Joni tampak pucat pasi. Dia segera menghampiri Cakra dan memeriksanya, lalu memanggilnya dengan pelan, "Kak Cakra, Kak Cakra ...."Cakra masih bernapas, tetapi mungkin mengalami luka dalam. Dia segera berkata, "Cepat panggil ambulans."Dengan gesit, pengawalnya langsung memanggil ambulans.Joni melayangkan pandangannya ke arah Tobi. Diam-diam dia merasa senang.Bocah ini pasti mati kali ini.Dia berharap masalah ini tidak melibatkan mereka. Meski, kejadian ini muncul gara-gara dia.Mungkin Kak Cakra tidak akan menyalahkan Joni sekarang karena tadi dia telah membantunya.Gawat!Berakhir sudah!Wajah Widia kini sudah pucat pasi dan tampak terkulai lemas di kursi.Sebelumnya, masalah seperti ini juga telah terjadi berulang kali.Namun, kali ini berbeda, konsekuensinya terlalu berbahaya.Hanya Tobi sendiri yang masih kelihatan tenang, seolah-olah dia tidak melakukan apa pun. Dia bahkan mengeluarkan ponselnya dan membalas pesan dengan santai.Sementara itu, Hendro dan yang lainnya telah men
"Apalagi, ahli bela diri mereka masih belum turun tangan. Apa ilmu bela dirimu bisa dibandingkan dengan ahli bela diri veteran seperti mereka?"Inilah yang dikhawatirkan Widia. Dia beruntung pernah melihat ahli bela diri dari Geng Naga Hitam mengambil tindakan. Mereka mampu membelah batu besar dengan tangan mereka.Menakutkan sekali, bahkan sepuluh kali lebih hebat dari Tobi saat ini.Semua orang mengangguk, tanda setuju dengan ucapan Widia.Namun, Joni tidak setuju dengan ucapan Widia dan berkata, "Tobi, kamu memang bisa kabur, tapi bagaimana dengan Widia? Keluarga Lianto pasti akan terjerumus dalam masalah besar. Terus, kami semua juga mungkin akan terlibat masalah gara-gara kamu.""Benar, benar, Tobi nggak boleh pergi. Kalau dia pergi, kita bagaimana?" seru Tania sambil membela Joni.Widia mengernyit dan berkata, "Grup Hutama memang sangat kuat, tapi kalian juga harus berpikir logis. Singkatnya, masalah ini nggak akan ada hubungannya sama kalian dan nggak berdampak buruk.""Kalau me
Awalnya, Tania mengira itu hanya karangan Tobi semata dan tidak terlalu ambil pusing dengan ucapan itu.Namun, saat ini dia merasa pikirannya berkecamuk."Widia, aku turun sebentar."Setelah pamit kepada Widia, Tania segera berlari ke bawah dengan cepat. Dia ingin bertanya apa Pak Hendro benar-benar kenal dengan Tobi?Widia terpaku sejenak. Dia mengira Tania ingin mencari Tobi.Namun, sebelum dia menghentikannya, Tania sudah turun ke bawah. Terserahlah, lagian Tania juga tidak mungkin bisa menahan Tobi.Langkah Tania sangat cepat. Tak lama kemudian, dia telah sampai di depan pintu.Dia melihat sekelilingnya untuk mencari sosok Pak Hendro.Tiba-tiba, hatinya terguncang. Matanya tertuju pada satu arah dan dia tampak mematung.Di depannya tampak Pak Damar, Pak Hendro dan Tobi sedang mengobrol bersama.Yang paling mengejutkannya adalah mereka berdua terlihat begitu sopan kepada Tobi. Pak Damar bahkan membuka pintu belakang dan mempersilakan Tobi masuk ke mobil terlebih dahulu.Perlakuan in
Dia langsung mengatakan dia tidak punya solusi untuk membantunya, bahkan menolak untuk menjadi pendamai.Jangan bercanda. Siapa yang berani memohon pengampunan setelah mereka membuat Cakra terluka parah? Apa dia cari masalah sendiri?Tania juga tidak ingin Widia berkorban begitu banyak demi Tobi, jadi dia pun membujuknya, "Widia, aku tahu Tobi itu suamimu, tapi yang kamu lakukan sudah begitu banyak dan kamu sudah berusaha sebaik mungkin.""Serahkan sisanya pada nasib saja."Tania juga ingin melihat, tanpa bantuan Widia, apa Tobi bisa terhindar dari masalah itu. Jika kali ini aman, berarti tebakannya benar.Saat itu, dia harus memikirkan cara agar mengubah kesan Tobi terhadap dirinya.Tania memang sering mengejeknya dan mengatakan hal tidak menyenangkan sebelumnya. Mungkin saat ini dia berada di urutan teratas dalam daftar hitam Tobi.Dia sangat menyesal dan merasa ingin mati. Mengapa dia selalu sibuk menceramahi Tobi dan menyerangnya terus-terusan?"Nggak bisa. Masalah ini terjadi gara
Plak!Terdengar suara tamparan yang begitu keras!Widia tidak menyangka ibunya Cakra begitu sombong dan galak, jadi dia tidak sempat bereaksi. Akibatnya, bekas tamparan itu tampak jelas di wajahnya.Sejak kecil hingga dewasa, dia selalu disayang oleh kedua orang tuanya.Dia belum pernah diperlakukan seperti itu. Sudut matanya tampak berkedut.Tania juga tidak tega melihatnya, tetapi saat dia teringat Widia telah merebut Tobi, dia pun menahan kata-katanya.Widia berusaha bersabar dan tetap tenang, lalu berkata dengan suara datar, "Nyonya Saskia, ini semua kesalahan kami. Aku benar-benar minta maaf.""Kamu pikir dengan minta maaf, masalah ini akan selesai? Kenapa kamu nggak mati saja?"Sembari Nyonya Saskia meluapkan emosinya, tangannya kembali menampar Widia di tempat yang sama lagi.Kali ini, sebenarnya Widia bisa menghindar.Namun, dia bersabar dan menerima tamparan itu. Sekali lagi, wajahnya merasakan sakit yang membakar itu.Setelah menjadi direktur dalam beberapa tahun ini, dia tel
Raut wajah Widia terlihat buruk, tetapi dia tidak berani menjawab dan hanya ingin cepat-cepat keluar dari sana. Karena dia menyadari wanita itu jauh lebih sombong dan tidak masuk akal dibandingkan putranya.Melihat Widia pergi, Cakra tampak kesal dan berkata, "Bu, lihat, mereka sama sekali menganggap remeh keluarga kita.""Aku sudah tahu. Tenang saja. Aku nggak hanya membuat pria yang memukulmu itu berlutut di depanmu dan memohon ampun, tapi aku juga akan membiarkan dia tersiksa sampai mati.""Wanita ini, aku janji akan membuatnya dengan patuh merangkak ke tempat tidurmu. Mengenai keluarganya, kamu bisa mengurusnya sendiri.""Ya!"Cakra tampak bersemangat.Bocah, beraninya kamu memukulku. Nanti, aku akan membiarkan kamu melihat bagaimana aku mempermainkan istrimu.Dia masih belum sadar kalau mimpi buruknya akan segera datang.Setelah meninggalkan rumah sakit, Tania tersenyum pahit dan berkata, "Widia, rasanya kamu bukan hanya nggak menyelesaikan masalah, tapi malah makin menambah masal
"Apa yang terjadi?" tanya Tobi."Bos Wahyu dari Grup Hutama sudah menyebarkan berita ingin mengeksekusimu. Untuk menyelamatkanmu, Nona Widia pun pergi mencari Bos Wahyu sendirian.""Apa!""Apa dia bodoh!"Setelah Tobi mendengar ini, ekspresinya tiba-tiba menjadi gelap. Apa Widia tak tahu Bos Wahyu itu orang seperti apa? Apa yang akan terjadi jika dia datang sendirian ke rumahnya?Dia tidak menyangka Widia akan mengambil risiko sebesar itu untuknya."Begitulah kejadiannya, tapi jangan khawatir, orang-orangku di sana akan mengawasinya lebih dekat. Selain itu, dia juga pergi ke rumah sakit dan berakhir ditampar," ujar Damar sambil tersenyum pahit."Apa!"Tobi tiba-tiba marah dan berteriak, "Kirimkan alamatnya ke sini!""Oke. Oh ya, masih ada video di rumah sakit, aku akan mengirimkannya padamu juga!"Damar cepat-cepat mengirimkan alamatnya.Kemudian, dia mengirimkan sebuah video.Begitu menutup telepon, Tobi langsung berlari ke garasi dan menyalakan mobil.Damar sengaja meninggalkan mobil
Widia kaget sekaligus marah mendengarnya. Lagi-lagi seperti ini. Ayah dan anak ini memang kompak, bahkan mempunyai niat yang sama kepadanya.Akhirnya, dia mengerti mengapa sifat Cakra begitu parah. Semuanya karena dipengaruhi oleh faktor keturunan, ditambah lagi dia punya ibu seperti itu.Namun, Wahyu malah bisa menjadi penguasa tinggi. Lucu sekali."Bos Wahyu, dengan status Anda saat ini, Anda bisa memiliki semua wanita yang Anda inginkan. Kenapa repot-repot ....""Cukup! Sepertinya kamu nggak sudi, 'kan?""Kalau begitu, nggak perlu dibahas lagi," ucap Bos Wahyu dengan dingin.Widia tiba-tiba merasakan bahaya di sini. Dilihat dari sikap Wahyu, dia tidak perlu melanjutkan pembicaraan ini lagi. Jadi, dia pun segera bangkit dan berjalan keluar dengan cepat.Namun, detik berikutnya, Bos Wahyu langsung memanggilnya, "Berhenti!Widia terpaksa menghentikan langkahnya. Dia mulai panik dan merasa ada yang tidak beres."Nona Widia, kamu pikir ini taman rumahmu? Kamu bebas datang dan pergi sesuk
"...."Semua orang tampak marah. Begitu pula dengan Jensen. Namun, dia tahu pengaruh besar Bos Zafran di Cewadi. Berdasarkan kekuatan Bos Zafran, jika dia berani mengambil tindakan, Keluarga Ravindra pasti akan hancur.Hanya saja, dia benar-benar tidak mengerti. Kapan Keluarga Ravindra memprovokasi Raja Naga itu?Keluarga Ravindra juga bukannya tidak tahu diri, jadi mana mungkin mereka bisa memprovokasi orang hebat seperti itu?Tepat di saat ini, ponsel Kamran berdering. Saat menyadari itu panggilan dari Pak Haryo, dia segera berdiri dan menyapa dengan hormat, "Pak Haryo!""Bagaimana pembahasan kerja samanya?"Pak Haryo tahu Bos Zafran punya pengaruh kuat dan juga dukungan dari Sekte Naga. Jika bisa diperkenalkan, akan sangat bermanfaat bagi perkembangan Kota Doma.Jika Kota Doma bisa berkembang, bukankah itu akan menjadi persyaratan bagus baginya untuk dipromosikan ke depannya?Mendengar itu, Kamran buru-buru berkata, "Hmm, terjadi sedikit masalah di sini."Dia segera menjelaskan situ
Begitu mendapati adegan itu, barulah Kamran dan yang lainnya tidak menyalahkan sikap Bos Zafran lagi.Mereka semua menatap lekat Bos Zafran dan membuka telinga mereka lebar-lebar. Mereka ingin tahu apa yang dibicarakan keduanya.Siapa yang bisa membuat Bos Zafran, yang bahkan terkenal di luar Cewadi, menjadi gugup dan hormat seperti ini."Raja Naga!" panggil Bos Zafran dengan sopan.Raja Naga?Semua orang terkejut. Mereka pernah mendengar tentang Raja Naga. Dia adalah pemimpin Sekte Naga dan sangat berkuasa. Tak disangka, ternyata Bos Zafran punya hubungan dekat dengan Sekte Naga."Zafran, aku ingin menanyakan sesuatu padamu!" kata Tobi dengan datar."Tuan, silakan tanyakan," ucap Bos Zafran dengan cepat."Apa kamu tahu tentang daerah Morali? Katanya di sana ada Keluarga Ravindra yang sepertinya termasuk orang terkaya di daerah itu?" tanya Tobi.Mendengar itu, wajah Steven masih tampak menghina.'Masih berpura-pura!''Tapi nggak masalah. Semuanya akan terungkap sebentar lagi. Saat itu,
Steven terlihat bangga. Mendapati semua orang sepenuhnya dikendalikan olehnya, terutama Shinta yang tampak menyedihkan, dia sangat senang sekali."Mengapa nominalnya bertambah lagi? Jelas-jelas aku hanya meminjam 24 miliar saat itu." Brian tidak tahan lagi dan angkat bicara juga. Saat itu, dia juga kebingungan.Sebenarnya, dia juga sadar dirinya telah ditipu, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa."Huh! Pinjaman biasanya dikenakan bunga. Aku meminjamkan 40 miliar kepadamu. Bukankah wajar saja bunganya 10 miliar setelah lewat beberapa hari? Kalau di tempat lain, mungkin sudah berlipat ganda," ucap Steven sambil mendengus dingin."Memang benar. Kalau tempat judi seperti ini memang bisa berlipat ganda, bahkan sepuluh kali lipat. Tempat judi ini dibuka oleh keluargamu, 'kan?" ujar Tobi degan datar."Kalau benar, memangnya kenapa!" Nada bicara Steven tampak sombong dan mengejek. "Aku punya kemampuan seperti ini dan bisa menghasilkan uang dalam hitungan menit.""Apa itu legal?" tanya Tobi.W
Begitu kata-kata ini dikeluarkan, semua orang tercengang.Ayahnya Shinta dan yang lainnya memandang Tobi dengan kaget. Mereka diam-diam berpikir dalam hati.Bocah ini pasti sudah gila. Beraninya dia mengucapkan kata-kata seperti itu pada Tuan Steven. Apa dia masih nggak sadar dengan statusnya sendiri? Benar-benar cari mati.'Tamatlah riwayatnya kali ini.Perlu diketahui, Keluarga Ravindra kaya, punya kekuasaan, dan juga sangat berkuasa.Di matanya, Keluarga Ravindra adalah keberadaan yang sangat menakutkan.Hais, jangan salahkan dirinya. Salahkan Tobi sendiri saja. Siapa suruh dia berani berlagak padahal tidak tahu apa-apa!Steven tertegun sejenak, lalu tertawa sinis dan berkata, "Nak, kamu berani menyuruhku menunggu mati? Kamu bodoh sekali dan nggak kenal takut sepertinya!""Haha. Kamu kira Pak Galuh baru saja memberimu kartu nama, kamu sudah bisa bergantung kepadanya? Itu hanya karena dia mengambil anggur milikmu, jadi dia baru begitu sopan.""Kamu tahu nggak, meski aku memarahi Pak
"Shinta, kamu juga sama! Kamu kira kamu secantik bidadari langit? Aku sudah menghargaimu dan memberimu kesempatan, tapi kamu menolaknya. Kalau begitu, aku juga nggak segan-segan lagi."Steven berkata dengan dingin, "Brian, jangan salahkan aku kali ini. Salahkan kakakmu. Siapkan 40 miliar atau nggak, masuk penjara saja."Masalah sudah sampai tahap ini, dia juga tidak perlu berpura-pura lagi.Namun di saat Steven melampiaskan emosinya, dia sama sekali tidak memikirkan kekuatan seperti apa yang dimiliki Tobi. Mengapa pria itu bisa bersikap seperti itu?Begitu mendengar kata-kata itu, ekspresi ayahnya Shinta dan yang lainnya berubah muram.Khususnya, ayahnya Shinta. Dia buru-buru memohon. "Tuan Steven, kita bisa bicarakan baik-baik. Masalah ini nggak ada hubungannya dengan kami. Kami selalu mendukungmu."Steven menunjuk Tobi dan berkata dengan dingin, "Benarkah? Kalau begitu, suruh bocah itu keluar sekarang juga."Ayahnya Shinta juga memandang Tobi.Namun sebelum pria itu angkat bicara, Sh
Begitu kata-kata ini dilontarkan, semua orang akhirnya mengerti.Setelah bicara begitu banyak, terakhir anggur itu tetap saja diberikan kepada Galuh.Namun, anggur itu jelas bukan pemberian Steven. Jadi, bisa dikatakan Steven masih belum menebus kompensasi apa pun.Melihat pemandangan ini, raut Jensen berubah muram. Bocah ini berani mencelakai keponakannya. Sepertinya dia sudah bosan hidup.Hanya saja, ini bukanlah waktu yang tepat untuk memberi pelajaran kepada bocah ini. Tunggu sampai keponakannya berhasil lolos dari ancaman ini lebih dulu.Galuh tertegun sejenak. Dia baru memahami kebenarannya. Lalu, tertawa sambil berkata, "Adik kecil ini menarik. Siapa namamu?""Tobi," jawab Tobi dengan singkat."Oke, aku akan mengingatmu. Anggap aku berutang kepadamu kali ini," ucap Galuh sambil mengangguk. Bukannya dia tidak mampu membeli anggur ini, tetapi persediaan anggur ini terbatas.Berbeda dengan Lavite 1982 yang seakan tidak bisa habis dalam waktu lama."Pak Galuh, jangan sungkan," kata
"Nggak perlu. Aku nggak layak menerima permintaan maafnya," ucap Galuh dengan dingin.Steven langsung terperanjat. Dia tidak menyangka Galuh bukan hanya pemimpin asosiasi asli, tetapi juga punya latar belakang yang begitu kuat sehingga pamannya sendiri pun ketakutan.Dia masih tidak tahu kalau bukan karena berasal dari Cewadi, Jensen sama sekali tidak memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam jamuan malam ini.Karena Bos Zafran dari Cewadi akan datang untuk berinvestasi di sini malam ini, jadi Pak Kamran memintanya untuk menemaninya secara pribadi.Raut wajah Jensen berubah drastis dan langsung membentak Steven, "Kenapa masih diam saja? Cepat berlutut ke sini!"Steven tercengang. Begitu melihat ekspresi marah Jensen, dia tahu dia sudah mendapat masalah besar kali ini. Sebenarnya, dia lumayan takut dengan Paman Jensen.Hanya saja, mana mungkin dia bisa berlutut, apalagi masih ada Shinta di sini?Jensen kelihatannya tidak sabar lagi dan bersiap untuk mengambil tindakan secara langsung.
Begitu masuk, Galuh langsung bertanya, "Maaf, apa anggur ini milik kalian?"Dia tidak mengerti mengapa ada orang yang menganggap anggur bagus seperti ini sebagai anggur palsu dan membuangnya. Jika bukan karena dia kebetulan mencium aroma anggur yang tidak biasa, pasti anggur enak ini akan terbuang sia-sia.Saat mendengar itu, semua orang tertegun sejenak.Wajah ayahnya Shinta dipenuhi dengan ekspresi kegembiraan. Dia sangat menyesal karena terlambat mencegat. Tak disangka, anggur itu kini kembali lagi. Dia segera berkata, "Ya, ini milik kami!"Galuh tidak tahan lagi dan berkata dengan marah, "Anggur ini sungguh milik kalian? Ini anggur asli. Mengapa kalian bisa merasa anggur ini palsu dan membuangnya begitu saja? Mubazir sekali.""Ini ...."Ayahnya Shinta tidak tahu harus bagaimana menjawabnya. Bahkan, dia sendiri juga tidak yakin apa itu anggur asli atau bukan. Namun, didengar dari apa yang dikatakan lelaki tua itu, sepertinya anggur itu asli.Sebaliknya, Steven tidak tahan lagi. Dia
Tepat di saat ini, ayahnya Shinta kembali. Dia sama sekali tidak pergi ke kamar mandi. Begitu keluar dari ruang VIP, dia langsung menyusul pelayan tadi. Hanya saja, dia terlambat selangkah dan tidak menemukannya lagi.Dia tampak depresi dan menyesal bukan main.Kalau tahu akan jadi begini, dia barusan pasti tidak akan mengatakan anggur itu palsu.Saat melihat ada sebotol anggur lagi di atas meja, dia tertegun, lalu bertanya, "Apa ini?""Huh! Itu anggur yang dikeluarkan Tuan Tobi barusan. Sayangnya, hanya sebotol Moutai biasa saja," ucap Steven sambil mendengus dingin.Mendengar itu, Tobi pun memandang Steven dengan tatapan meremehkan, seakan-akan Steven itu orang bodoh. "Apa hanya dilihat dari luarnya saja, kamu sudah tahu itu Moutai biasa?""Tentu saja!""Apa kamu memahami produk Moutai sebelumnya?" tanya Tobi.Steven tercengang. Dia tidak tahu karena biasanya dia lebih suka minum anggur merah. Jadi, bagaimana dia bisa paham hal beginian?"Moutai bintang lima!"Ayahnya Shinta sepertin