David Longman bahkan masih ingin mengucapkan beberapa kalimat hinaan kepada Calvin, tetapi tentu saja mulutnya kini sedang tersumpal oleh keterkejutannya sendiri.
“Tidak mungkin…” gumam David Longman pelan, “pemuda itu bahkan hanya meraba-raba tubuh Emily, tetapi, bagaimana bisa?”
Dua asisten David Longman juga sama terkejutnya dengan sang dokter. Mereka juga yakin jika Emily sudah tak mungkin bisa disembuhkan. Apalagi hanya dengan diraba-raba dengan tangan kosong.
Mustahil!
“Siapa tadi yang berkelakar ingin memohon kujadikan sebagai murid?” tanya Calvin, tentu saja dengan senyum lebar penuh kemenangan.
David Longman tercekat diam. Dengan diliputi rasa penasaran, ia berjalan menghampiri Emily yang kini tengah berada di pangkuan Edward.
David mencoba menyentuh pembuluh nadi di tangan Emily sembari mengobservasi keadaan Emily secara menyeluruh. Rasa keterkejutan David kian membesar. Emily bukan hanya sembuh dari keracunan, tetapi, ia bisa memprediksi jika Calvin ternyata juga telah memperlancar aliran darah Emily.
“Teknik apa yang sudah kau lakukan, anak muda?” tanya David Longman kepada Calvin, kini ia tak mampu menutupi rasa kagum dan terkejutnya. “Anak muda, siapa namamu? Bolehkah… Bolehkah… Bolehkah di lain waktu kita berbincang-bincang? Ah, maksudku, bolehkah aku berguru padamu?”
Dua asisten David Longman juga dibuat tercekat kaget ketika mereka melihat senior mereka saat ini tampak sangat menghormati Calvin Reed.
Calvin Reed tersenyum ramah lalu mengajak David Longman berjabat tangan. “Calvin Reed. Jika aku tak sibuk, tentu kita bisa berbincang-bincang.”
David Longman merasakan bulu kuduknya meremang saat ia menjabat tangan Calvin. Entah itu adalah sensasi emosional atau memang Calvin memiliki aura khusus, ia kesulitan membedakannya. Namun yang pasti, David Longman kini menampakkan ekspresi hormat yang begitu besar kepada Calvin.
“Terima kasih atas kemurahan hati anda, Tuan Reed,” ucap David kepada Calvin.
Calvin Reed mengangguk, lalu beralih menoleh ke arah Edward Miller.
“Putri anda sudah sehat, dia hanya butuh istirahat yang cukup untuk mengembalikan tenaganya yang terkuras selama proses pengobatan,” gumam Calvin kepada Edward.
Edward Miller mengangguk dengan mata sembab, ia mengucap terima kasih berkali-kali seraya memeluk tubuh putrinya yang lemas. Yang jelas, Emily memang sudah siuman tetapi gadis itu memang terlihat lemas tak bertenaga.
“Tuan Reed, seperti janjiku sebelumnya, tolong ucapkan permintaanmu, dan aku akan memenuhinya, kuharap permintaanmu berada dalam batas kemampuanku.”
Saat itu, Calvin Reed baru saja akan mengucapkan sesuatu. Tetapi, terdengar teriakan dari arah pintu gerbang mansion.
“Ayah… Bagaimana keadaan Emily?!”
Terdengar ada seorang gadis yang sedang berlari terengah-engah menghampiri semuanya.
Calvin menoleh ke belakang, betapa terkejutnya dia ketika melihat siapa yang datang.
“Kau?!” ucap Calvin terkejut.
“Kau?!” ucap gadis itu tak kalah terkejut. Gadis itu lantas mengamati sekeliling, beberapa waktu lalu ayahnya menelepon, mengabarkan jika adiknya dalam keadaan buruk dan dia dengan tergesa-gesa pulang ke rumah. Namun, betapa terkejutnya dia karena kini ia bertemu lagi dengan pria yang semalam tidur dengannya.
“Pria cabul kurang ajar! Kau bahkan mengikutiku hingga ke rumahku?!” bentak gadis itu kepada Calvin.
Calvin mengerutkan kening dan menjawab, “lihat baik-baik, aku datang duluan di sini. Bukankah ini lebih mirip kau yang mengikutiku?!”
“Bajingan! Aku akan melaporkanmu ke polisi!”
“Dahlia!” bentak Edward Miller kepada putri sulungnya. “Tunjukkan rasa hormatmu pada Tuan Reed!”
Dahlia Miller mengerutkan kening. “Tuan Reed?”
“Ya. Tuan Calvin Reed yang sudah menyembuhkan adikmu! Minta maaflah kepadanya atas kelancangan sikapmu!” bentak Edward lagi. “Aku bahkan sudah bersumpah untuk menuruti permintaan Tuan Reed sebagai balas budi, bagaimana bisa kau datang-datang langsung membentaknya?!”
Dahlia Miller terdiam. Adiknya baru saja disembuhkan oleh pria cabul yang semalam tidur dengannya.
“Aku? Minta maaf kepadanya?” tanya Dahlia kepada ayahnya, ia masih kesulitan mencerna keadaan.
“Tak perlu. Lagi pula aku tak menginginkan permintaan maaf darinya,” gumam Calvin menengahi ketegangan di antara Edward dan putri sulungnya.
Dengan menarik napas dalam, Calvin bergumam lagi, “Karena, sebenarnya ada hal lain yang kuinginkan.”
Dahlia Miller menelan ludah, ia bergidik ngeri membayangkan keinginan apa yang akan diucapkan oleh Calvin. Ia khawatir Calvin akan menyebut kejadian semalam lalu memeras ayahnya agar Calvin tetap tutup mulut.
“Sebutkan keinginan anda, Tuan Reed,” ucap Edward.
“Tuan, saya tak membutuhkan imbalan apa pun terkait dengan kesembuhan putri anda. Tetapi, ada satu hal yang saya inginkan. Saya ingin membatalkan pertunangan saya dengan cucu keluarga Miller.”
Setelah Calvin Reed mengucapkan maksudnya, Edward Miller segera menyadari jika pemuda yang baru saja menyembuhkan putrinya itu bukanlah pemuda biasa. Segera, Edward mengajak Calvin dan Dahlia ke ruang tamu sekaligus meminta dokter David mengurusi Emily.Kini, Calvin, Dahlia, dan Edward Miller telah berada di ruang tamu.“Anak muda, benarkah kau adalah murid dari Immortal Rhovan?” tanya Edward sekali lagi demi memastikan semuanya.“Ya, akulah satu-satunya murid Master Rhovan.”Rhovan Romanov, adalah sosok terkenal yang sangat disegani para War Gods di seluruh dunia. Ia mendapat julukan Immortal Rhovan karena nyaris selalu lolos dari ancaman maut dalam semua misi dan perang yang ia pimpin.Uniknya, hanya ada segelintir orang yang mengetahui keberadaan Immortal Rhovan karena selain lihai dalam memimpin perang, sosok tersebut juga pandai bersembunyi dan menyamar.“Ayah, sejak kapan ayah menjodohkan putri ayah dengan pria asing itu?” tanya Dahlia di tengah-tengah kebingungannya.Calvin men
Satu hal yang sangat mengganggu Calvin, apakah Dahlia Miller yang dimaksud oleh William Jones adalah orang yang sama dengan Dahlia Miller yang semalam tidur dengannya.Maka, demi memastikan semuanya, setelah mengakhiri percakapan telepon dengan William Jones, Calvin Reed memutuskan untuk segera bertemu dengannya guna memenuhi rasa ingin tahu tentang Dahlia Miller yang telah disebutkan oleh William. Di waktu yang sama di dalam mansion keluarga Miller, mengetahui Calvin Reed baru saja pergi, David Longman tergesa-gesa ingin menyusul, ia memerintahkan kedua asistennya untuk merawat Emily sementara ia pergi menyusul Calvin.“Master… Master tolong tunggu dulu…” David Longman berteriak-teriak memanggil Calvin yang berjalan cepat. “Master Reed, tolong tunggu aku.”Calvin sama sekali tak berniat menoleh ke belakang pada awalnya, tetapi pada akhirnya ia berhenti melangkah lalu berbalik badan.“Mr. Longman, jika anda bersikeras memanggil saya dengan sebutan Master, saya lebih senang berpura-pu
Setelah Dahlia Miller pergi menyusul Calvin, Ryan Miller akhirnya mulai menunjukkan niat aslinya datang ke mansion Edward.“Paman Edward, apakah kamu tahu wilayah Celestial Grove yang berada di sisi utara Maplewood City?” tanya Ryan kepada Edward, dari nada suaranya, Edward mengendus Ryan ingin memamerkan sesuatu lewat pertanyaan tersebut.Edward tersenyum tipis, “hanya orang bodoh yang tak tahu Celestial Grove. Itu adalah hutan surga yang menjadi salah satu wilayah yang paling ingin dimiliki oleh keluarga-keluarga berpengaruh di Maplewood City,” jawab Edward sekenanya.Celestial Grove, selain memiliki keunikan demografinya, tempat tersebut juga menyimpan sumber daya berharga yang menjadikannya begitu istimewa.Ryan bertepuk tangan lalu menjelaskan sesuatu. “Paman, aku telah berhasil bertemu dengan sosok yang memiliki peran penting atas Celestial Grove. Hanya butuh satu kali lagi keberuntungan kecil, Celestial Grove akan jatuh ke tanganku.”Edward Miller tak bisa menyembunyikan keterk
“Kau datang mencariku?” gumam Calvin Reed lalu membalikkan badan, kini ia berhadap-hadapan dengan Dahlia Miller yang hanya berjarak sekitar dua meter dengannya.Dahlia mengerutkan dahi, “Kau tahu aku yang datang bahkan sebelum kau melihatku?”Calvin Reed memejamkan mata lalu menarik napas dalam dan menjawab, “aroma ini, aku masih sangat hapal aromamu mengingat semalam kita…”“Shut up!” Dahlia buru-buru menghentikan ucapan Calvin Reed, ia tak mau mengulang sensasi malu yang memenuhi kepalanya jika harus mengingat lagi kejadian semalam.Melihat Dahlia tampak sedikit menampakkan ekspresi marah, Calvin Reed bertanya lagi. “Kau selalu memperlihatkan kebencianmu padaku, di saat yang sama kau juga terengah-engah mengejarku lagi. Apa ini semacam tanda awal dari percintaan semacam enemy to lover?”Pipi Dahlia Miller merah merona, ada perasaan malu, awkward, sekaligus sedikit kesal yang tertuju pada Calvin. Namun, ketika Dahlia teringat kembali perintah dari ayahnya, ia mulai menekan harga dir
Dan, hari itu juga Calvin Reed dan Dahlia Miller mendaftarkan pernikahan mereka ke catatan sipil. Meski belum memiliki rasa cinta kepada Calvin, Dahlia tetap bersedia menjadi istri Calvin sebagai wujud kepatuhannya terhadap sang ayah. Jika dipikir-pikir lagi, Dahlia melihat Calvin Reed juga tak seburuk sangkaannya.Ketika Calvin dan Dahlia keluar dari kantor catatan sipil dengan mengantongi sertifikat pernikahan, Dahlia segera dikejutkan dengan dering telepon yang tak henti mendengung.“Ada telepon dari temanku,” gumam Dahlia kepada Calvin.“Angkat saja, mungkin itu urusan penting.”Dahlia mengangguk lalu menyapa Davis Moore, pria muda dari keluarga kaya raya yang sudah lama sekali menaruh hati kepada Dahlia Miller.“Hi, Dahlia. Kau sibuk? Aku meneleponmu puluhan kali beberapa waktu lalu,” tanya Davis Moore.“Ah, iya. Aku sedang sibuk beberapa waktu lalu hingga kusetting ponselku dalam mode senyap. Sekarang aku sudah tak begitu sibuk, jadi ada apa ya?” tanya Dahlia penasaran. Melihat
Ruangan yang dipesan oleh Davis Moore nyatanya dihias dengan rupa-rupa bunga mawar merah dan aneka dekorasi manis bak sengaja dipesan untuk keperluan makan malam romantic bersama kekasih.Terkesan agak aneh jika dekorasi seromantis itu lantas digunakan untuk pertemuan yang hanya membahas urusan bisnis.“Dahlia, mengapa diam di sana, ayo ke sini!” panggil Luna saat menyadari Dahlia sudah memasuki ruangan.“Dahlia, kami sudah menunggumu,” ungkap Davis Moore, matanya berbinar senang saat melihat kedatangan Dahlia.Dahlia mengangguk lalu berjalan menuju ke meja bundar, tempat Davis dan Luna duduk berdekatan. “Apa kau terkejut karena kagum pada dekorasi ruangan ini?” tanya Luna, ia lalu menatap ke sekeliling ruangan dan berkata, “Davis benar-benar luar biasa! Harga untuk makan malam kita kali ini setara dengan 1 unit mobil dan dia sama sekali tak keberatan membayar semuanya untuk kita!”Sebelum Dahlia merespon, Davis Moore menyeringai lebar menikmati pujian Luna.“Luna, kau tahu sendiri a
“Davis, ini tak seperti yang kau pikirkan. Aku bersumpah, aku sadar dan memang ingin menikahi Calvin,” ucap Dahlia yang juga secara refleks tampak berdiri di depan Calvin seperti sedang melindungi suaminya kalau-kalau Davis akan berbuat buruk.“Mengapa standardmu tiba-tiba berubah seburuk ini? Aku bisa mencium aroma kemiskinan menguar kuat dari tubuhnya. Ini menjijikkan!” protes Davis masih tak terima.“Sejujurnya, aku juga sedikit jijik dengan pria sepertimu, bung.” Calvin tiba-tiba membalas ucapan Davis.Tentu saja Dahlia terkejut atas ucapan suaminya. Dia melirik Calvin dan memberi peringatan lewat tatapan matanya. Di saat yang sama, Dahlia kembali menoleh ke arah Davis lalu berkata, “sepertinya suamiku agak mabuk, tolong jangan diambil hati ucapannya.”Davis tersenyum sinis. Tentu saja ia tak mungkin melupakan ucapan Calvin. Meski dia yang terlebih dahulu menghina Calvin, tetapi di saat yang sama dia juga merasa Calvin tak memiliki hak untuk menghina pemuda kaya raya sepertinya.
Bukan hanya Davis dan Luna yang terlihat kesal atas kalimat Calvin. Dahlia juga tampak sangat marah mengingat ia pun mengira Calvin hanya membual demi mengesankan semua orang.“Lihat betapa bodohnya suamimu, Dahlia! Sebelum dia mempermalukanmu lebih jauh, sebaiknya segera ceraikan dia!" usul Davis Moore kepada Dahlia.Luna mengangguk setuju. "Tak ada hal baik yang bisa dipertahankan dari sosok suami seperti dia, Dahlia. Aku harap kau segera sadar dan lekas-lekas menceraikan suamimu."Dahlia mengusap pelipisnya, merasa malu dan marah mengingat ucapan suaminya. Dengan agak tergesa, Dahlia menarik siku Calvin dan buru-buru berpamitan kepada Davis dan Luna."Teman-teman, kita bisa membicarakan urusan Celestial Grove di lain waktu. Untuk saat ini, sepertinya aku harus pulang bersama suamiku," pamit Dahlia pada Luna dan Davis. “Maaf atas ucapannya barusan.”Tanpa menunggu tanggapan mereka, Dahlia segera menggiring Calvin keluar ruangan."Dahlia, aku tahu mungkin kau sulit mempercayaiku, tap
William Jones menjemput Calvin Reed pukul lima sore hari di Enigma Fusion. Tak lupa, William juga telah membawakan setumpuk berkas yang sebelumnya telah dipesan oleh Calvin.“Semua informasi yang berkaitan dengan keluarga Maxim, kota Ravenswood, dan Whitestone Mansion telah saya rangkum ke dalam berkas itu, Mr. Reed. Tak lupa, saya juga telah membuat daftar nama keluarga-keluarga berpengaruh yang ada di kota Maplewood ini,” ucap William Jones tatkala menyerahkan berkas kepada Calvin yang tengah duduk di jok belakang.Calvin mengangguk dan berterima kasih. Seperti halnya ketika Calvin mengetahui banyak informasi tentang Enigma Fusion, termasuk ketersediaan air langka bernama Aether Spring, itu semua ia dapatkan dari informasi-informasi yang berhasil dirangkum oleh William Jones. Sudah menjadi kebiasaaan Calvin jika ia hendak pergi ke suatu tempat atau menghadiri acara tertentu, ia sebelumnya akan mempelajari banyak hal sebab memiliki pengetahuan luas selalu memberi keuntungan lebih bes
Sepulang dari Enigma Fusion Restaurant, Davis Moore hanya bisa diam membisu di dalam mobil. Wajahnya masam sementara telapak tangan dan kakinya terasa dingin akibat terlalu lama menahan amarah dan gelisah. Tak jauh berbeda dengan Davis Moore, Dahlia juga menampakkan wajah masam. Itu adalah untuk pertama kalinya Dahlia merasa tersinggung akibat diabaikan oleh seorang pria. Calvin Reed benar-benar tak menganggapnya ada. Pria itu sama sekali tak berbicara kepadanya sepanjang makan siang berlangsung. Jangankan berbicara, melirik saja tidak.‘Apa itu bentuk dari kecemburuannya?’ Dahlia membatin, lebih tepatnya mencari-cari alasan untuk menenangkan hatinya. ‘Ah, dia pasti sedang cemburu melihatku bersama Davis, dan begitulah sikapnya saat ia cemburu!’ batin Dahlia lagi, kali itu terbesit senyuman manis di bibirnya.“Dahlia, mengapa tiba-tiba kau tersenyum? Kau menertawai kesialan kita?!” tanya Davis yang duduk bersebelahan dengan Dahlia di jok belakang.“Eh?” Dahlia menoleh, sedikit terkej
Lanny dan Rose segera menunduk hormat ke arah pria tua yang baru datang, memperlihatkan sikap hormat yang mendalam. Sementara itu, Davis Moore menyipitkan mata, mencoba mengingat-ingat wajah pria tua parlente itu. Dahinya mengernyit sesaat, sebelum akhirnya ingatannya terpaku pada sosok Brandon Lee—pemilik Enigma Fusion.Davis Moore segera mengangkat kepalanya dan tersenyum ramah. Dengan cepat ia melangkah sedikit ke depan, seolah ingin lebih dekat dengan pria berpengaruh itu. "Anda adalah Mr. Lee, iya kan? Wah, aku sedang sangat beruntung bisa bertemu langsung dengan Anda siang ini," ucap Davis dengan semangat yang berlebihan, matanya berbinar penuh antusiasme.Dia tentu tak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk menjalin hubungan dengan seseorang dari kelas sosial tinggi seperti Brandon Lee. Bagi orang kaya, memperbanyak koneksi adalah cara yang baik untuk mempertahankan kekuasaan.Brandon Lee mengerutkan kening, menyapu pandangan ke sekeliling ruangan sebelum menatap Davis dan Calvin
‘Sial! Sial! Sial!’Davis Moore kembali meraung dalam hati. Ia benar-benar berada dalam situasi yang sangat merugikan reputasinya. Tetapi sejenak dia berpikir, bukankah harga dirinya kali ini sudah hancur?Dan ditambah lagi, dia masih harus menanggung beban biaya dua botol anggur yang harganya tak masuk akal. Maka, ketimbang dia hancur dua kali, Davis memilih untuk mengesampingkan harga dirinya.Dengan napas berat, ia mengepalkan tangan dan melirik ke arah Calvin. Bibirnya sedikit gemetar saat ia akhirnya memanggil nama pria itu dengan nada suara serak seperti tertahan di tenggorokan, “C– Calvin,...”Sedikit malas, Calvin menoleh ke belakang sambil menaikkan satu alis. “Eh?” Alisnya bertaut, senyum kecil tersungging di sudut bibirnya. “Kau sudah sangat putus asa dan mengharapkan uluran tanganku, begitu?”‘Bangsat sialan!’ Davis Moore mengumpat dalam hati tetapi tetap saja ia memaksa kepalanya untuk mengangguk perlahan. Dengan rahang mengeras, ia menarik napas panjang sebelum akhirnya
Davis melotot tajam, rahangnya mengatup kuat menahan emosi. "Tutup mulutmu rapat-rapat. Telingaku sakit jika harus terus-menerus mendengar suara rakyat miskin!"Davis Moore mengibaskan jasnya dengan angkuh, bersiap berlalu pergi. Namun, langkahnya terhenti ketika Lanny melangkah ke hadapannya dengan tenang. "Tunggu, Mr. Moore. Anda bisa pergi, tetapi tentu saja setelah Anda menyelesaikan pembayaran untuk dua item yang sudah kami antarkan."Kening Davis bertaut, ekspresinya berubah dari angkuh menjadi kesal. Ia mendengus, menatap Lanny dengan tajam. "Aku bahkan belum mencicipinya, berani-beraninya kau memintaku untuk membayar anggur yang tak kuminum!"Lanny tetap mempertahankan sikapnya yang sopan. Dengan tangan terlipat di depan tubuhnya, ia menggeleng pelan. "Anda diwajibkan untuk membayar item yang Anda pesan, Mr. Moore. Terlepas apakah Anda meminumnya atau tidak, itu di luar urusan kami. Tolong kerja samanya."Davis Moore menggeleng dengan sinis, kemudian bersedekap, menatap Lanny
Kebodohan Davis Moore terpampang sempurna, membuat Calvin lagi-lagi ingin meledakkan tawa. Namun, alih-alih menertawai Davis, Calvin menunjukkan sikap yang berlawanan. Ia menyilangkan tangan di depan dada, lalu mengangguk kecil dengan ekspresi serius seakan menimbang-nimbang sesuatu.“Kau benar-benar bijak, Mr. Moore. Air putih memang sangat menyehatkan. Dan aku tersanjung kau bersedia mentraktirku minuman mewah itu,” ucap Calvin dengan senyum tipis, nada suaranya sedikit lebih rendah seolah memberi kesan mendalam.Davis mengerutkan kening, menatap Calvin dengan ragu. Lalu, seketika tawanya meledak, bahunya terguncang saat ia menepuk meja dengan ringan. “Kau memang aneh! Sebahagia itukah orang miskin saat ditraktir air putih di restoran mewah? Menyedihkan sekali!”Calvin tidak segera menjawab. Ia menarik napas pelan, lalu berdehem santai sembari merapikan lengan bajunya dengan sikap tanpa beban. “Maksudku, kau pasti tahu jika Enigma Fusion memiliki produk air putih yang diburu banyak
Beberapa menit kemudian, Lany datang membawa sebotol anggur lengkap dengan gelas-gelas tulip. Langkahnya ringan, tetapi ekspresinya tetap penuh kehati-hatian, seakan berusaha tidak menarik perhatian lebih dari dua pria yang tengah beradu ego. Di belakangnya, Rose—rekannya—juga membawa sebotol anggur serupa dengan gerakan hati-hati, sesekali melirik situasi yang tampaknya semakin tegang.Calvin menutup matanya sesaat, menghirup aroma anggur yang memenuhi udara. Ujung bibirnya sedikit terangkat, membentuk senyum puas seolah menikmati setiap momen kecil ini. Ia mengambil gelas anggur dan mengamatinya dalam pencahayaan restoran sebelum berucap dengan nada santai."Domaine de la Romanée-Conti…" gumamnya, memutar gelas di tangannya, menikmati kilaunya. "Kalian punya koleksi yang luar biasa."Davis menyipitkan mata, menilai setiap gerakan Calvin dengan tatapan tajam. Di matanya, pria itu terlihat seolah sengaja ingin memamerkan wawasannya yang luas tentang wine berkualitas. Perasaan muak mer
Calvin terbatuk ringan, tapi ekspresinya tetap santai seolah hinaan Davis hanyalah angin lalu. Alih-alih merespons, ia malah mengangkat satu tangan, jarinya melengkung sedikit, memberi isyarat kepada pelayan restoran. Gerakannya tenang, percaya diri, seakan dialah yang berkuasa di tempat ini.Seorang pelayan dengan name tag bertuliskan ‘Lany’ segera menghampiri, wajahnya penuh rasa hormat."Beri kami wine terbaik, termahal, terlangka yang kalian punya," ujar Calvin, nadanya ringan namun mengandung ketegasan yang tak bisa dibantah.Lany menundukkan kepala sedikit. "Baik, Tuan. Mohon tunggu sebentar. Kami akan segera mengantarkan pesanan Anda."Calvin berdeham kecil, lalu menambahkan dengan nada malas, "Pastikan kau membawa yang terbaik. Dimengerti?"Lany kembali mengangguk, tapi sebelum ia sempat menjawab, sebuah dorongan kasar di pundaknya membuatnya sedikit terhuyung."Berhenti melayani pria itu!" bentak Davis Moore, suaranya tajam dan penuh kemarahan. "Aku yang membooking seluruh re
Saat Calvin Reed berlalu pergi, ponsel Davis Moore berdering dan pria itu segera mengangkat telepon tersebut.“Tentu saja! Mana mungkin aku membatalkan kencan pertamaku dengan Dahlia. Batalkan semua meeting siang ini karena aku sudah membuat reservasi ke Enigma Fusion Restaurant. Mengerti?!” ucap Davis membalas pertanyaan orang yang meneleponnya. Sepertinya dia sedang mendapat telepon dari sekretarisnya di kantor.Di saat yang sama, meski Calvin telah melangkah sedikit jauh, ia tetap mendengar dengan sangat jelas percakapan antara Davis Moore dengan sekretarisnya. Mengetahui jika istrinya akan diajak berkencan di Enigma Fusion Restaurant, Calvin berencana mencari tahu tentang restaurant tersebut untuk melakukan sesuatu.“Hey, Calvin Reed!”Di luar dugaan Calvin, Davis berteriak memanggilnya, membuat Calvin dengan enggan menoleh ke belakang sembari mengerutkan kening. “Calvin, nanti siang pukul satu jika kau berkenan datanglah ke Enigma Fusion! Kau pasti tak pernah makan enak di resto