"Jangan khawatir, Bibi, aku pasti akan menjaganya. Aku hanya khawatir kamu akan berubah pikiran." Tobi teringat dengan apa yang dikatakan Widia tadi malam. Andai mereka tahu kebenarannya, entah reaksi seperti apa yang akan mereka berikan."Mana mungkin. Kamu lupa? Bukannya aku sudah bersumpah kemarin?""Benar juga. Sumpah seperti ini nggak bisa dianggap main-main. Bagaimana kalau menjadi kenyataan?" kata Tobi sambil tersenyum.Mendengar kata-kata itu, ibunya Widia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Namun, mungkin itu karena dirinya selalu bersikap kasar kepada Tobi sebelumnya, jadi wajar saja sekarang dia balas menyerangnya.Jadi, ibunya Widia hanya bisa menahan diri. Dia buru-buru menyuruh Tobi duduk untuk menikmati hidangan mewah.Tak lama kemudian, Widia juga keluar dari kamar.Melihat keluarganya yang begitu perhatian kepada Tobi, dia diam-diam menahan senyum pahit.Dia hanya berharap keluarganya tidak begitu cepat mengetahui identitas palsu Tobi.Setelah menyelesaikan sarapan, m
Bukankah markas besar Sekte Suganda berada di sana? Apa yang ingin dilakukan bocah itu? Jangan-jangan dia ingin menyerang markas besar Sekte Suganda?Tidak mungkin!Tidak masuk akal sekali.Namun, tak peduli apa yang direncanakan bocah ini, berdasarkan alamat, pelat mobil dan tujuannya, mereka bisa dengan mudah melacak lokasinya.Dia hanya khawatir bocah ini sedang menipunya.Namun, rekan yang bersamanya mengatakan Tobi pasti tidak berbohong. Jadi rekan itu segera mengantar Bahri untuk mengejar Tobi.Tobi juga tidak bermaksud mempersulit Bahri. Bagaimanapun, dia sudah jauh-jauh datang ke sini, apalagi jaraknya tidak dekat. Terlebih lagi, dia termasuk ahli bela diri yang hebat.Namun, dia ingin menghemat waktu.Dia berencana untuk menyelesaikan Sekte Suganda hari ini dan berusaha secepat mungkin kembali ke kediaman Lianto dan menemani istrinya.Biasanya, Tobi akan mengemudi dengan cepat. Namun, untuk mengejar Tobi, Bahri bahkan menyuruh rekannya untuk mengemudi dengan kecepatan tinggi d
"Omong kosong!"Bahri tidak terima dihina seperti itu, apalagi kekuatannya dipertanyakan oleh seorang bocah? Sebenarnya, dia sudah mengamati dengan cermat situasi di sekitar sana. Memang tidak ada penyergapan, tetapi kalau itu kenyataannya, mengapa bocah ini masih begitu tenang?Ya sudah, buat apa peduli begitu banyak? Bisa-bisanya dia diperdaya oleh bajingan ini. Dia langsung berkata, "Tak perlu omong kosong lagi. Beraninya mempermalukan Sekte Suganda kami, kamu pasti akan mati hari ini."Begitu selesai berbicara, dia langsung meluncur ke depan dengan gesit. Dalam sekejap, dia telah muncul tepat di hadapan Tobi dan bersiap-siap mendaratkan pukulan dengan telapak tangannya.Dalam serangan ini, dia hanya menggunakan 20 hingga 30 persen kekuatannya.Dia sengaja melakukan itu untuk menguji kekuatan Tobi lebih dulu. Dia tidak percaya, mana mungkin kekuatan anak semuda itu telah mencapai tingkat Guru Besar?Tobi mengangkat bahu tak berdaya. Dia melambaikan tangannya dan bergegas maju ke dep
Bahri terlihat emosi. Bocah ini mengira dia bisa menahan serangannya. Dia tersenyum sinis, "Bocah, kamu sungguh cari mati. Baiklah, akan kutunjukkan kekuatanku yang sebenarnya."Selesai berbicara, tubuhnya langsung melayang ke udara. Ada enam pisau gelap yang mendadak muncul di depannya. Masing-masing pisau itu memancarkan energi yang menakutkan.Dia kemudian merentangkan tangannya. Seketika, kekuatannya langsung meledak.Enam pisau itu meluncur dengan kecepatan tinggi, membawa kekuatan yang begitu dahsyat,Setidaknya serangannya kali ini dua kali lebih kuat dari serangan sebelumnya.Ada sedikit kilatan keterkejutan di mata Tobi. Benar saja, Bahri memang sangat hebat. Andai dia belum berhasil mencapai tingkat puncak Guru Besar, kemungkinan besar dia tidak akan bisa menghadapi lawan dengan tenang.Tobi kemudian melambaikan tangan kanannya. Kekuatan dahsyat langsung menyelimuti tangannya. Beberapa gelombang kekuatan dari telapak tangannya langsung meluncur dan tepat mengenai pisau-pisau
Beraninya dia mengatakan kekuatan ahli bela diri Guru Besar tingkat akhir sepertinya terlalu lemah?Apa itu masuk akal?Andai orang lain yang mendengar kekuatan ahli bela diri Guru Besar tingkat akhir dinilai terlalu lemah, mereka pasti akan kebingungan seperti yang dirasakan Bahri sekarang."Benar, itu semua karena kekuatanmu terlalu lemah."Tobi menegaskan dan kembali menambahkan, "Andai teknik ini digunakan oleh tetua utama Keluarga Suganda, mungkin akan menjadi sedikit ancaman bagiku.""Arogan sekali! Kamu pikir hanya karena berhasil memblokir teknik ini, kamu sudah menjadi tak terkalahkan?""Tahukah kamu betapa menakutkan tetua utama dari Sekte Suganda kami? Bahkan saat berhadapan dengan tetua utama lami, aku hanya bisa mengeluarkan paling banyak belasan hingga dua puluh gerakan saja. Kamu sadar sudah berapa lama kamu menghadapiku barusan?" balas Bahri dengan kesal."Huft!"Tobi menghela napas tak berdaya dan berkata, "Pak Tua, kamu kira pikir kamu bisa bertarung denganku begitu l
Ekspresi Bahri terlihat kusut. Dia masih sangat terkejut."Se ... sebenarnya berapa usiamu?"Tobi tertegun sejenak. Dia mengira tetua itu akan menanyakan tingkat kekuatannya. Tak disangka, dia malah menanyakan usianya. Tobi tersenyum dan berkata, "Dua puluh enam, kenapa?""Nggak mungkin!"Respons Bahri wajar-wajar saja. Dia kemudian paham lawan begitu kuat, mana mungkin dia akan membodohi dirinya. "Mengapa kamu nggak membunuhku?""Kenapa harus membunuhmu?" tanya Tobi balik."Karena aku datang ke sini untuk membunuhmu. Sekalipun kamu membunuhku, aku juga menerimanya." Bahri sudah bersiap-siap untuk mati."Kamu nggak berkemampuan makanya nggak bisa membunuhku, tapi ada dua alasan mengapa aku nggak membunuhmu.""Pertama, terus terang saja, meski aku dan Keluarga Suganda berselisih saat ini, kami juga nggak punya dendam, jadi kami nggak perlu berperang dengan mempertaruhkan hidup mati.""Kedua, tingkat kultivasimu sudah termasuk tinggi, apalagi Guru Besar sudah jarang ditemukan di Harlanda
Wajah Bahri berubah pucat. Dia kembali bertanya, "Bolehkah aku menelepon Keluarga Suganda?""Tentu saja!"Tapi kamu harus menerima tawaran yang barusan kukatakan. Selain itu, mulai sekarang, kamu nggak boleh mencampuri urusan Keluarga Suganda lagi. Kamu harus fokus menjadi rekan latihan bawahanku. Kamu juga nggak boleh memberi tahu orang lain mengenai masalah ini.""Nggak masalah, akan kuturuti perkataanmu," ucap Bahri dengan cepat."Oke, nanti kamu telepon nomor ini saja. Oh ya, namanya Pandu.""Aku pergi dulu. Kuharap saat tiba di Sekte Suganda nanti, aku nggak disambut dengan senjata, melainkan dengan makanan dan anggur."Hanya bergerak sedikit, Tobi kini telah duduk di dalam mobil. Dia langsung menyalakan mesin dan meluncur ke Silinos.Tanpa perlu berpikir panjang lagi, Bahri segera menelepon Rama, kepala Keluarga Suganda. Setelah beberapa saat, barulah Rama mengangkat telepon."Tetua Bahri, bagaimana situasinya? Apa sudah selesai? Oh ya, kamu nggak membunuhnya, 'kan?" tanya Rama.
"Lantaran Tetua sudah bilang begitu, Evan nggak perlu khawatir lagi.""Ingat, suruh Evan serap Energi Sembilan Bulan milik Jessi secepat mungkin agar dia bisa menerobos Alam Guru Besar. Jangan ditunda terlalu lama lagi daripada nanti terjadi hal yang nggak diinginkan.""Baik!""Kalau begitu, kembalilah. Aku masih harus melanjutkan kultivasiku.""Ya!"Dengan adanya jaminan tetua utama, Rama terlihat senang sekaligus lega. Apalagi membayangkan putranya akan menerobos Alam Guru Besar, bahkan kelak mungkin akan melampaui kekuatan tetua utama.Jelas sekali, mereka sama sekali tidak mengindahkan kata-kata Bahri.Beberapa jam kemudian, Tobi telah sampai di sekitar kediaman Suganda. Hanya melihat gerbang dari kejauhan, kediamannya tampak begitu megah.Patung-patung yang sangat indah nan megah, area di dalamnya bahkan lebih besarFasilitasnya beragam dan sangat lengkap.Bisa dikatakan, Sekte Suganda juga tidak kalah jauh dari Sekte Naga. Bahkan ahli bela diri mereka juga bisa dibandingkan denga