan sesuatu yang menyeramkan menyelimuti mereka. Suara angin berdesir di antara batu-batu yang menciptakan suara-suara menyeramkan. Ketiga pendekar legendaris itu memeriksa senjata dan perlengkapan mereka untuk terakhir kalinya, wajah mereka menunjukkan tekad yang kuat namun juga kewaspadaan yang tinggi."Kita akan menghadapi Vashta dalam beberapa saat," kata Lie Feng, suaranya berat namun tegas. Ia memeriksa pedangnya dengan teliti, gerakan yang menunjukkan kehati-hatiannya. "Dia pasti sudah mempersiapkan jebakan dan serangannya. Kita harus siap menghadapi apapun.""Aku telah mendeteksi beberapa aura sihir yang sangat kuat di sekitar sini," kata Master Jian, suaranya tenang namun waspada. Ia mengasah pedangnya dengan hati-hati, gerakannya cepat dan tepat. "Dia pasti telah mempers
Gulungan kuno itu telah membuka sebuah jendela kecil ke dalam masa lalu Lie Feng, tetapi hanya sekilas. Banyak pertanyaan masih belum terjawab, dan rasa penasaran yang membara membakar jiwanya. Hubungannya dengan Vashta, wanita misterius dalam mimpinya, dan arti dari "anak yang dipilih," "kekuatan yang tertidur," dan "ikatan darah yang tak terputus"—semuanya masih menjadi teka-teki yang membingungkan.Lie Feng menyadari bahwa ia membutuhkan jawaban, dan ia tahu di mana harus mencarinya: di dalam dirinya sendiri. Ia memutuskan untuk melakukan meditasi mendalam, mencoba untuk menembus lapisan-lapisan ingatan yang terkubur dalam, untuk menemukan kebenaran yang telah lama tersembunyi.Ia mencari tempat yang tenang dan damai, jauh dari hiruk-pikuk kehidupan perguruan. Di puncak gunung yang menjulang tinggi di belakang perguruan, di bawah langit yang dipenuhi bintang-bintang, ia memulai meditasi. Ia duduk bersila, menutup matanya, dan membiarkan pikirannya melayang, me
Petunjuk dari ukiran kuno itu, walau samar, menuntun Lie Feng ke jantung Perguruan Naga Teratai. Bukan ke ruang pelatihan, bukan ke tempat tinggal para murid, tetapi ke sebuah tempat yang tersembunyi, yang keberadaannya hanya diketahui oleh segelintir orang terpilih – perpustakaan rahasia. Selama bertahun-tahun, Lie Feng sendiri pun tak pernah mengetahuinya. Hanya sebuah intuisi yang kuat, didorong oleh sisa-sisa energi Vashta yang masih berdenyut di udara, yang membawanya ke sana.Lie Feng, didampingi Lin Xue dan Mei Lin, menemukan lorong sempit yang hampir tak terlihat, tersembunyi di balik tirai tanaman rambat lebat di taman belakang perguruan. Udara di dalam lorong terasa lembap dan berat, bau tanah dan kayu lapuk memenuhi hidung. Lin Xue menyinari lorong dengan obornya, mengungkapkan dinding batu yang kuno dan lembap."Ini… sangat berbeda dari bagian perguruan lainnya," kata Mei Lin, suaranya berbisik, seperti takut mengganggu kedamaian tempa
Udara di Perguruan Naga Teratai masih bergetar, meski pertempuran dahsyat melawan makhluk dunia lain telah berakhir beberapa minggu lalu. Bekas luka masih terlihat jelas di dinding-dinding perguruan, tanda nyata dari pertempuran sengit yang telah mereka lalui. Lie Feng, yang tampak lebih kurus dan lelah daripada biasanya, duduk bersila di halaman belakang, matanya terpejam rapat. Bukan sekadar beristirahat, ini adalah meditasi yang mendalam, sebuah pencarian akan sesuatu yang tersembunyi, sesuatu yang hanya dia yang bisa merasakannya.Udara di sekitarnya berdenyut dengan energi yang samar, getaran halus yang terasa seperti bisikan di antara daun-daun. Ini bukan energi chi biasa yang mengalir di tubuh para pendekar, bukan pula energi gelap yang mengerikan dari makhluk dunia lain. Ini adalah sesuatu yang berbeda, sesuatu yang… mengenal. Sebuah resonansi energi yang unik, dingin, tajam, dan menyeramkan, namun juga… familiar.Setelah beberapa saat, Lie Feng membu
Tim pengintai Jian berangkat menuju pegunungan barat. Mereka terdiri dari Jian sendiri, dua murid senior yang terampil dalam pertempuran jarak dekat, dan seorang ahli dalam penyamaran dan pengintaian. Perjalanan mereka berbahaya dan penuh tantangan. Mereka harus melewati hutan lebat, tebing curam, dan sungai deras. Mereka juga harus menghindari patroli musuh dan jebakan yang tersembunyi.Setelah beberapa hari perjalanan, mereka tiba di sebuah lembah terpencil. Di tengah lembah, terdapat sebuah bangunan kuno yang memancarkan energi misterius yang kuat. Energi itu sama dengan energi yang terdeteksi di berbagai tempat di dunia."Ini dia," kata Jian, suaranya berbisik. "Sumber energi misterius itu."Mereka mendekati bangunan tersebut dengan hati-hati. Mereka memasuki bangunan tersebut dengan hati-hati. Di dalam, mereka menemukan banyak ruangan yang penuh dengan artefak kuno dan gulungan kuno. Mereka juga menemukan beberapa makhluk misterius ya
Di sisi lain lapangan, Mei Lin melatih kelompoknya dalam meningkatkan intuisi dan kesadaran energi. "Tutup matamu," perintahnya. "Rasakan energi di sekitarmu. Rasakan getaran terkecil pun. Itu adalah kunci untuk memperkirakan gerakan lawan dan menghindari bahaya.""Sangat sulit, Tuan Mei Lin," keluh seorang murid. "Saya tidak bisa merasakan apa pun.""Sabar," jawab Mei Lin. "Ini membutuhkan latihan dan konsentrasi. Jangan menyerah. Kemampuan ini akan menyelamatkan hidupmu di lapangan pertempuran."Jian, dengan kelompoknya yang terdiri dari murid senior, berlatih dalam mengembangkan strategi pertempuran yang baru. "Kita harus mempelajari kelemahan musuh kita yang lalu," katanya. "Kita harus mengetahui bagaimana mereka bergerak, bagaimana mereka menyerang, dan bagaimana mereka berpikir.""Tapi bagaimana kita bisa mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan?" tanya seorang murid."Ki
Sinar matahari pagi menyinari Perguruan Naga Teratai, mengusir bayang-bayang kegelapan yang masih melekat setelah pertempuran dahsyat melawan makhluk energi gelap. Udara sejuk pagi membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang baru saja terkena embun. Di halaman perguruan, yang masih menunjukkan bekas-bekas pertempuran, Lie Feng, Lin Xue, dan Mei Lin berdiri berdampingan, memandang para murid mereka yang berkumpul. Wajah-wajah mereka, meski lelah, mencerminkan tekad yang baru. Mereka telah melewati ujian api, dan telah keluar sebagai pemenang, tetapi kemenangan ini hanyalah awal dari perjalanan baru yang lebih panjang dan lebih menantang.Lie Feng memulai, suaranya tenang namun berwibawa, "Kita telah melewati banyak hal bersama. Kita telah menghadapi kematian, kehilangan, dan keputusasaan. Namun, kita telah melewatinya bersama-sama. Kita telah mengukir ikatan persahabatan yang lebih kuat dari baja."Lin Xue mengangguk, "Ya, Lie Feng. Pertempuran itu telah menempa ki
Ketegangan menyelimuti Perguruan Naga Teratai. Getaran yang terasa beberapa hari lalu semakin kuat, mengindikasikan bahwa ancaman itu semakin dekat. Para petarung, di bawah kepemimpinan Lie Feng, Lin Xue, dan Mei Lin, terus memperkuat pertahanan dan meningkatkan kewaspadaan. Mereka berlatih dengan tekun, menajamkan intuisi dan memperkuat kerja sama tim mereka.Suatu malam, saat bulan purnama bersinar terang, getaran itu mencapai puncaknya. Tanah berguncang hebat, dan suara gemuruh menggelegar di udara. Para petarung siaga penuh, pedang mereka terhunus, siap menghadapi apa pun yang akan datang."Itu dia!" teriak Jian, matanya melihat sesuatu di ujung hutan di dekat perguruan. "Ada sesuatu yang sedang mendekati!"Semua petarung menatap ke arah ujung hutan. Di tengah kegelapan, mereka melihat sesosok bayangan besar bergerak mendekati perguruan. Bayangan itu memancarkan aura yang sangat mengancam, aura yang beg
Matahari terbit di ufuk timur, mewarnai langit dengan warna jingga keemasan. Udara pagi masih sejuk, membawa kesegaran yang menenangkan. Di halaman Perguruan Naga Teratai, para petarung berkumpul untuk latihan rutin. Namun, latihan kali ini berbeda. Lie Feng telah memperkenalkan metode pelatihan baru yang menekankan pada pengembangan kekuatan batin dan kerja sama tim yang lebih efektif."Hari ini, kita akan fokus pada intuisi," kata Lie Feng, suaranya tenang tetapi tegas. "Kemampuan untuk merasakan bahaya sebelum ia datang adalah senjata paling ampuh yang kita miliki.""Bagaimana kita melatih intuisi kita?" tanya Jian, salah satu petarung muda, dengan penasaran. "Apakah kita harus berlatih merasakan getaran di tanah seperti yang terjadi sebelumnya?""Itu salah satu caranya," jawab Lin Xue. "Tetapi intuisi itu lebih dari sekadar merasakan getaran fisik. Itu adalah kemampuan untuk merasakan energi di sekitar kita, untuk merasakan bah
Matahari pagi menyinari Perguruan Naga Teratai, cahaya keemasannya menerangi wajah-wajah para petarung yang berkumpul di halaman luas. Suasana berbeda dari beberapa minggu lalu. Ketegangan dan ketakutan telah sirna, diganti oleh suasana yang tenang tetapi penuh dengan kekuatan baru. Mereka telah melewati ujian api, dan dari uji itu, mereka muncul lebih kuat dan lebih bijak.Lie Feng berdiri di depan mereka, senyum tersungging di bibirnya. "Teman-teman," katanya, suaranya bergema di seluruh halaman, "kita telah melewati masa yang sangat sulit. Kita telah menghadapi pengkhianatan, kehilangan, dan ancaman yang sangat besar. Tetapi kita telah melewatinya bersama-sama. Kita telah membangun kembali kepercayaan kita, dan dari abu kehancuran, kita telah menemukan kekuatan baru.""Kekuatan baru itu bukan hanya tentang kemampuan bertarung kita," lanjutnya, "tetapi juga tentang kebijaksanaan dan kekuatan