Setelah menutup telepon dari Ryan, Phillip menatap satu demi satu Dahlia, Edward, dan Calvin secara bergantian.“Jangan sekali-kali menertawai kesialanku hari ini! Ini pasti hanya sebuah salah paham kecil!” bentak Phillip kepada Dahlia dan Edward.“Dan kau, Calvin, aku tak berhutang apapun kepadamu!”Terlepas dari ia berhasil lolos dari amukan para preman berkat Calvin, ia tetap tak sudi mengucapkan terima kasih karena dalam pikirannya, Phillip bersikeras menganggap jika penyerangan itu hanyalah sebuah kesalahpahaman.“Aku akan menjemput Ryan! Dan Kau, Dahlia, segera selesaikan misi dari nenekmu atau menyerahlah dengan cepat agar Ryan bisa menggantikan posisimu!”Phillip meninggalkan mansion Edward Miller dengan perasaan marah dan bercampur aduk dengan malu sekaligus khawatir dengan keadaan putranya.Tiga puluh menit berselang, Phillip telah tiba di Nebula Nosh Restaurant.Seketika, ia dikejutkan dengan suara bisik-bisik beberapa orang yang terdengar sedang menggosip tentang seseorang
“Emily! Tunjukkan rasa hormat kepada kakak iparmu! Dia telah menyelamatkan nyawamu tempo hari!” Edward melotot marah ke arah putri keduanya. “Setidaknya, berterimakasihlah kepadanya!”“Jika orang yang menolongku ternyata payah dan miskin seperti dia, bukankah aku tak perlu berterima kasih? Justru dia yang harus berterima kasih karena telah mendapat kesempatan menyentuh kulitku yang mulus.”Edward semakin marah. “Emily, bersikaplah yang sopan!”Emily terkekeh lalu melirik sinis ke arah Calvin. “Mungkin jika kakak iparku adalah jagoan hebat yang kaya raya, aku bisa bersikap manis dan sopan, Ayah. Lihatlah dia, apa untungnya jika aku bersikap sopan padanya.”“Kau!” Edward murka, ia ingin menampar pipi Emily tetapi segera mengurungkan niatnya.Lagi-lagi Edward teringat jika putrinya mengalami penyakit langka turun temurun yang diturunkan oleh mendiang istrinya, membuat tubuh Emily lemah dan over sensitive. Hal itu juga yang akhirnya membuat Edward memanjakan Emily hingga tak sadar ia tela
Dahlia terkejut, ia sangat membenci sikap nenek dan pamannya yang otoriter. Di samping itu, Dahlia juga merasa enggan untuk menuruti perintah neneknya mengingat ia sama sekali tak menyukai Davis Moore. Ketimbang menikah dengan Davis, nyatanya, di lubuk hatinya, dia justru lebih memilih untuk bersama Calvin Reed.“Nenek, izinkan aku menolak perintahmu yang ini,” pinta Dahlia dengan nada berharap. “Aku sudah menuruti semua keinginan nenek, tetapi untuk kali ini saja, izinkan aku menolaknya.”Edward turut memohon. “Ibu, tolong beri kesempatan untuk Calvin membuktikan bahwa ia layak menjadi menantumu.”Dahlia mengangguk memelas, sungguh, ia khawatir jika harus berakhir menjadi istri Davis Moore.“Layak menjadi cucu menantuku? Edward, Calvin bahkan tak memiliki apapun untuk dibanggakan. Dia hanya akan mempermalukan keluarga kita!”“Dia menantu yang baik, Ibu. Dia bahkan telah menyembuhkan Emily dari koma.”“Menyembuhkan putrimu yang penyakitan? Boleh aku tahu apa keuntungannya untukku? Ti
“Ikuti mobil itu!” ucap Calvin kepada driver Taxi yang ia naiki.“Baik, Tuan.”Mobil Taxi tersebut melaju kencang mengikuti cara Dahlia mengemudi yang juga cukup cepat. Dari laju kecepatan tersebut, Calvin bisa menebak jika Dahlia sedang dikuasi oleh kegelisahan yang kian membesar.Untuk membantu istrinya, Calvin merogoh ponsel lalu mencoba menghubungi satu dari tiga jagoan war gods dari Maplewood, The Southern King.“Hallo, Eldran King,” sapa Calvin kepada sosok yang dijuluki dengan The Southern King.Eldran King menjawab sapaan Calvin lagi-lagi dengan suara sedikit serak karena gelisah. Ia khawatir Calvin menghubunginya karena ada masalah lain yang luput ia selesaikan.“Apakah ada hal yang mengganggu anda, Mr. Reed? Beri tahu saya dan saya akan segera membereskannya.”“No, Eldran. Ini bukan masalah, tetapi aku ingin kau mengumumkan ke publik jika lahan Celestial Groove telah siap dikembangkan.”Ucapan Calvin membuat Eldran terdiam sesaat. Jika pihaknya yang memberi pengumuman pengem
Dahlia duduk ke kursi yang berhadapan dengan Raymond Wang. Dalam hati ia merasa sangat bersyukur karena tak menyangka jika tugas yang ia sangka akan sangat berat ternyata bisa berjalan sedemikian mulus. Tak lupa, Dahlia melemparkan sedikit senyuman kepada Raymond Wang sebagai basa-basi pertemuan. Tetapi, melihat senyuman Dahlia yang demikian menggoda, jiwa murni Raymond Wang muncul ke permukaan.“Bagaimana bisa anda menjadi semakin cantik dari hari ke hari, nona Miller?” goda Raymond seraya melempar senyuman. “Dan hari ini, oh, kecantikan anda begitu sempurna.”Dahlia kembali tersenyum. “Mungkin karena anda memberiku kabar baik tentang pelunasan hutang, wajahku menjadi lebih bersinar,” ucap Dahlia, lagi-lagi mencoba ramah atas nama sopan santun.“Ah, ya. Soal hutangku itu, aku memang berniat melunasinya dalam waktu dekat. Tapi, ada beberapa hal yang sebelumnya ingin kusampaikan.”Dahlia mengerutkan kening. “Apa itu?”“Aku juga memiliki sejumlah hutang yang harus kulunasi dalam waktu
Dahlia mengangguk dan memeluk Calvin Reed erat-erat demi menghilangkan ketakutan yang teramat besar. Tubuhnya gemetar, dan tangannya mencengkeram erat jaket kulit yang dikenakan Calvin, seolah jika ia melepaskannya, dunia akan runtuh seketika. Saat itu, ia merasa jika dada Calvin adalah tempat teraman dan ternyaman yang bisa ia temukan. Ia memejamkan mata, membiarkan aroma samar cologne pria itu memberikan ketenangan di tengah kepanikan yang mencekam.‘Calvin, terima kasih…’ Dahlia membatin tanpa bisa mengucapkannya. Namun air mata yang mengalir di pipinya berbicara lebih dari sekadar kata-kata.Saat Dahlia merasa begitu aman dalam gendongan Calvin, pria itu tiba-tiba menurunkannya ke lantai dengan gerakan tergesa. “Sial! Aku melupakan sesuatu!” ucap Calvin seraya meregangkan otot-otot tangannya. Ia melirik sekilas ke arah pintu keluar, ekspresi wajahnya kian menajam.Dahlia menelan ludah, berjuang menenangkan suaranya yang gemetar. “Ada apa lagi? Ayo cepat kita pulang, di sini sanga
Dahlia menelan ludah, bibirnya bergetar ketakutan, matanya melebar seperti rusa yang terjebak di tengah jalan. Tubuhnya sedikit condong ke depan, tangan gemetar menggenggam ujung gaunnya, berusaha mengalihkan rasa takut yang membebani pikirannya. Ia yakin nasib buruk akan menghampirinya. Calvin tak mungkin menang melawan pasukan pembunuh terbaik Raymond Wang. Hari itu akan menjadi hari terburuk bagi Dahlia, atau mungkin yang terakhir.“Dahlia, jangan gelisah begitu. Diam di sana dan nikmatilah pertunjukannya dengan santai,” ucap Calvin dengan nada ringan, senyumnya tipis namun penuh percaya diri, seperti seseorang yang tahu rahasia kemenangan sebelum pertandingan dimulai. Ia bahkan sempat menyibakkan sedikit rambutnya yang berantakan akibat angin. Namun, bagi Dahlia, senyuman itu hanya menambah kekhawatirannya. Bagaimanapun, kepalanya gelisah hingga terasa seperti akan meledak dengan segera.“Boss, pria ini benar-benar bajingan! Izinkan aku memotong dan mencincang lidahnya!” teriak sa
Dengan perasaan putus asa yang terpancar jelas di wajahnya, salah satu anak buah Raymond Wang berlutut dengan kasar, tubuhnya gemetar tak terkendali. Ia bersujud hingga dahinya menyentuh lantai, menghadap langsung ke arah Calvin Reed. Suaranya bergetar penuh ketakutan ketika ia mulai berbicara.“Tuan Muda… Tolong ampuni kebodohan kami ini…” ucapnya dengan nada hampir menangis. Bibirnya bergerak dengan susah payah, seolah-olah setiap kata yang keluar adalah beban berat. “Kami bersedia menjadi budak Anda selama Anda mengampuni kami… Kami sungguh tidak berniat menyinggung Tuan Muda, tolong, tolong ampuni kami, Tuan Muda.”Keringat dingin membasahi pelipisnya, ia menunduk lebih dalam, tubuhnya kini gemetar hebat, menunjukkan bahwa ketakutannya benar-benar tak dibuat-buat.Bagi pria itu, melawan Calvin Reed bukanlah pilihan, meski ia bahkan belum mencoba, hasilnya sudah jelas. Calvin adalah monster yang tidak bisa mereka lawan, dan melawan hanya akan mempercepat kehancuran. Ia tahu, bahkan
William Jones menjemput Calvin Reed pukul lima sore hari di Enigma Fusion. Tak lupa, William juga telah membawakan setumpuk berkas yang sebelumnya telah dipesan oleh Calvin.“Semua informasi yang berkaitan dengan keluarga Maxim, kota Ravenswood, dan Whitestone Mansion telah saya rangkum ke dalam berkas itu, Mr. Reed. Tak lupa, saya juga telah membuat daftar nama keluarga-keluarga berpengaruh yang ada di kota Maplewood ini,” ucap William Jones tatkala menyerahkan berkas kepada Calvin yang tengah duduk di jok belakang.Calvin mengangguk dan berterima kasih. Seperti halnya ketika Calvin mengetahui banyak informasi tentang Enigma Fusion, termasuk ketersediaan air langka bernama Aether Spring, itu semua ia dapatkan dari informasi-informasi yang berhasil dirangkum oleh William Jones. Sudah menjadi kebiasaaan Calvin jika ia hendak pergi ke suatu tempat atau menghadiri acara tertentu, ia sebelumnya akan mempelajari banyak hal sebab memiliki pengetahuan luas selalu memberi keuntungan lebih bes
Sepulang dari Enigma Fusion Restaurant, Davis Moore hanya bisa diam membisu di dalam mobil. Wajahnya masam sementara telapak tangan dan kakinya terasa dingin akibat terlalu lama menahan amarah dan gelisah. Tak jauh berbeda dengan Davis Moore, Dahlia juga menampakkan wajah masam. Itu adalah untuk pertama kalinya Dahlia merasa tersinggung akibat diabaikan oleh seorang pria. Calvin Reed benar-benar tak menganggapnya ada. Pria itu sama sekali tak berbicara kepadanya sepanjang makan siang berlangsung. Jangankan berbicara, melirik saja tidak.‘Apa itu bentuk dari kecemburuannya?’ Dahlia membatin, lebih tepatnya mencari-cari alasan untuk menenangkan hatinya. ‘Ah, dia pasti sedang cemburu melihatku bersama Davis, dan begitulah sikapnya saat ia cemburu!’ batin Dahlia lagi, kali itu terbesit senyuman manis di bibirnya.“Dahlia, mengapa tiba-tiba kau tersenyum? Kau menertawai kesialan kita?!” tanya Davis yang duduk bersebelahan dengan Dahlia di jok belakang.“Eh?” Dahlia menoleh, sedikit terkej
Lanny dan Rose segera menunduk hormat ke arah pria tua yang baru datang, memperlihatkan sikap hormat yang mendalam. Sementara itu, Davis Moore menyipitkan mata, mencoba mengingat-ingat wajah pria tua parlente itu. Dahinya mengernyit sesaat, sebelum akhirnya ingatannya terpaku pada sosok Brandon Lee—pemilik Enigma Fusion.Davis Moore segera mengangkat kepalanya dan tersenyum ramah. Dengan cepat ia melangkah sedikit ke depan, seolah ingin lebih dekat dengan pria berpengaruh itu. "Anda adalah Mr. Lee, iya kan? Wah, aku sedang sangat beruntung bisa bertemu langsung dengan Anda siang ini," ucap Davis dengan semangat yang berlebihan, matanya berbinar penuh antusiasme.Dia tentu tak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk menjalin hubungan dengan seseorang dari kelas sosial tinggi seperti Brandon Lee. Bagi orang kaya, memperbanyak koneksi adalah cara yang baik untuk mempertahankan kekuasaan.Brandon Lee mengerutkan kening, menyapu pandangan ke sekeliling ruangan sebelum menatap Davis dan Calvin
‘Sial! Sial! Sial!’Davis Moore kembali meraung dalam hati. Ia benar-benar berada dalam situasi yang sangat merugikan reputasinya. Tetapi sejenak dia berpikir, bukankah harga dirinya kali ini sudah hancur?Dan ditambah lagi, dia masih harus menanggung beban biaya dua botol anggur yang harganya tak masuk akal. Maka, ketimbang dia hancur dua kali, Davis memilih untuk mengesampingkan harga dirinya.Dengan napas berat, ia mengepalkan tangan dan melirik ke arah Calvin. Bibirnya sedikit gemetar saat ia akhirnya memanggil nama pria itu dengan nada suara serak seperti tertahan di tenggorokan, “C– Calvin,...”Sedikit malas, Calvin menoleh ke belakang sambil menaikkan satu alis. “Eh?” Alisnya bertaut, senyum kecil tersungging di sudut bibirnya. “Kau sudah sangat putus asa dan mengharapkan uluran tanganku, begitu?”‘Bangsat sialan!’ Davis Moore mengumpat dalam hati tetapi tetap saja ia memaksa kepalanya untuk mengangguk perlahan. Dengan rahang mengeras, ia menarik napas panjang sebelum akhirnya
Davis melotot tajam, rahangnya mengatup kuat menahan emosi. "Tutup mulutmu rapat-rapat. Telingaku sakit jika harus terus-menerus mendengar suara rakyat miskin!"Davis Moore mengibaskan jasnya dengan angkuh, bersiap berlalu pergi. Namun, langkahnya terhenti ketika Lanny melangkah ke hadapannya dengan tenang. "Tunggu, Mr. Moore. Anda bisa pergi, tetapi tentu saja setelah Anda menyelesaikan pembayaran untuk dua item yang sudah kami antarkan."Kening Davis bertaut, ekspresinya berubah dari angkuh menjadi kesal. Ia mendengus, menatap Lanny dengan tajam. "Aku bahkan belum mencicipinya, berani-beraninya kau memintaku untuk membayar anggur yang tak kuminum!"Lanny tetap mempertahankan sikapnya yang sopan. Dengan tangan terlipat di depan tubuhnya, ia menggeleng pelan. "Anda diwajibkan untuk membayar item yang Anda pesan, Mr. Moore. Terlepas apakah Anda meminumnya atau tidak, itu di luar urusan kami. Tolong kerja samanya."Davis Moore menggeleng dengan sinis, kemudian bersedekap, menatap Lanny
Kebodohan Davis Moore terpampang sempurna, membuat Calvin lagi-lagi ingin meledakkan tawa. Namun, alih-alih menertawai Davis, Calvin menunjukkan sikap yang berlawanan. Ia menyilangkan tangan di depan dada, lalu mengangguk kecil dengan ekspresi serius seakan menimbang-nimbang sesuatu.“Kau benar-benar bijak, Mr. Moore. Air putih memang sangat menyehatkan. Dan aku tersanjung kau bersedia mentraktirku minuman mewah itu,” ucap Calvin dengan senyum tipis, nada suaranya sedikit lebih rendah seolah memberi kesan mendalam.Davis mengerutkan kening, menatap Calvin dengan ragu. Lalu, seketika tawanya meledak, bahunya terguncang saat ia menepuk meja dengan ringan. “Kau memang aneh! Sebahagia itukah orang miskin saat ditraktir air putih di restoran mewah? Menyedihkan sekali!”Calvin tidak segera menjawab. Ia menarik napas pelan, lalu berdehem santai sembari merapikan lengan bajunya dengan sikap tanpa beban. “Maksudku, kau pasti tahu jika Enigma Fusion memiliki produk air putih yang diburu banyak
Beberapa menit kemudian, Lany datang membawa sebotol anggur lengkap dengan gelas-gelas tulip. Langkahnya ringan, tetapi ekspresinya tetap penuh kehati-hatian, seakan berusaha tidak menarik perhatian lebih dari dua pria yang tengah beradu ego. Di belakangnya, Rose—rekannya—juga membawa sebotol anggur serupa dengan gerakan hati-hati, sesekali melirik situasi yang tampaknya semakin tegang.Calvin menutup matanya sesaat, menghirup aroma anggur yang memenuhi udara. Ujung bibirnya sedikit terangkat, membentuk senyum puas seolah menikmati setiap momen kecil ini. Ia mengambil gelas anggur dan mengamatinya dalam pencahayaan restoran sebelum berucap dengan nada santai."Domaine de la Romanée-Conti…" gumamnya, memutar gelas di tangannya, menikmati kilaunya. "Kalian punya koleksi yang luar biasa."Davis menyipitkan mata, menilai setiap gerakan Calvin dengan tatapan tajam. Di matanya, pria itu terlihat seolah sengaja ingin memamerkan wawasannya yang luas tentang wine berkualitas. Perasaan muak mer
Calvin terbatuk ringan, tapi ekspresinya tetap santai seolah hinaan Davis hanyalah angin lalu. Alih-alih merespons, ia malah mengangkat satu tangan, jarinya melengkung sedikit, memberi isyarat kepada pelayan restoran. Gerakannya tenang, percaya diri, seakan dialah yang berkuasa di tempat ini.Seorang pelayan dengan name tag bertuliskan ‘Lany’ segera menghampiri, wajahnya penuh rasa hormat."Beri kami wine terbaik, termahal, terlangka yang kalian punya," ujar Calvin, nadanya ringan namun mengandung ketegasan yang tak bisa dibantah.Lany menundukkan kepala sedikit. "Baik, Tuan. Mohon tunggu sebentar. Kami akan segera mengantarkan pesanan Anda."Calvin berdeham kecil, lalu menambahkan dengan nada malas, "Pastikan kau membawa yang terbaik. Dimengerti?"Lany kembali mengangguk, tapi sebelum ia sempat menjawab, sebuah dorongan kasar di pundaknya membuatnya sedikit terhuyung."Berhenti melayani pria itu!" bentak Davis Moore, suaranya tajam dan penuh kemarahan. "Aku yang membooking seluruh re
Saat Calvin Reed berlalu pergi, ponsel Davis Moore berdering dan pria itu segera mengangkat telepon tersebut.“Tentu saja! Mana mungkin aku membatalkan kencan pertamaku dengan Dahlia. Batalkan semua meeting siang ini karena aku sudah membuat reservasi ke Enigma Fusion Restaurant. Mengerti?!” ucap Davis membalas pertanyaan orang yang meneleponnya. Sepertinya dia sedang mendapat telepon dari sekretarisnya di kantor.Di saat yang sama, meski Calvin telah melangkah sedikit jauh, ia tetap mendengar dengan sangat jelas percakapan antara Davis Moore dengan sekretarisnya. Mengetahui jika istrinya akan diajak berkencan di Enigma Fusion Restaurant, Calvin berencana mencari tahu tentang restaurant tersebut untuk melakukan sesuatu.“Hey, Calvin Reed!”Di luar dugaan Calvin, Davis berteriak memanggilnya, membuat Calvin dengan enggan menoleh ke belakang sembari mengerutkan kening. “Calvin, nanti siang pukul satu jika kau berkenan datanglah ke Enigma Fusion! Kau pasti tak pernah makan enak di resto