Dia langsung mengatakan dia tidak punya solusi untuk membantunya, bahkan menolak untuk menjadi pendamai.Jangan bercanda. Siapa yang berani memohon pengampunan setelah mereka membuat Cakra terluka parah? Apa dia cari masalah sendiri?Tania juga tidak ingin Widia berkorban begitu banyak demi Tobi, jadi dia pun membujuknya, "Widia, aku tahu Tobi itu suamimu, tapi yang kamu lakukan sudah begitu banyak dan kamu sudah berusaha sebaik mungkin.""Serahkan sisanya pada nasib saja."Tania juga ingin melihat, tanpa bantuan Widia, apa Tobi bisa terhindar dari masalah itu. Jika kali ini aman, berarti tebakannya benar.Saat itu, dia harus memikirkan cara agar mengubah kesan Tobi terhadap dirinya.Tania memang sering mengejeknya dan mengatakan hal tidak menyenangkan sebelumnya. Mungkin saat ini dia berada di urutan teratas dalam daftar hitam Tobi.Dia sangat menyesal dan merasa ingin mati. Mengapa dia selalu sibuk menceramahi Tobi dan menyerangnya terus-terusan?"Nggak bisa. Masalah ini terjadi gara
Plak!Terdengar suara tamparan yang begitu keras!Widia tidak menyangka ibunya Cakra begitu sombong dan galak, jadi dia tidak sempat bereaksi. Akibatnya, bekas tamparan itu tampak jelas di wajahnya.Sejak kecil hingga dewasa, dia selalu disayang oleh kedua orang tuanya.Dia belum pernah diperlakukan seperti itu. Sudut matanya tampak berkedut.Tania juga tidak tega melihatnya, tetapi saat dia teringat Widia telah merebut Tobi, dia pun menahan kata-katanya.Widia berusaha bersabar dan tetap tenang, lalu berkata dengan suara datar, "Nyonya Saskia, ini semua kesalahan kami. Aku benar-benar minta maaf.""Kamu pikir dengan minta maaf, masalah ini akan selesai? Kenapa kamu nggak mati saja?"Sembari Nyonya Saskia meluapkan emosinya, tangannya kembali menampar Widia di tempat yang sama lagi.Kali ini, sebenarnya Widia bisa menghindar.Namun, dia bersabar dan menerima tamparan itu. Sekali lagi, wajahnya merasakan sakit yang membakar itu.Setelah menjadi direktur dalam beberapa tahun ini, dia tel
Raut wajah Widia terlihat buruk, tetapi dia tidak berani menjawab dan hanya ingin cepat-cepat keluar dari sana. Karena dia menyadari wanita itu jauh lebih sombong dan tidak masuk akal dibandingkan putranya.Melihat Widia pergi, Cakra tampak kesal dan berkata, "Bu, lihat, mereka sama sekali menganggap remeh keluarga kita.""Aku sudah tahu. Tenang saja. Aku nggak hanya membuat pria yang memukulmu itu berlutut di depanmu dan memohon ampun, tapi aku juga akan membiarkan dia tersiksa sampai mati.""Wanita ini, aku janji akan membuatnya dengan patuh merangkak ke tempat tidurmu. Mengenai keluarganya, kamu bisa mengurusnya sendiri.""Ya!"Cakra tampak bersemangat.Bocah, beraninya kamu memukulku. Nanti, aku akan membiarkan kamu melihat bagaimana aku mempermainkan istrimu.Dia masih belum sadar kalau mimpi buruknya akan segera datang.Setelah meninggalkan rumah sakit, Tania tersenyum pahit dan berkata, "Widia, rasanya kamu bukan hanya nggak menyelesaikan masalah, tapi malah makin menambah masal
"Apa yang terjadi?" tanya Tobi."Bos Wahyu dari Grup Hutama sudah menyebarkan berita ingin mengeksekusimu. Untuk menyelamatkanmu, Nona Widia pun pergi mencari Bos Wahyu sendirian.""Apa!""Apa dia bodoh!"Setelah Tobi mendengar ini, ekspresinya tiba-tiba menjadi gelap. Apa Widia tak tahu Bos Wahyu itu orang seperti apa? Apa yang akan terjadi jika dia datang sendirian ke rumahnya?Dia tidak menyangka Widia akan mengambil risiko sebesar itu untuknya."Begitulah kejadiannya, tapi jangan khawatir, orang-orangku di sana akan mengawasinya lebih dekat. Selain itu, dia juga pergi ke rumah sakit dan berakhir ditampar," ujar Damar sambil tersenyum pahit."Apa!"Tobi tiba-tiba marah dan berteriak, "Kirimkan alamatnya ke sini!""Oke. Oh ya, masih ada video di rumah sakit, aku akan mengirimkannya padamu juga!"Damar cepat-cepat mengirimkan alamatnya.Kemudian, dia mengirimkan sebuah video.Begitu menutup telepon, Tobi langsung berlari ke garasi dan menyalakan mobil.Damar sengaja meninggalkan mobil
Widia kaget sekaligus marah mendengarnya. Lagi-lagi seperti ini. Ayah dan anak ini memang kompak, bahkan mempunyai niat yang sama kepadanya.Akhirnya, dia mengerti mengapa sifat Cakra begitu parah. Semuanya karena dipengaruhi oleh faktor keturunan, ditambah lagi dia punya ibu seperti itu.Namun, Wahyu malah bisa menjadi penguasa tinggi. Lucu sekali."Bos Wahyu, dengan status Anda saat ini, Anda bisa memiliki semua wanita yang Anda inginkan. Kenapa repot-repot ....""Cukup! Sepertinya kamu nggak sudi, 'kan?""Kalau begitu, nggak perlu dibahas lagi," ucap Bos Wahyu dengan dingin.Widia tiba-tiba merasakan bahaya di sini. Dilihat dari sikap Wahyu, dia tidak perlu melanjutkan pembicaraan ini lagi. Jadi, dia pun segera bangkit dan berjalan keluar dengan cepat.Namun, detik berikutnya, Bos Wahyu langsung memanggilnya, "Berhenti!Widia terpaksa menghentikan langkahnya. Dia mulai panik dan merasa ada yang tidak beres."Nona Widia, kamu pikir ini taman rumahmu? Kamu bebas datang dan pergi sesuk
Melihat tubuh seksi Tania, wajah Bos Wahyu tampak penuh nafsu dan berkata, "Bagus, ada wanita cantik lagi. Sudah lama aku nggak menikmati dilayani dua wanita bersamaan."Wajah Widia makin putus asa. Terutama saat melihat Bos Wahyu, dia makin marah.Dia benar-benar tidak menyangka Bos Wahyu yang memiliki status tinggi itu adalah orang yang tak tahu batas diri.Biasanya, mereka yang bisa mencapai posisi setinggi itu adalah orang-orang yang luar biasa.Siapa sangka, kelakuan Bos Wahyu ini sama seperti preman kecil."Kamu mau mulai sendiri atau mau aku yang ke sana?" tanya Bos Wahyu sambil berjalan mendekati Widia."Jangan harap!"Widia refleks mundur beberapa langkah karena takut. "Meski harus mati, aku nggak akan membiarkanmu mendapatkan apa yang kamu inginkan," seru Widia dengan putus asa."Mati?"Bos Wahyu tampak menyeringai, "Percaya nggak? Meski kamu mati, aku juga nggak akan melepaskan tubuhmu.""Kamu, kamu bukan manusia!""Kamu benar, aku memang bukan manusia! Bukan hanya nggak aka
Padahal Widia tidak pernah memperlakukan Tobi dengan baik. Dia malah sering salah paham dan menegurnya, tapi entah kenapa, Tobi tidak pernah menyalahkannya.Sebagai seorang istri, dia melakukan hal seperti itu, bukankah seharusnya dia disalahkan?Tobi menoleh untuk melihat Bos Wahyu. Ekspresi lembut di wajahnya itu menghilang seketika dan digantikan oleh tatapan dingin.Melihat kondisi Widia, jika dia tidak datang tepat waktu, kemungkinan dia akan ternodai.Bos Wahyu juga terlihat marah besar. Selama bertahun-tahun ini, tidak ada seorang pun yang berani mengabaikannya."Bos Wahyu, 'kan? Kenalkan, namaku Tobi Yudistira." Nada suara Tobi tampak datar, tetapi niat membunuh dalam matanya itu tidak bisa disembunyikan sama sekali."Kamu Tobi? Pria yang telah membuat putraku terluka parah? Baik, padahal aku masih belum mencarimu, tapi kamu sudah datang sendiri ke sini.""Hari ini, jangan harap kamu bisa keluar dari sini hidup-hidup."Bos Wahyu tidak takut padanya dan tatapan matanya begitu ta
Tobi mengambil tongkat besi dan mengayunkannya ke arah lawan secara berulang kali dengan santai. Seketika terdengar erangan kesakitan diiringi dengan tubuh mereka terpental ke belakang dan berguling-guling di tanah.Ada hal yang lebih menakutkan lagi. Saat dia memukul lawan, dia tidak perlu menatapnya sama sekali. Matanya hanya fokus pada wajah Bos Wahyu yang berada di depan itu.Semua orang mulai merasa bergidik. Tanpa sadar, langkah mereka mundur.Jangankan mereka, bahkan Tania dan Widia yang pernah melihat Tobi bertindak sebelumnya pun terpaku di tempat.Mereka tahu seni bela diri Tobi patut diacungi jempol, tetapi setiap kali dia turun tangan, serangannya jauh melebihi bayangan mereka.Tobi mengaitkan jarinya dan berkata dengan tenang, "Ayo, lanjut lagi!""Ayo semuanya, serang dia! Siapa yang bisa memukulnya akan kuberi 200 juta. Kalau ada yang bisa menghajarnya dengan keras, akan kuberi dua miliar. Yang bisa mengalahkannya, aku akan memberinya 20 miliar!" jerit Bos Wahyu dengan su