Tobi begitu cemas. Setelah turun dari mobil, dia segera berjalan cepat menuju pintu kediaman Lianto.Saat ini, Kakek Muhar dan yang lainnya juga sudah menunggunya di depan pintu gerbang. Melihat Tobi sampai, wajah mereka langsung berubah, bagaikan bertemu dengan penyelamat. Mereka buru-buru memanggilnya dan berkata dengan nada cemas, "Tobi, akhirnya kamu sampai juga."Saat ini, mereka sudah melupakan rencana awal mereka.Tepat sebelum menerima telepon dari Gibson, mereka masih sibuk mendiskusikan cara menjebak Tobi agar Widia membencinya dan menceraikannya."Tobi, Widia itu istrimu, kamu harus menyelamatkannya." Ibunya Widia langsung mengingatkan Tobi sambil memasang ekspresi penuh harapan. Dia takut Tobi tidak mau pergi."Jangan khawatir, aku pasti akan berusaha semaksimal mungkin."Tobi tidak menghiraukan ibunya Widia lagi dan langsung bertanya kepada Kakek Muhar, "Kakek Muhar, beri tahu aku kejadian spesifiknya."Kakek Muhar juga tidak berpikir panjang lagi. Dia segera menceritakan
Saat Gibson mendengar nama baru, dia sudah hampir marah, apalagi kalimat selanjutnya yang mengatakan suaminya Widia. Dia langsung berkata dengan nada dingin, "Siapa kamu? Memangnya kamu pantas berbicara denganku? Biarlah Muhar yang berbicara denganku.""Maaf, nggak bisa!""Karena mulai sekarang, akulah yang akan mewakili Kakek Muhar berbicara kepadamu." Tobi berkata dengan nada dingin, "Tapi kalau kamu nggak menginginkan uang, kamu juga bisa mengabaikanku."Gibson tampak emosi dan langsung berkata dengan suara keras, "Kamu mengancamku? Muhar, bicaralah! Apa kamu sungguh nggak menginginkan nyawa cucumu lagi?"Dahi Kakek Muhar penuh dengan keringat dingin. Dia bersiap-siap untuk mengangkat telepon kembali agar bisa mencairkan suasana yang sudah memanas itu.Namun, Tobi sekali lagi memperingatkannya dengan dingin, "Kamu nggak perlu memanggilnya. Mulai sekarang, dia nggak akan menghiraukanmu. Kalau kamu punya sesuatu, katakan saja kepadaku.""Oh ya, aku akan peringatkan kamu sebelumnya, ka
"Nggak masalah, tapi kami harus menemuimu di mana?" Inilah jawaban yang paling dinanti Tobi. Jika dia bisa mengetahui lokasi penculik itu lebih dulu, dia mungkin bisa membuat banyak pengaturan.Sayangnya, Gibson juga tidak sebodoh itu. Dia hanya menjawab, "Ikuti saja instruksiku pelan-pelan. Saat itu, kalian pasti akan menemukan lokasinya.""Tapi ingat, aku nggak ingin melihat ada orang ketiga yang muncul selain kalian, sekalipun hanya mengikuti dari belakang.""Kalau terjadi hal seperti itu, aku pasti akan membatalkan semua ini. Pak Muhar seharusnya tahu cara kerjaku yang sangat kejam. Aku juga selalu menepati janjiku.""Nggak masalah. Tenang saja, nggak akan ada orang ketiga yang mengikuti kami," kata Tobi. Tampaknya, mereka sudah memiliki persiapan, jadi sebaiknya lupakan saja. Lagi pula, Tobi sendiri juga bisa menaklukkan mereka.Jika dia bisa menggunakan energi sejatinya, tentunya tidak membutuhkan bantuan orang lain. Namun, kini tubuhnya terus-menerus menerima pukulan keras, yang
Meski ekspresi Widia tampak kusut, Gibson diam-diam menghela napas. Dia merasa wanita ini sangatlah cantik.Bisa-bisanya ada wanita yang begitu cantik dan sempurna di dunia ini?Dia benar-benar tergoda."Cantik sekali!" Gibson melangkah maju, membungkuk, lalu mengambil sumpalan kain hitam dari mulutnya."A ... apa yang ingin kamu lakukan!"Widia ketakutan, dia refleks mundur beberapa langkah. Wajahnya terlihat pucat pasi, terutama saat menyadari sorot mata Gibson yang menatapnya penuh hasrat. Dia sudah ketakutan setengah mati.Widia lebih memilih mati daripada disentuh oleh pria seperti itu.Hanya ada satu pria yang bisa menyentuh tubuhnya, yaitu suaminya, Tobi.Dia sudah pernah mencoba untuk berteriak minta tolong sebelumnya, tetapi tempat ini mungkin tempat terpencil, tidak ada orang yang lewat sama sekali, jadi tidak ada gunanya.Yang ada di benaknya saat ini hanyalah Tobi. Andai Tobi ada di sini, pria itu pasti akan menyelamatkan dirinya, apalagi seni bela dirinya begitu bagus.Han
Mendengar percakapan keduanya, Widia makin putus asa. Tampaknya, mereka tidak berniat melepaskannya.Apalagi, saat teringat akan betapa hebatnya kemampuan mereka, yang gerakannya begitu gesit dan hampir menyerupai hantu. Belum lagi, dia sudah jatuh di tangan mereka sekarang. Meski dia tidak dijadikan sandera, mungkin Tobi juga tidak bisa mengalahkan mereka,Dia sudah melihat Mirza mengambil tindakan sebelumnya, bahkan jauh lebih hebat dibandingkan dengan yang biasa dia lihat di televisi. Gerakan tubuhnya begitu gesit, seperti sedang berteleportasi. Hanya mengandalkan kakeknya sendirian, mana mungkin beliau bisa menyelamatkannya.Sekalipun Tobi datang, dia rasa juga tidak ada gunanya.Melihat sorot mata Widia yang ketakutan, Mirza berjalan mendekatinya. Dia memperlihatkan senyum sinis sambil berkata dengan kejam, "Nona, saat kakekmu datang nanti, sebaiknya kamu bekerja sama dengan baik. Kalau nggak, aku pasti akan membiarkanmu menerima hukuman paling kejam.""Cuih!"Awalnya, saat meliha
Mereka tidak berada di dalam hutan belantara. Ini hanya sebuah pabrik bekas yang sudah tidak berproduksi lagi. Di dalamnya sangatlah besar, apalagi tidak ada orang yang melewati tempat ini, jadi mereka akan sulit untuk ditemukan.Setelah turun dari mobil, Kakek Muhar segera melepaskan kain hitam yang menutupi matanya. Setelah itu, dia mulai mengamati situasi di dalam dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat itu.Dia terlihat gugup dan langsung bertanya, "Mana orangnya? Di mana cucuku? Kenapa Gibson nggak ada di sini?""Jangan panik. Bukankah aku sudah datang?"Di saat itu juga, Gibson keluar sambil memperlihatkan senyum sinis. Dia tampak menggendong seseorang dengan satu tangannya. Meski satu tangan menopang seseorang, dia masih tampak santai saja.Meski dijadikan sebagai sandera, mereka juga tidak menodongkan pisau ke leher Widia. Mereka terlalu meremehkan Kakek Muhar dan Tobi. Sekalipun memberi kesempatan kepada lawan, Kakek Muhar dan Tobi juga tidak akan bisa menaklukkan me
Melihat lawan begitu kooperatif, bahkan melepaskan Widia lebih dulu, kemudian meminta uang kepadanya, Kakek Muhar pun tidak ragu-ragu lagi. Dia bersiap untuk mentransfer uang kepada mereka.Lantaran Kakek Muhar begitu tanggap, Mirza langsung memasang ekspresi puas di wajahnya. Meski dia punya uang, satu triliun juga termasuk jumlah yang besar baginya.Apalagi, dia bisa mendapatkan wanita cantik ini. Andai kakak pertamanya puas, bukankah dia sudah termasuk berjasa besar? Kelak, dia pasti akan memiliki masa depan yang gemilang.Namun, di saat ini, Tobi tiba-tiba berkata, "Tunggu sebentar!"Kakek Muhar agak kaget, tetapi dia juga menghentikan gerakannya.Wajah Mirza berubah gelap, lalu berkata dengan nada gusar, "Bocah, sesuai perjanjian, aku sudah menyerahkan gadis itu. Sekarang, kamu mau curang?""Bukannya aku curang, tapi apa kamu masih ingat apa yang kukatakan saat di telepon tadi?" Tobi memasang ekspresi acuh tak acuh, bahkan ada niat membunuh yang begitu jelas di sorot matanya.Saat
Hanya saja, itu akan sedikit merepotkan saja.Ekspresi Kakek Muhar berubah drastis. Dia langsung berkata dengan geram, "Aku bisa memberi kalian uang, tapi mengapa kalian harus melakukan hal seperti ini?""Huh! Tentu saja karena cucumu cantik sekali. Kami semua tertarik kepadanya."Mirza juga tidak ingin berbasa-basi lagi. Dia langsung memberi perintah, "Gibson, cepat habisi bocah itu! Yang tua biarkan dia hidup dulu!"Lagi pula, masalah sudah menjadi seperti ini. Dia juga tidak perlu omong kosong di sini lagi. Ketika Gibson mendengar perintah itu, dia langsung menjilat bibirnya dan berkata dengan kejam, "Nak, kamu sendiri yang cari mati.""Oh ya, asal kamu tahu, akulah yang menampar wanita di sampingmu itu. Selain itu, tahukah kamu mengapa pakaiannya berantakan? Itu juga karena aku ingin bermain-main dengannya secara paksa."Begitu mendengar kata-kata itu, suhu di sekitar Tobi mendadak menjadi dingin. Awalnya, Tobi masih ingin meningkatkan kekuatannya secara perlahan untuk menghadapi M