Tobi menoleh dan melihat ke arah pintu, lalu berkata dengan nada datar, "Gavin, apa aku mengizinkanmu pergi?"Mendengar kalimat itu, ekspresi Gavin langsung berubah. Entah kenapa, kakinya tiba-tiba tidak bisa bergerak. Meski jaraknya dengan pintu begitu dekat, dia tetap tidak bisa menggapainya.Memandang Tobi yang berjalan ke arahnya selangkah demi selangkah, dia bahkan lupa dengan seni bela diri yang dimilikinya. Wajahnya tampak syok. "Ja, jangan sembarangan.""Asal kamu tahu, aku ini pewaris Keluarga Gumilar. Kalau kamu berani menyentuhku, Keluarga Gumilar nggak akan melepaskanmu begitu saja.""Keluarga Gumilar?""Kamu kira aku takut?" Wajah Tobi penuh dengan ekspresi mencemooh.Raut wajah Gavin menjadi pucat. Tampaknya yang dikatakan Tobi memang benar. Hanya dalam waktu sesingkat ini, Tobi telah membunuh beberapa ahli bela diri hebat dari Keluarga Gumilar, termasuk Kakek Rohan, yang memiliki Kekuatan Transformasi tingkat akhir.Padahal, Kakek Rohan termasuk ahli bela diri yang hebat
Seberapa kuatnya pun diri Tobi, dia juga tidak mungkin ahli bela diri setingkat Guru Besar.Selama ada kakeknya, ditambah dengan ahli bela diri dari Keluarga Gumilar, Tobi pasti tidak bisa berkutik lagi dan akan berakhir mengenaskan. Bagi Gavin, Tobi hanya memiliki secuil seni bela diri saja.Widia melirik Tobi, dia khawatir Gavin tidak akan menepati janjinya. Dia pun bertanya, "Tobi, bagaimana kalau Gavin ingkar janji?""Jangan khawatir. Kalau dia berani ingkar janji, dia pasti akan membayar harga mahal," jawab Tobi dengan nada datar."Ya!"Widia mengangguk dan berkata, "Gavin, kamu dengar itu?""Ya. Bu Widia, tenang saja. Aku bersumpah, aku pasti akan memegang janjiku. Aku akan menelepon Kakek Muhar sekarang dan membatalkan pertunangan."Gavin mengeluarkan ponselnya, menghubungi nomor Kakek Muhar dan langsung menceritakan tujuannya.Kakek Muhar tertegun sejenak, lalu buru-buru bertanya, "Tuan Gavin, apa maksudmu? Mengapa tiba-tiba dibatalkan? Jangan-jangan Widia sembarangan bicara at
Melihat Gavin merangkak keluar, Widia diam-diam tersenyum pahit. 'Dasar Tobi, padahal sudah seperti ini, mengapa dia masih memprovokasi Gavin lagi?'Jika dia tersinggung, bagaimana mereka bisa menghentikan Keluarga Gumilar yang ingin membalas dendam sepenuhnya?Namun, Widia juga tidak mempermasalahkan hal ini dengan Tobi dan hanya bertanya, "Tobi, kamu rasa dia akan menepati janjinya?""Nggak!" jawab Tobi dengan jujur. Dari sorot mata Gavin sewaktu hendak pergi, dia tahu pria itu menahan emosi dan kebencian di dalam hatinya."Ah ...."Widia tertegun sejenak, lalu berkata, "Lantas, mengapa kamu hanya diam saja tadi dan membiarkannya pergi begitu saja?""Selain membiarkan dia pergi, memangnya bisa apa lagi? Bukankah kita nggak boleh membunuhnya? Tak mungkin kita tahan dia di sini terus, 'kan?"Tobi mengangkat bahu tak berdaya."Ini ...."Widia tersenyum pahit. Ini semua gara-gara dia. Jika mereka tidak melepaskannya, apa benar Gavin harus dibunuh? Dia pun bertanya dengan pasrah, "Terus,
"Nggak, aku serius. Aku nggak sembarangan bicara.""Sudahlah, aku nggak tanya lagi, jadi nggak usah diperdebatkan."Widia berkata, "Yang paling penting bagi kita sekarang adalah memikirkan cara untuk menghadapi balas dendam Keluarga Gumilar besok.""Tenang saja, aku punya solusinya. Kamu nggak perlu khawatir, jadi kembalilah dan tidur dengan nyenyak," ujar Tobi.Seandainya Keluarga Gumilar benar-benar mengutus orang ke sini, dia tidak akan keberatan memberikan sedikit bantuan kepada Aula Varun untuk membantu mereka menangani Keluarga Gumilar.Menurutnya, jika Gavin ingin melawannya kali ini, dia pasti meminta bantuan ahli bela diri terkuat di Keluarga Gumilar, Ridwan, untuk turun tangan sendiri, bahkan dia mungkin juga akan membawa beberapa ahli bela diri bersamanya.Jika demikian, dia termasuk telah memberi pertolongan besar kepada Aula Varun.Lantaran, besok Aula Varun akan menggerebek Keluarga Gumilar dan menangkap semua anggota keluarganya.Jika bukan karena ini, Tobi juga tidak mu
Begitu kata-kata itu keluar, ayah dan ibunya Widia langsung terkejut.Wajah Widia juga berubah. Dia mengira kakeknya tidak sadar, ternyata beliau sudah menebaknya."Dalam situasi seperti itu, bisa-bisanya Tuan Gavin menelepon dan bilang begitu. Sudah pasti dia diancam, tapi kalian masih bodoh dan nggak sadar akan hal itu."Kakek Muhar berkata dengan getir, "Hanya karena dia berjanji, kalian melepaskannya begitu saja. Aku yakin, setelah dia pergi, dia pasti nggak akan menepati janjinya, melainkan mencari bala bantuan untuk membalas dendam.""Mungkin saat ini Keluarga Gumilar tengah membuat persiapan, besok pasti akan ada pergerakan besar.""Ah ....""Nggak akan secepat itu, 'kan?"Widia tampak ketakutan, wajahnya menjadi pucat.Ibunya Widia juga tak kalah kagetnya, lalu berkata dengan cemas, "Ayah, maksudmu, Gavin mau balas dendam kepada kita?""Tentu saja!"Kakek Muhar berkata dengan nada dingin, "Widia, biasanya kamu itu sangat pintar, bagaimana kamu bisa membuat kesalahan seperti ini
"Ya, aku mengerti," ucap Tobi dengan nada datar."Kok kamu begitu tenang? Asal kamu tahu, jangan menyepelekan masalah ini. Mungkin nggak ada anggota Keluarga Lianto yang lebih hebat darimu, tapi jangan lupa, kakekku bisa mengutus orang lain."Widia buru-buru memperingatkan begitu mendengar reaksi Tobi yang seakan-akan acuh tak acuh dengan masalah ini."Tenang saja, kita berdua masih belum menghabiskan malam bersama, jadi nggak akan terjadi sesuatu kepadaku," ucap Tobi sambil tersenyum."Apa-apaan!"Wajah Widia memanas. Mendadak dia membayangkan momen di hotel itu. Hanya saja, dia tidak ingat begitu banyak, tetapi tetap ada perasaan yang tak bisa dijabarkan di hatinya.Bahkan setelah menutup telepon, Widia juga merasa sedikit gelisah.Tak lama setelah Kakek Muhar mengutus orang untuk melacak keberadaan Tobi, akhirnya ditemukan juga. Hanya saja, mana mungkin mereka bisa menjadi lawan Tobi? Mereka langsung ditaklukkan dengan mudah.Kakek Muhar bergadang sepanjang malam, demi menunggu kaba
Apa!Begitu mendengar kalimat itu, Kakek Muhar dan lainnya merasa bingung dan hampir tidak memahami situasinya. Butuh waktu lama bagi mereka untuk mencerna kata-kata itu. Setelah beberapa saat, barulah mereka bertanya dengan marah, "Tobi, kamu sudah gila?""Kamu sadar apa yang kamu lakukan? Kamu sengaja memprovokasi Keluarga Gumilar, lalu menyeret mereka datang ke Keluarga Lianto. Apa kamu ingin Keluarga Lianto kami hancur?"Tobi tertawa dan berkata, "Kakek Muhar, bukankah kamu selalu berpikir begitu? Lantaran kamu begitu yakin aku ingin mencelakai Keluarga Lianto, aku akan mengabulkan keinginanmu.""Kamu!""Tobi, kamu nggak merasa ini sudah kelewat batas? Aku selalu menjagamu dengan baik, tapi kamu membalas kebaikanku dengan kejahatan?" ucap Kakek Muhar dengan geram."Menjagaku dengan baik?""Kamu terus-terusan mengutus orang untuk mengincarku, bahkan ingin membunuhku? Inikah yang kamu maksud 'menjagaku dengan baik' itu?""Mengenai membalas kebaikanmu dengan kejahatan?""Kita masih be
"Oh ya, aku hampir lupa. Kamu bilang bisa menangani masalah ini, apa mereka akan bertindak hari ini?" tanya Widia lagi."Ya!""Mereka sudah mengikuti dari belakang, dalam perjalanan menuju kediaman Keluarga Lianto."Tobi telah menerima kepastian berita itu."Benarkah? Syukurlah. Tobi, tak disangka, kamu begitu hebat dan bisa mengundang mereka untuk menghadapi Keluarga Gumilar."Widia sengaja mengatakan itu dengan suara lantang. Dia ingin keluarganya tahu ini semua berkat bantuan Tobi.Walaupun bukan Tobi yang mencari orang-orang itu, tetapi Keluarga Gumilar sendiri yang membuat masalah hingga menarik perhatian Aula Varun, hanya saja, keluarganya tidak tahu hal ini sama sekali, jadi dia bisa memperdaya mereka.Jangankan mereka, bahkan Tobi sendiri pun merasa sedikit terkejut.Kapan dia bilang kepada Widia bahwa dialah yang mencari orang untuk menangani Keluarga Gumilar? Kenapa wanita itu bisa tahu?Semua anggota Keluarga Lianto dibuat bingung. Mereka bertanya dengan heran, "Widia, apa y