Kata-kata itu seketika membuat Widia teringat dengan kejadian sebelumnya.Benar. Kejadian seperti ini bukanlah pertama kalinya terjadi, apalagi dia selalu tidak memercayainya, tetapi tak disangka, semua yang dikatakan Tobi akan menjadi kenyataan.Walaupun banyak di antaranya yang mengandalkan keberuntungan atau muncul orang yang membantu mereka, tetapi pada akhirnya, Tobi benar-benar menangani semuanya."Kamu punya solusinya?" tanya Widia penasaran."Aku punya informasi orang dalam. Keluarga Gumilar telah melakukan banyak kejahatan, apalagi masalah itu cukup besar. Tak lama lagi, mereka pasti akan hancur total," jawab Tobi.Mana mungkin keluarga seni bela diri seperti Keluarga Gumilar tidak pernah melakukan kejahatan?Terus terang, alasan sebenarnya adalah Keluarga Gumilar telah memprovokasi Tobi, jadi mereka sudah pasti ditakdirkan untuk hancur.Widia tertegun, seakan-akan tidak begitu percaya. Sejauh yang dia tahu, Keluarga Gumilar tengah berkembang pesat, sama sekali tidak seperti K
"Apa!"Kakek Muhar bahkan sempat mengira telinganya salah dengar. Dia langsung marah dan membentak cucunya, "Widia, apa maksudmu? Apa kamu sungguh nggak peduli hidup matinya Keluarga Lianto?""Aku bukan nggak peduli, tapi aku nggak harus menikah dengan Gavin," jawab Widia."Memangnya kamu masih ada cara lain?""Ya!""Apa itu?""Nanti kalian akan tahu sendiri." Widia mendadak teringat cara untuk membantu Tobi meningkatkan prestisenya."Kenapa harus tunggu nanti? Tahukah kamu seberapa gawat situasi saat ini? Keluarga Lianto bisa berakhir kapan saja," ucap Kakek Muhar dengan marah."Benar, Widia, kamu sadar apa yang kamu bicarakan? Apa Tobi menipumu lagi?" tanya ibunya Widia."Mana mungkin. Tobi nggak akan menipuku.""Aku beri tahu kalian saja, Tobi bilang dia akan menangani Keluarga Gumilar, tapi mungkin akan memakan waktu beberapa hari. Kita hanya perlu menunggu dengan sabar," ucap Widia dengan lantang. Seandainya terjadi sesuatu pada Keluarga Gumilar, dia pasti akan mengatakan itu semu
Saat ini, terdengar suara perkelahian di luar.Awalnya, Widia ingin kembali ke kamarnya, tetapi saat mendengar suara itu, dia mengira Tobi yang barusan pergi dari sana pasti telah ditangkap kembali oleh kakeknya.Meski seni bela diri Tobi cukup bagus, dia juga punya keterbatasan energi. Sulit baginya untuk menghadapi lawan sendirian, apalagi jika jumlah mereka banyak. Jadi, Widia pun tergesa-gesa pergi menghampiri sumber suara itu.Ternyata, di saat Tobi baru saja berjalan keluar dari aula, dia diadang oleh enam pria, bahkan sebelum dia meninggalkan vila.Pemuda yang memimpin itu memandang Tobi dan menghardiknya, "Tobi, apa kamu itu pengecut? Jago juga kamu bersembunyi, sampai aku kesulitan menemukanmu."Tobi mengerutkan kening dan bertanya, "Kamu mencariku?""Omong kosong. Kalau nggak mencarimu, siapa lagi? Tak disangka, di saat aku bersusah payah mencarimu, aku nggak menemukan petunjuk apa pun. Sekarang, aku malah bisa bertemu denganmu di sini.""Bisa dikatakan, kamu kurang beruntung
Ibunya Widia langsung memelototi Tobi dan memarahinya, "Tobi, apa yang kamu lakukan? Siapa yang mengizinkanmu berbuat onar di sini dan sembarangan melukai orang?""Siapa yang mengizinkanku?"Tobi terkekeh, lalu menunjuk ke arah Kenji dan berkata dengan nada datar, "Tentu saja itu dia. Dia bilang mau membunuhku, jadi apa aku harus berdiri di sini dan membiarkan dia melakukannya?""Omong kosong!"Ibunya Widia segera membalas, "Kenji nggak punya dendam denganmu, jadi mengapa dia mau menyerangmu?""Tanyakan sendiri saja."Tobi memandang Kenji dan berkata dengan nada dingin, "Cepat beri tahu semua orang, mengapa kamu menyerangku? Aku peringatkan, sebaiknya kamu jujur. Kalau nggak, huh!"Meski Tobi tidak mengancamnya dengan kata-kata lainnya, hanya dengusan saja telah membuat nyali Kenji menciut. Entah kenapa, ketakutan yang tak bisa dijabarkan itu melekat di hatinya.Sebenarnya, di saat Tobi memperingatkan sambil mendengus dingin, dia dengan sengaja menggunakan keterampilan sihir untuk meng
"Buat apa berterima kasih kepadaku? Keluarga Lianto-lah yang bersalah kepadamu. Setidaknya, mereka nggak seperti Tania, mereka masih peduli kepadaku, jadi aku nggak mungkin menyakiti mereka.""Aku mengerti. Tenang saja, Keluarga Gumilar nggak akan bisa melukai kalian," janji Tobi."Ya!""Kalau begitu, aku tunggu kabar baikmu.""Oke!"Tobi masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin, lalu melaju pergi.Setelah mengantar Tobi, Widia pun berjalan kembali ke rumah. Kali ini, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun kepada keluarganya dan langsung masuk ke kamarnya.Entah kenapa, dia mengeluarkan liontin giok berbentuk pisau miliknya dari brankas.Ketika melihat liontin giok berbentuk pisau itu, tiba-tiba sebuah pertanyaan penting melintas di benaknya.Gavin bukan Pengemis Kecil, jadi bagaimana dia bisa punya liontin giok itu? Mungkinkah Tania menyuruh Gavin membuatnya secara khusus?Namun, itu juga tidak benar!Widia ingat dirinya pernah menyuruh Gavin melepas liontin gioknya dan memeriksanya sen
Mendengar ini, Widia paham apa yang dipikirkan Gavin. Wajahnya refleks memperlihatkan ekspresi jijik.Dari awal dia memang tidak menyukai Gavin, apalagi setelah melihat perilaku jahatnya, dia makin risi. Sekarang, kata-kata yang diucapkannya malah membuatnya jijik."Kenapa diam saja? Kalau nggak ada hal lainnya, aku tutup." Gavin tampak sombong dan bangga. Bukankah sudah berinisiatif minta maaf, kenapa masih berpura-pura lugu?"Ya sudah, tutup saja."Widia juga tidak ingin berbicara panjang lebar lagi. Dia pun menutup telepon.Buat apa dia menghabiskan waktu untuk berbicara kepada orang seperti ini?Gavin tertegun sejenak. Dia kebingungan. Bukankah seharusnya Widia memohon pengampunan, bahkan berinisiatif datang mengunjunginya malam ini dan melayaninya?Di dalam kebingungan, dia kembali memasang ekspresi marah. Tampaknya Widia masih belum sadar akan betapa hebatnya kekuatan yang dimilikinya.'Tunggu saja, aku akan membuatmu menyesal.'Di saat Gavin masih emosi, ponselnya tiba-tiba berd
Dia merasa masalah ini harus diselesaikan secepatnya. Jika tidak, begitu kepala Keluarga Gumilar mengambil tindakan, Keluarga Lianto pasti akan mengalami bencana besar.Begitu tiba di depan pintu hotel, Kakek Muhar berpapasan dengan Gavin. Dia agak kaget, lalu dengan cepat melangkah maju dan menyapanya, "Tuan Gavin!"Gavin bertanya dengan nada tidak sabar, "Apa yang kamu lakukan di sini?" Kakek Rohan sudah mau datang. Di saat itu juga, tampak sebuah mobil berhenti di depan mereka."Saya ingin bahas masalah cucu saya dengan Anda," ucap Kakek Muhar buru-buru."Aku sibuk!""Aku nggak punya waktu untuk mengurus hal tak penting itu."Gavin mengabaikannya begitu saja, lalu bergegas maju ke depan.Kakek Muhar tampak bingung. Apa masalah cucunya menikah dengannya telah menjadi hal tak penting?Namun, dia langsung memahami situasi itu. Dia melihat Gavin menyapa seorang lelaki tua yang turun dari mobil dengan hormat, lalu memanggilnya dengan gembira, "Kakek Rohan!"Melihat ekspresi hormat di waj
"Bukan!""Jangan!"Mana mungkin Widia membiarkan kakeknya berlutut di depannya. Dia pun buru-buru berkata, "Anda nggak perlu khawatir, saya nggak akan mengabaikan Keluarga Lianto.""Hanya saja, bisakah kalian bertahan dan menunggu sedikit lebih lama lagi?""Nggak bisa. Apa kamu nggak dengar kata-kata kakekmu barusan? Gavin sudah memberimu tenggat waktu. Seandainya kamu nggak muncul malam ini, Keluarga Lianto kita akan runtuh besok pagi," ucap ibunya Widia."Nggak, masih ada satu cara lagi."Seakan menyadari keengganan cucunya, Kakek Muhar pun mengeluarkan sebuah ide, "Mungkin kita bisa lakukan ini. Widia, pergilah mencari Gavin malam ini, lalu bicarakan baik-baik masalah ini kepadanya. Siapa tahu dia akan memberimu waktu beberapa hari lagi.""Berjanjilah kepadanya dulu, lalu tunda waktu pernikahan kalian hingga beberapa hari lagi. Asalkan Tobi bisa menangani Keluarga Gumilar dalam beberapa hari itu, kamu akan baik-baik saja.""Kalau nggak, hal itu membuktikan Tobi adalah pembohong besa
"Bagus!"Lastri tidak tahan lagi dan bergumam kecil. Hanya saja, dia takut Yaldora tidak senang, jadi dia tidak berani berteriak.Yaldora menggelengkan kepalanya tak berdaya dan berkata dengan datar, "Lastri, kamu salah!""Nona, kenapa aku salah? Bukankah kamu paling benci laki-laki? Kenapa orang sepertinya ....""Sudahlah. Kamu nggak perlu bicara lagi. Nanti kamu akan tahu sendiri."Yaldora diam-diam menggelengkan kepalanya. Dia tidak percaya pria hebat seperti Tobi tidak bisa menangani masalah sepele ini.Memang benar demikian. Tobi tidak sabar lagi dan mengerutkan kening. "Baiklah. Apa sudah selesai diskusinya?"Mendengar itu, semua orang tertegun.Padahal, bocah ini sudah tertangkap basah melakukan hal yang tidak senonoh. Dilihat dari nada bicaranya yang begitu sombong, sepertinya dia masih belum bertobat.Benar saja. Kinan langsung mengamuk. "Bocah, kamu masih berani sombong di sini? Apa kamu memandang sebelah mata semua orang di sini?""Jangan banyak omong lagi. Kamu mau balas de
Karena perkataan Isander, Ivy langsung menjadi gugup.Padahal, jika dilihat dari penampilan, Tobi tidak terlihat seperti orang seperti itu. Sebaliknya, Kinan tampak begitu mendominasi.Tidak peduli benar atau salah, bukankah sebaiknya menyerahkan masalah ini kepada polisi untuk diselidiki dan ditangani?Hanya saja, tuan muda Keluarga Yudistira yang terlihat bermartabat dan sopan ini sepertinya punya latar belakang yang menakutkan. Dia bahkan mengenal Pak Retno dan tampaknya tidak takut dengan atasan mereka.Namun, jika Ivy tidak ikut campur, apa yang akan terjadi pada pria ini? Hati nuraninya pasti tidak akan tenang. Apa yang harus dia lakukan?"Kenapa kamu masih berdiri di sana? Percayalah, asalkan ada aku di sini, nggak akan terjadi apa-apa. Kalau kamu masih khawatir, kamu bisa simpan nomor Whatsapp-ku. Aku pasti akan melindungimu," ucap Isander dengan cepat.Hari ini dia hanya perlu menaklukkan dua wanita cantik ini dulu. Dia tidak perlu khawatir dengan pramugari ini. Lagi pula, dia
"Nggak bisa. Beraninya dia menyentuh adikku. Aku harus menghadapinya sendiri hari ini," kata Kinan dengan kesal.Mendengar itu, Ivy masih mau berbicara.Isander langsung mendahuluinya dan berkata dengan nada tegas, "Sudahlah. Nona Cantik, kamu nggak bisa mengatasinya sendiri, jadi buat apa ikut campur dalam urusan orang lain? Selain itu, aku juga kenal Pak Retno dari perusahaan kalian.""Kamu nggak perlu khawatir dengan masalah ini. Nanti aku akan sampaikan masalah ini kepadanya langsung.""Ka ... kamu kenal Pak Retno?" tanya Ivy dengan ekspresi terkejut."Tentu saja. Bagi tuan muda Keluarga Yudistira di Jatra sepertiku, mengenal CEO maskapai penerbangan bukanlah masalah besar. Sebaliknya, itu seharusnya menjadi kehormatan baginya," kata Isander dengan ekspresi bangga.Dia sengaja mengatakan semua ini dengan suara lantang agar bisa memamerkan statusnya yang luar biasa kepada semua orang, terutama kepada wanita-wanita cantik itu.Jika demikian, tingkat keberhasilan mendapatkan wanita-wa
Mendapati wanita yang mengikuti Yaldora juga ikut mengomentari, Isander segera mengambil kesempatan untuk unjuk gigi dan memenangkan hati wanita pujaannya.Begitu mendengar itu, Lastri langsung memperlihatkan ekspresi kekaguman dan buru-buru berkata, "Benar, mereka sama-sama bermarga Yudistira, tapi kenapa kesenjangannya begitu besar? Yang satunya preman yang nggak tahu malu. Yang satunya lagi justru pemuda tampan yang punya rasa keadilan!"Isander kegirangan mendengar pujian itu. Dia sangat antusias sampai bergegas berkata, "Nona, kamu terlalu memuji. Tapi wanita memang seharusnya dilindungi pria. Bagaimana mereka bisa diintimidasi seperti ini? Benar-benar parah sekali.""Nona nggak perlu khawatir. Aku pasti akan memberinya hukuman setimpal hari ini agar dia nggak berani melakukan hal nggak tahu malu seperti itu lagi."Wajah Tobi tampak tidak berdaya. Ketiga orang ini jelas tampak seperti satu komplotan. Mereka bertindak seolah-olah itu adalah masalah yang serius.Yaldora, yang duduk
Isander mengerutkan kening."Siapa peduli dengan taktik yang dia gunakan. Orang yang nggak tahu malu seperti ini kurang diberi pelajaran." Kinan segera berkata, "Kak Isander, jangan khawatir. Aku sudah menyusun rencana. Aku jamin kamu pasti akan memperlihatkan kehebatanmu.""Siapa tahu kamu bisa memikat hati para wanita cantik ini. Saat itu, kamu bisa menikmati dilayani oleh mereka, 'kan?"Mendengar itu, wajah Isander tampak penuh dengan ekspresi kegembiraan. Dua wanita cantik ini benar-benar menggiurkan. Jika dia bisa memiliki keduanya, bukankah dia akan menjadi pria paling bahagia di dunia ini?Kinan kemudian menatap adiknya, Miya, sambil berkata, "Aku serahkan kepadamu!"Meski Miya enggan, dia juga ingin bersama Isander. Namun, dia tahu dia tidak boleh ragu saat ini. Jika tidak, dia bahkan tidak akan punya kesempatan untuk mengikuti Isander lagi ke depannya.Dia buru-buru berkata, "Kak Isander, kamu tenang saja. Serahkan saja kepadaku!"Usai mengatakan itu, mereka pun kembali ke kab
Perkataan itu seketika membuat Yaldora gemetar tanpa alasan.Sebenarnya, sejak pertemuan pertama mereka, Yaldora telah memiliki kesan yang mendalam terhadap Tobi. Apalagi, itu adalah kesan yang sangat nyaman dan baik.Hanya saja, dia mengira mereka tidak mungkin punya kesempatan untuk bertemu lagi. Siapa sangka mereka akan bertemu lagi secepat ini. Apalagi, target dari misi yang diberikan gurunya juga pria itu.Jika bukan karena target kali ini adalah Tobi, Yaldora pasti akan langsung menolak 'jebakan wanita cantik' yang disarankan gurunya. Bahkan, lebih mustahil untuk turun gunung dengan tujuan seperti ini.Meski Yaldora berutang budi kepada gurunya, dia juga tidak bisa memenuhi permintaan seperti ini!Ekspresi wajah Yaldora kembali normal. Dia pun berkata dengan tenang, "Sudah kubilang, aku hanya fokus berkultivasi. Aku nggak tertarik dengan pria.""Aku nggak bisa memaksamu, tapi bukan hanya karena kamu nggak tertarik sama pria, kamu juga akan melarangku menyukaimu, 'kan?" kata Tobi
"Mempermainkanmu?"Tobi tertegun sejenak. Sebenarnya, itu hanya lelucon saja."Memangnya bukan?""Kalau kamu orang seperti itu, nggak ada lagi yang perlu kita bicarakan." Yaldora tampak kesal. Sebenarnya, dia menganggap Tobi sebagai orang baik.Jika tidak, mana mungkin dia akan mendatanginya dan masuk ke dalam untuk duduk.Namun, setelah dilihat sekarang, semua perkataan Tobi itu penuh dengan kebohongan. Dia tidak jujur seperti yang tampak dari tampangnya.Tanpa sadar, hal ini malah membuatnya marah. Dia bahkan melupakan tugas gurunya.Kali ini, Tobi benar-benar bingung. Padahal, dia hanya mengatakan yang sebenarnya. Sekalipun dia berbohong, Yaldora juga tidak perlu marah seperti itu, 'kan?Mungkinkah tebakannya salah?Gadis ini mendekatinya tanpa tujuan apa pun? Murni hanya karena memiliki kesan baik terhadap dirinya?Jika bukan demikian, kenapa masalah sepele seperti itu bisa membuatnya marah?Apalagi, dilihat dari ekspresinya, Yaldora tidak terlihat seperti sedang berakting. Tobi se
Yaldora menghampiri Tobi. Dia tidak langsung duduk, tetapi bertanya dengan dingin, "Kamu mencariku?""Ya, duduklah."Tobi mengangguk dan tersenyum. Lantaran Laurin telah mengundangnya kemari, dia tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.Yaldora melirik sekilas. Laurin duduk di bagian dalam, sedangkan Tobi tidak berniat berdiri untuk membiarkannya masuk. Setelah ragu-ragu sejenak, dia memutuskan untuk berjalan melewati tempat duduk Tobi, tetapi dengan bokong mengarah kepada pria itu.Karena gurunya telah berpesan kepadanya agar mendekati Tobi. Jika dia bahkan tidak bisa melakukan hal kecil seperti ini, bagaimana dia bisa menyelesaikan tugas gurunya dan mendapatkan liontin giok?Sosok anggun itu melewatinya, apalagi bokong indahnya menghadap ke arahnya. Terutama, Tobi dalam posisi duduk, sedangkan Yaldora berdiri. Dari ketinggian dan jarak seperti itu, sulit untuk tidak melihat langsung.Namun, Yaldora bergegas duduk dan memandang Tobi, seakan bertanya mengapa dia memintanya datan
Kemunculan Laurin langsung menarik perhatian banyak orang, terutama sekelompok anak muda, dua pria dan satu wanita. Pandangan kedua pria itu seakan tidak lepas dari Laurin sedetik pun.Tak lama kemudian, Yaldora dan Lastri juga muncul. Meski paras Lastri masih kalah dari Yaldora, dia juga termasuk wanita cantik. Saat keduanya muncul, juga mencuri perhatian banyak orang.Terutama dua pemuda yang mengenakan pakaian bermerek dan terlihat sombong itu.Saat melihat Tobi, Yaldora sepertinya tidak terkejut sama sekali. Rupanya, dia juga menyadari keberadaan Tobi barusan. Wanita itu pun mengangguk kepada Tobi.Tobi tertegun sejenak. Kemudian, balas mengangguk kepadanya.Namun, pemandangan itu membuat kedua pria tersebut cemburu, terutama pria bernama Isander. Pemuda yang satunya lagi bernama Kinan. Sedangkan, wanita di samping itu adalah adik perempuannya Kinan. Namanya Miya.Sebenarnya, Kinan selalu mengikuti Isander. Sedangkan adiknya, Miya, menyukai Isander. Kinan juga ingin adiknya bersama