Melihat Gavin merangkak keluar, Widia diam-diam tersenyum pahit. 'Dasar Tobi, padahal sudah seperti ini, mengapa dia masih memprovokasi Gavin lagi?'Jika dia tersinggung, bagaimana mereka bisa menghentikan Keluarga Gumilar yang ingin membalas dendam sepenuhnya?Namun, Widia juga tidak mempermasalahkan hal ini dengan Tobi dan hanya bertanya, "Tobi, kamu rasa dia akan menepati janjinya?""Nggak!" jawab Tobi dengan jujur. Dari sorot mata Gavin sewaktu hendak pergi, dia tahu pria itu menahan emosi dan kebencian di dalam hatinya."Ah ...."Widia tertegun sejenak, lalu berkata, "Lantas, mengapa kamu hanya diam saja tadi dan membiarkannya pergi begitu saja?""Selain membiarkan dia pergi, memangnya bisa apa lagi? Bukankah kita nggak boleh membunuhnya? Tak mungkin kita tahan dia di sini terus, 'kan?"Tobi mengangkat bahu tak berdaya."Ini ...."Widia tersenyum pahit. Ini semua gara-gara dia. Jika mereka tidak melepaskannya, apa benar Gavin harus dibunuh? Dia pun bertanya dengan pasrah, "Terus,
"Nggak, aku serius. Aku nggak sembarangan bicara.""Sudahlah, aku nggak tanya lagi, jadi nggak usah diperdebatkan."Widia berkata, "Yang paling penting bagi kita sekarang adalah memikirkan cara untuk menghadapi balas dendam Keluarga Gumilar besok.""Tenang saja, aku punya solusinya. Kamu nggak perlu khawatir, jadi kembalilah dan tidur dengan nyenyak," ujar Tobi.Seandainya Keluarga Gumilar benar-benar mengutus orang ke sini, dia tidak akan keberatan memberikan sedikit bantuan kepada Aula Varun untuk membantu mereka menangani Keluarga Gumilar.Menurutnya, jika Gavin ingin melawannya kali ini, dia pasti meminta bantuan ahli bela diri terkuat di Keluarga Gumilar, Ridwan, untuk turun tangan sendiri, bahkan dia mungkin juga akan membawa beberapa ahli bela diri bersamanya.Jika demikian, dia termasuk telah memberi pertolongan besar kepada Aula Varun.Lantaran, besok Aula Varun akan menggerebek Keluarga Gumilar dan menangkap semua anggota keluarganya.Jika bukan karena ini, Tobi juga tidak mu
Begitu kata-kata itu keluar, ayah dan ibunya Widia langsung terkejut.Wajah Widia juga berubah. Dia mengira kakeknya tidak sadar, ternyata beliau sudah menebaknya."Dalam situasi seperti itu, bisa-bisanya Tuan Gavin menelepon dan bilang begitu. Sudah pasti dia diancam, tapi kalian masih bodoh dan nggak sadar akan hal itu."Kakek Muhar berkata dengan getir, "Hanya karena dia berjanji, kalian melepaskannya begitu saja. Aku yakin, setelah dia pergi, dia pasti nggak akan menepati janjinya, melainkan mencari bala bantuan untuk membalas dendam.""Mungkin saat ini Keluarga Gumilar tengah membuat persiapan, besok pasti akan ada pergerakan besar.""Ah ....""Nggak akan secepat itu, 'kan?"Widia tampak ketakutan, wajahnya menjadi pucat.Ibunya Widia juga tak kalah kagetnya, lalu berkata dengan cemas, "Ayah, maksudmu, Gavin mau balas dendam kepada kita?""Tentu saja!"Kakek Muhar berkata dengan nada dingin, "Widia, biasanya kamu itu sangat pintar, bagaimana kamu bisa membuat kesalahan seperti ini
"Ya, aku mengerti," ucap Tobi dengan nada datar."Kok kamu begitu tenang? Asal kamu tahu, jangan menyepelekan masalah ini. Mungkin nggak ada anggota Keluarga Lianto yang lebih hebat darimu, tapi jangan lupa, kakekku bisa mengutus orang lain."Widia buru-buru memperingatkan begitu mendengar reaksi Tobi yang seakan-akan acuh tak acuh dengan masalah ini."Tenang saja, kita berdua masih belum menghabiskan malam bersama, jadi nggak akan terjadi sesuatu kepadaku," ucap Tobi sambil tersenyum."Apa-apaan!"Wajah Widia memanas. Mendadak dia membayangkan momen di hotel itu. Hanya saja, dia tidak ingat begitu banyak, tetapi tetap ada perasaan yang tak bisa dijabarkan di hatinya.Bahkan setelah menutup telepon, Widia juga merasa sedikit gelisah.Tak lama setelah Kakek Muhar mengutus orang untuk melacak keberadaan Tobi, akhirnya ditemukan juga. Hanya saja, mana mungkin mereka bisa menjadi lawan Tobi? Mereka langsung ditaklukkan dengan mudah.Kakek Muhar bergadang sepanjang malam, demi menunggu kaba
Apa!Begitu mendengar kalimat itu, Kakek Muhar dan lainnya merasa bingung dan hampir tidak memahami situasinya. Butuh waktu lama bagi mereka untuk mencerna kata-kata itu. Setelah beberapa saat, barulah mereka bertanya dengan marah, "Tobi, kamu sudah gila?""Kamu sadar apa yang kamu lakukan? Kamu sengaja memprovokasi Keluarga Gumilar, lalu menyeret mereka datang ke Keluarga Lianto. Apa kamu ingin Keluarga Lianto kami hancur?"Tobi tertawa dan berkata, "Kakek Muhar, bukankah kamu selalu berpikir begitu? Lantaran kamu begitu yakin aku ingin mencelakai Keluarga Lianto, aku akan mengabulkan keinginanmu.""Kamu!""Tobi, kamu nggak merasa ini sudah kelewat batas? Aku selalu menjagamu dengan baik, tapi kamu membalas kebaikanku dengan kejahatan?" ucap Kakek Muhar dengan geram."Menjagaku dengan baik?""Kamu terus-terusan mengutus orang untuk mengincarku, bahkan ingin membunuhku? Inikah yang kamu maksud 'menjagaku dengan baik' itu?""Mengenai membalas kebaikanmu dengan kejahatan?""Kita masih be
"Oh ya, aku hampir lupa. Kamu bilang bisa menangani masalah ini, apa mereka akan bertindak hari ini?" tanya Widia lagi."Ya!""Mereka sudah mengikuti dari belakang, dalam perjalanan menuju kediaman Keluarga Lianto."Tobi telah menerima kepastian berita itu."Benarkah? Syukurlah. Tobi, tak disangka, kamu begitu hebat dan bisa mengundang mereka untuk menghadapi Keluarga Gumilar."Widia sengaja mengatakan itu dengan suara lantang. Dia ingin keluarganya tahu ini semua berkat bantuan Tobi.Walaupun bukan Tobi yang mencari orang-orang itu, tetapi Keluarga Gumilar sendiri yang membuat masalah hingga menarik perhatian Aula Varun, hanya saja, keluarganya tidak tahu hal ini sama sekali, jadi dia bisa memperdaya mereka.Jangankan mereka, bahkan Tobi sendiri pun merasa sedikit terkejut.Kapan dia bilang kepada Widia bahwa dialah yang mencari orang untuk menangani Keluarga Gumilar? Kenapa wanita itu bisa tahu?Semua anggota Keluarga Lianto dibuat bingung. Mereka bertanya dengan heran, "Widia, apa y
Melihat Kakek Muhar terhempas jauh, semua orang langsung tercengang. Padahal dia hanya melakukan gerakan biasa, tetapi bisa-bisanya pria tua itu terlempar keluar.Widia buru-buru berlari mendekatinya. Untung saja, kakeknya mendarat dengan selamat dan tidak terluka parah.Sebenarnya, itu semua berkat Tobi, yang berdiri tak jauh dari sana. Dia menggunakan kekuatannya untuk mendukung Kakek Muhar.Jika tidak, Kakek Muhar pasti akan terluka parah, bahkan mungkin tidak bisa bangkit lagi.Ayah dan ibunya Widia juga tampak gugup.Begitu juga dengan ibunya Widia. Kakinya bergetar hebat, tetapi saat mendengar pertanyaan Ridwan, dia langsung antusias, lalu menunjuk ke arah Tobi dan berkata, "Yang itu! Dialah Tobi!""Kami selalu mendukung Tuan Gavin dan ingin putri kami menikah dengannya. Tobi-lah yang merusak semua ini dan juga melakukan banyak kejahatan lainnya."Mendengar itu, Ridwan langsung menatap Tobi yang berdiri di seberangnya, lalu berkata dengan nada dingin, "Ternyata Tobi itu kamu. Bis
Entah kenapa, ketika mendengar itu, Widia masih terlihat acuh tak acuh. Meskipun perkataan Gavin tidak enak didengar, dia juga tidak begitu emosi.Bisa-bisanya dirinya disukai oleh orang seperti ini, menjijikkan sekali!Namun, mengapa penolong yang disebut Tobi barusan masih belum datang? Bagaimana kalau Ridwan ingin menghabisi Tobi sekarang juga? Tidak bisa, dia harus mengulur waktu.Tidak ada yang begitu memperhatikan saat Gavin menyebut Widia sebagai perempuan bekas. Namun, kilatan dingin melintas di sorot mata Tobi. Dia hampir mengambil tindakan untuk menghabisi Gavin.Saat ini, Ridwan ikut menimpali dengan nada dingin, "Gavin, tak perlu omong kosong dengan orang berstatus rendah seperti ini. Tenang saja, mengenai wanita itu, aku jamin malam ini kamu bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan.""Sekarang, Tobi, kamu mau lumpuhkan seni bela dirimu sendiri, berlutut di depanku dan memohon pengampunan atau mau aku turun tangan sendiri?"Cucunya sudah bilang, sebelum menghabisi Tobi, di
"Bagus!"Lastri tidak tahan lagi dan bergumam kecil. Hanya saja, dia takut Yaldora tidak senang, jadi dia tidak berani berteriak.Yaldora menggelengkan kepalanya tak berdaya dan berkata dengan datar, "Lastri, kamu salah!""Nona, kenapa aku salah? Bukankah kamu paling benci laki-laki? Kenapa orang sepertinya ....""Sudahlah. Kamu nggak perlu bicara lagi. Nanti kamu akan tahu sendiri."Yaldora diam-diam menggelengkan kepalanya. Dia tidak percaya pria hebat seperti Tobi tidak bisa menangani masalah sepele ini.Memang benar demikian. Tobi tidak sabar lagi dan mengerutkan kening. "Baiklah. Apa sudah selesai diskusinya?"Mendengar itu, semua orang tertegun.Padahal, bocah ini sudah tertangkap basah melakukan hal yang tidak senonoh. Dilihat dari nada bicaranya yang begitu sombong, sepertinya dia masih belum bertobat.Benar saja. Kinan langsung mengamuk. "Bocah, kamu masih berani sombong di sini? Apa kamu memandang sebelah mata semua orang di sini?""Jangan banyak omong lagi. Kamu mau balas de
Karena perkataan Isander, Ivy langsung menjadi gugup.Padahal, jika dilihat dari penampilan, Tobi tidak terlihat seperti orang seperti itu. Sebaliknya, Kinan tampak begitu mendominasi.Tidak peduli benar atau salah, bukankah sebaiknya menyerahkan masalah ini kepada polisi untuk diselidiki dan ditangani?Hanya saja, tuan muda Keluarga Yudistira yang terlihat bermartabat dan sopan ini sepertinya punya latar belakang yang menakutkan. Dia bahkan mengenal Pak Retno dan tampaknya tidak takut dengan atasan mereka.Namun, jika Ivy tidak ikut campur, apa yang akan terjadi pada pria ini? Hati nuraninya pasti tidak akan tenang. Apa yang harus dia lakukan?"Kenapa kamu masih berdiri di sana? Percayalah, asalkan ada aku di sini, nggak akan terjadi apa-apa. Kalau kamu masih khawatir, kamu bisa simpan nomor Whatsapp-ku. Aku pasti akan melindungimu," ucap Isander dengan cepat.Hari ini dia hanya perlu menaklukkan dua wanita cantik ini dulu. Dia tidak perlu khawatir dengan pramugari ini. Lagi pula, dia
"Nggak bisa. Beraninya dia menyentuh adikku. Aku harus menghadapinya sendiri hari ini," kata Kinan dengan kesal.Mendengar itu, Ivy masih mau berbicara.Isander langsung mendahuluinya dan berkata dengan nada tegas, "Sudahlah. Nona Cantik, kamu nggak bisa mengatasinya sendiri, jadi buat apa ikut campur dalam urusan orang lain? Selain itu, aku juga kenal Pak Retno dari perusahaan kalian.""Kamu nggak perlu khawatir dengan masalah ini. Nanti aku akan sampaikan masalah ini kepadanya langsung.""Ka ... kamu kenal Pak Retno?" tanya Ivy dengan ekspresi terkejut."Tentu saja. Bagi tuan muda Keluarga Yudistira di Jatra sepertiku, mengenal CEO maskapai penerbangan bukanlah masalah besar. Sebaliknya, itu seharusnya menjadi kehormatan baginya," kata Isander dengan ekspresi bangga.Dia sengaja mengatakan semua ini dengan suara lantang agar bisa memamerkan statusnya yang luar biasa kepada semua orang, terutama kepada wanita-wanita cantik itu.Jika demikian, tingkat keberhasilan mendapatkan wanita-wa
Mendapati wanita yang mengikuti Yaldora juga ikut mengomentari, Isander segera mengambil kesempatan untuk unjuk gigi dan memenangkan hati wanita pujaannya.Begitu mendengar itu, Lastri langsung memperlihatkan ekspresi kekaguman dan buru-buru berkata, "Benar, mereka sama-sama bermarga Yudistira, tapi kenapa kesenjangannya begitu besar? Yang satunya preman yang nggak tahu malu. Yang satunya lagi justru pemuda tampan yang punya rasa keadilan!"Isander kegirangan mendengar pujian itu. Dia sangat antusias sampai bergegas berkata, "Nona, kamu terlalu memuji. Tapi wanita memang seharusnya dilindungi pria. Bagaimana mereka bisa diintimidasi seperti ini? Benar-benar parah sekali.""Nona nggak perlu khawatir. Aku pasti akan memberinya hukuman setimpal hari ini agar dia nggak berani melakukan hal nggak tahu malu seperti itu lagi."Wajah Tobi tampak tidak berdaya. Ketiga orang ini jelas tampak seperti satu komplotan. Mereka bertindak seolah-olah itu adalah masalah yang serius.Yaldora, yang duduk
Isander mengerutkan kening."Siapa peduli dengan taktik yang dia gunakan. Orang yang nggak tahu malu seperti ini kurang diberi pelajaran." Kinan segera berkata, "Kak Isander, jangan khawatir. Aku sudah menyusun rencana. Aku jamin kamu pasti akan memperlihatkan kehebatanmu.""Siapa tahu kamu bisa memikat hati para wanita cantik ini. Saat itu, kamu bisa menikmati dilayani oleh mereka, 'kan?"Mendengar itu, wajah Isander tampak penuh dengan ekspresi kegembiraan. Dua wanita cantik ini benar-benar menggiurkan. Jika dia bisa memiliki keduanya, bukankah dia akan menjadi pria paling bahagia di dunia ini?Kinan kemudian menatap adiknya, Miya, sambil berkata, "Aku serahkan kepadamu!"Meski Miya enggan, dia juga ingin bersama Isander. Namun, dia tahu dia tidak boleh ragu saat ini. Jika tidak, dia bahkan tidak akan punya kesempatan untuk mengikuti Isander lagi ke depannya.Dia buru-buru berkata, "Kak Isander, kamu tenang saja. Serahkan saja kepadaku!"Usai mengatakan itu, mereka pun kembali ke kab
Perkataan itu seketika membuat Yaldora gemetar tanpa alasan.Sebenarnya, sejak pertemuan pertama mereka, Yaldora telah memiliki kesan yang mendalam terhadap Tobi. Apalagi, itu adalah kesan yang sangat nyaman dan baik.Hanya saja, dia mengira mereka tidak mungkin punya kesempatan untuk bertemu lagi. Siapa sangka mereka akan bertemu lagi secepat ini. Apalagi, target dari misi yang diberikan gurunya juga pria itu.Jika bukan karena target kali ini adalah Tobi, Yaldora pasti akan langsung menolak 'jebakan wanita cantik' yang disarankan gurunya. Bahkan, lebih mustahil untuk turun gunung dengan tujuan seperti ini.Meski Yaldora berutang budi kepada gurunya, dia juga tidak bisa memenuhi permintaan seperti ini!Ekspresi wajah Yaldora kembali normal. Dia pun berkata dengan tenang, "Sudah kubilang, aku hanya fokus berkultivasi. Aku nggak tertarik dengan pria.""Aku nggak bisa memaksamu, tapi bukan hanya karena kamu nggak tertarik sama pria, kamu juga akan melarangku menyukaimu, 'kan?" kata Tobi
"Mempermainkanmu?"Tobi tertegun sejenak. Sebenarnya, itu hanya lelucon saja."Memangnya bukan?""Kalau kamu orang seperti itu, nggak ada lagi yang perlu kita bicarakan." Yaldora tampak kesal. Sebenarnya, dia menganggap Tobi sebagai orang baik.Jika tidak, mana mungkin dia akan mendatanginya dan masuk ke dalam untuk duduk.Namun, setelah dilihat sekarang, semua perkataan Tobi itu penuh dengan kebohongan. Dia tidak jujur seperti yang tampak dari tampangnya.Tanpa sadar, hal ini malah membuatnya marah. Dia bahkan melupakan tugas gurunya.Kali ini, Tobi benar-benar bingung. Padahal, dia hanya mengatakan yang sebenarnya. Sekalipun dia berbohong, Yaldora juga tidak perlu marah seperti itu, 'kan?Mungkinkah tebakannya salah?Gadis ini mendekatinya tanpa tujuan apa pun? Murni hanya karena memiliki kesan baik terhadap dirinya?Jika bukan demikian, kenapa masalah sepele seperti itu bisa membuatnya marah?Apalagi, dilihat dari ekspresinya, Yaldora tidak terlihat seperti sedang berakting. Tobi se
Yaldora menghampiri Tobi. Dia tidak langsung duduk, tetapi bertanya dengan dingin, "Kamu mencariku?""Ya, duduklah."Tobi mengangguk dan tersenyum. Lantaran Laurin telah mengundangnya kemari, dia tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.Yaldora melirik sekilas. Laurin duduk di bagian dalam, sedangkan Tobi tidak berniat berdiri untuk membiarkannya masuk. Setelah ragu-ragu sejenak, dia memutuskan untuk berjalan melewati tempat duduk Tobi, tetapi dengan bokong mengarah kepada pria itu.Karena gurunya telah berpesan kepadanya agar mendekati Tobi. Jika dia bahkan tidak bisa melakukan hal kecil seperti ini, bagaimana dia bisa menyelesaikan tugas gurunya dan mendapatkan liontin giok?Sosok anggun itu melewatinya, apalagi bokong indahnya menghadap ke arahnya. Terutama, Tobi dalam posisi duduk, sedangkan Yaldora berdiri. Dari ketinggian dan jarak seperti itu, sulit untuk tidak melihat langsung.Namun, Yaldora bergegas duduk dan memandang Tobi, seakan bertanya mengapa dia memintanya datan
Kemunculan Laurin langsung menarik perhatian banyak orang, terutama sekelompok anak muda, dua pria dan satu wanita. Pandangan kedua pria itu seakan tidak lepas dari Laurin sedetik pun.Tak lama kemudian, Yaldora dan Lastri juga muncul. Meski paras Lastri masih kalah dari Yaldora, dia juga termasuk wanita cantik. Saat keduanya muncul, juga mencuri perhatian banyak orang.Terutama dua pemuda yang mengenakan pakaian bermerek dan terlihat sombong itu.Saat melihat Tobi, Yaldora sepertinya tidak terkejut sama sekali. Rupanya, dia juga menyadari keberadaan Tobi barusan. Wanita itu pun mengangguk kepada Tobi.Tobi tertegun sejenak. Kemudian, balas mengangguk kepadanya.Namun, pemandangan itu membuat kedua pria tersebut cemburu, terutama pria bernama Isander. Pemuda yang satunya lagi bernama Kinan. Sedangkan, wanita di samping itu adalah adik perempuannya Kinan. Namanya Miya.Sebenarnya, Kinan selalu mengikuti Isander. Sedangkan adiknya, Miya, menyukai Isander. Kinan juga ingin adiknya bersama