Tatapan mata Sheila tampak kosong. Kejadian malam ini telah mengejutkannya berulang kali, tetapi yang diucapkan si manajer itu benar-benar di luar dugaannya.Sampai detik sebelumnya, dia mengira ini semua berkat koneksi Robin.Bella tersenyum kecut. Dugaannya benar. Tampaknya dia terlalu menyepelekan Tobi sebelumnya dan kerap merasa pria itu tidak berkemampuan.Bisa dikatakan, temperamen Tobi cukup baik. Padahal Bella telah mengucapkan begitu banyak kata-kata kasar, tetapi pria itu tidak membalasnya sama sekali.Namun, kalau dipikir-pikir, ini semua pasti demi Kristin.Jika bukan karena Kristin, dia mungkin tidak akan berbicara kepada Bella.Semua orang di ruangan itu menghela napas. Yang terjadi hari ini benar-benar di luar dugaan mereka. Namun, mereka tetap harus mengakui kehebatan Tobi.Sebaliknya, Robin yang awalnya dipuji-puji itu kini hanya bisa ditertawakan.Tobi tidak peduli dengan ekspresi semua orang, lalu berkata dengan tenang kepada Pak Yohan, "Kali ini dia yang bayar tagih
Bisa-bisanya Pak Damar memberi Tobi kartu hitam Lawana?Bagi mereka, kartu hitam Lawana hanyalah sebuah legenda.Jika Yohan tidak membahasnya, mereka bahkan tidak mengenali kartu itu.Siapa sebenarnya Tobi ini? Dalam waktu singkat, terungkap bahwa dirinya memiliki hubungan dekat dengan tiga dari empat keluarga besar di Kota Tawuna.Tiga keluarga besar itu termasuk Keluarga Sunaldi, Keluarga Yusnuwa dan Grup Transera, yang menggantikan Keluarga Hutama sebelumnya.Yohan memang sengaja melakukannya. "Baik, saya bantu Anda melunasi tagihannya. Saya akan kembali sebentar lagi."Jika Yohan yang mengurus tagihannya, dia pasti tidak akan menagih semuanya, tapi hanya setengah saja. Dia bahkan ingin bertanya kepada atasannya, perlukah mereka menggratiskan anggur mahal itu?Namun, atasannya menyuruhnya untuk tidak melakukannya, lantaran kartu hitam Lawana itu memang diperuntukkan Tobi. Lagi pula, Keluarga Yusnuwa yang akan membayarnya, jadi dia tidak perlu khawatir dengan tagihannya.Karena semua
Para wanita itu agak kaget ketika mendengar itu. Mereka pun menoleh untuk mencari si pemilik suara.Tampak seorang wanita muncul di hadapan mereka. Dia mengenakan gaun sifon berkelas yang memiliki potongan pas di badannya, hingga memperlihatkan lekuk tubuh indahnya.Wajahnya sangat mulus dan sempurna, bagaikan bidadari turun dari langit.Hanya saja, dia memasang ekspresi dingin dan terlihat sangat marah.Mendengar kata-kata Widia, Diana terperanjat. Sepertinya ada yang aneh.Bella agak kesal dan berkata dengan dingin, "Kami sedang membicarakan pacar teman kami. Apa hubungannya denganmu?""Pacar temanmu itu suamiku. Jadi, menurutmu ini bukan urusanku?" balas Widia dengan dingin.Entah apa yang terjadi dengan diri Widia. Dia hanya ingin mengungkapkan identitasnya di sini.Padahal mereka sudah sepakat untuk bercerai, jadi seharusnya dia tidak ikut campur dalam masalah ini.Namun, Widia sengaja ingin memperlihatkan statusnya.Bella tertegun sejenak. 'Nggak mungkin, jangan-jangan ini istrin
"Nggak apa-apa," ucap Tobi menggelengkan kepala."Apanya yang nggak apa-apa? Kulihat dia sangat sedih. Apa kamu nggak takut terjadi sesuatu kepadanya?" kata Kristin lagi."Nggak akan."Tobi sedikit ragu. Jika hanya Widia saja, dia seharusnya baik-baik saja, tetapi kalau ada Tania, maka belum tentu demikian.Kristin menarik tangan Tobi dan berkata, "Nggak akan apanya? Cepat susul dia."Meskipun Tobi mengucapkan kata-kata itu dengan santai, Kristin bisa merasakan Kak Tobi sangat menyukai istrinya, terlepas mereka hanya suami istri di atas kertas."Baiklah, aku pergi lihat sebentar," ujar Tobi.Melihat Tobi pergi, Kristin agak kecewa.Melihat adegan ini, Bella menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kristin, lantaran mereka hanya suami istri di atas kertas dan kamu menyukai Tobi, bukankah lebih baik kalau mereka bercerai? Mengapa kamu malah membujuknya?""Nggak! Kak Tobi menyukainya dan aku juga nggak bisa melakukan hal yang membuat Kak Tobi nggak senang," balas Kristin segera."Benar-benar
Mendengar itu, Tania buru-buru memasang ekspresi kesulitan dan berkata, "Widia, kamu juga tahu kalau aku menentang kamu bersama Tobi dari awal. Kalau kamu tanya, aku pasti nggak mendukungnya.""Karena kita semua tahu kalau ini bukan pertama kalinya Tobi kedapatan bersama wanita lain. Kelak, dia pasti akan terlibat dengan wanita lainnya. Bisakah kamu menerimanya?"Berbicara tentang ini, gambaran Tobi bersama wanita lain mendadak muncul di benak Widia. Terbayang hal itu, hatinya makin terasa sesak."Selain itu, tahukah kamu kenapa begitu banyak orang yang menentang kalian bersama?""Karena kebanyakan orang pasti akan mencari pasangan yang status sosialnya setara. Mungkin saat ini kamu bisa melakukan apa saja demi cinta, tapi setelah menikah nanti, akan ada lebih banyak masalah lagi," kata Tania."Aku nggak peduli dengan semua itu, tapi aku nggak bisa menerima dia bersama wanita lain.""Ya, kamu memang nggak peduli, tapi bagaimana dengan orang tua dan kakekmu? Apa kamu ingin putus hubunga
"Gavin? Yang mana?" tanya Tania dengan ekspresi bingung, padahal hatinya sangat senang."Tuan muda dari Keluarga Gumilar, yang kemarin membantu kita menagih utang.""Tuan Gavin, yang kemarin Tobi pura-pura ambil jasanya itu.""Oh!""Dia kelihatan sopan, layaknya pria sejati. Latar belakang keluarganya juga luar biasa, apalagi aku juga belum pernah mendengar rumor buruk mengenai dirinya. Yang lainnya aku nggak tahu, tapi aku rasa dia sangat kuat."Tania bersikap layaknya tidak tahu."Oh.""Bagaimanapun juga, dia termasuk calon pewaris Keluarga Gumilar. Wanita yang bisa menikah dengannya pasti sangat beruntung. Entah wanita mana yang bernasib baik seperti itu.""Oh ya, kenapa kamu tiba-tiba menanyakan soal dia?""Bukan apa-apa!"Widia tidak banyak bicara, tapi jauh di lubuk hatinya dia mulai tertarik kepada Gavin.Setelah mobil melaju beberapa saat, kebetulan mereka melewati sebuah bar. Tania melirik ke samping dan berkata, "Widia, suasana hatimu lagi buruk, 'kan? Bagaimana kalau kita pe
Widia tampak berlinang air mata. Sepertinya dia sudah mabuk.Setelah melampiaskan emosinya, perasaannya kini jauh lebih baik dan lebih tenang. Dia mengambil tisu untuk menyeka air matanya."Widia, jangan terlalu sedih.""Karena dia nggak pantas, buat apa kamu terus menantikannya? Lagian, di luar sana ada begitu banyak pria hebat yang mengejarmu. Mengapa kamu harus sedih untuk pria tak tahu malu seperti itu?" hibur Tania.Widia mengangguk. Mungkin ini saatnya dia melepaskan pria itu. Hanya saja, teringat besok dia harus pergi ke kantor sipil, hatinya terasa sakit sekali.Pedih menyayat jiwa.Di saat Widia hendak berbicara, tiba-tiba sekelompok pria berpakaian tidak biasa melirik mereka dan berjalan mendekat, "Dua gadis cantik, lagi minum-minum? Tak adakah pria yang menemani kalian? Mau bergabung nggak?""Terutama gadis cantik ini, sepertinya kamu barusan nangis. Siapa yang berani mengganggumu? Katakan padaku, aku akan balas dendam untukmu."Melihat itu, Tania langsung berkata dengan din
Pria itu lengah dengan aksi mendadak itu. Alhasil, tubuhnya juga terdorong.Tania langsung menyambar wajah dua pria di sebelahnya dengan ganas.Ini semua adalah skenario yang direncanakannya dari awal.Sebentar lagi, Gavin akan muncul dan menyelamatkan Widia.Sebaliknya, Widia yang tadinya sudah putus asa itu tak menyangka Tania berani memberontak.Demi menyelamatkannya, Tania bahkan bertarung melawan pria itu.Ternyata Tania selalu memprioritaskan dirinya. Yang dia lakukan selama ini semuanya demi Widia. Sekalipun dia disalahpahami seperti itu, dia tetap saja berusaha keras untuk menyelamatkannya.Saat ini juga, Widia tidak peduli begitu banyak lagi dan langsung memanfaatkan celah tersebut, bangkit dan berlari keluar.Dia berpikir dalam hati, 'Tania, tunggulah. Aku pasti akan menyelamatkanmu.'"Sialan! Gadis busuk! Cari mati!"Pria itu marah dengan kelakuan Tania, kemudian kembali menamparnya dengan keras sebanyak dua kali. Setelah itu, dia mendorongnya menjauh dan berkata dengan nada
Isander mengerutkan kening."Siapa peduli dengan taktik yang dia gunakan. Orang yang nggak tahu malu seperti ini kurang diberi pelajaran." Kinan segera berkata, "Kak Isander, jangan khawatir. Aku sudah menyusun rencana. Aku jamin kamu pasti akan memperlihatkan kehebatanmu.""Siapa tahu kamu bisa memikat hati para wanita cantik ini. Saat itu, kamu bisa menikmati dilayani oleh mereka, 'kan?"Mendengar itu, wajah Isander tampak penuh dengan ekspresi kegembiraan. Dua wanita cantik ini benar-benar menggiurkan. Jika dia bisa memiliki keduanya, bukankah dia akan menjadi pria paling bahagia di dunia ini?Kinan kemudian menatap adiknya, Miya, sambil berkata, "Aku serahkan kepadamu!"Meski Miya enggan, dia juga ingin bersama Isander. Namun, dia tahu dia tidak boleh ragu saat ini. Jika tidak, dia bahkan tidak akan punya kesempatan untuk mengikuti Isander lagi ke depannya.Dia buru-buru berkata, "Kak Isander, kamu tenang saja. Serahkan saja kepadaku!"Usai mengatakan itu, mereka pun kembali ke kab
Perkataan itu seketika membuat Yaldora gemetar tanpa alasan.Sebenarnya, sejak pertemuan pertama mereka, Yaldora telah memiliki kesan yang mendalam terhadap Tobi. Apalagi, itu adalah kesan yang sangat nyaman dan baik.Hanya saja, dia mengira mereka tidak mungkin punya kesempatan untuk bertemu lagi. Siapa sangka mereka akan bertemu lagi secepat ini. Apalagi, target dari misi yang diberikan gurunya juga pria itu.Jika bukan karena target kali ini adalah Tobi, Yaldora pasti akan langsung menolak 'jebakan wanita cantik' yang disarankan gurunya. Bahkan, lebih mustahil untuk turun gunung dengan tujuan seperti ini.Meski Yaldora berutang budi kepada gurunya, dia juga tidak bisa memenuhi permintaan seperti ini!Ekspresi wajah Yaldora kembali normal. Dia pun berkata dengan tenang, "Sudah kubilang, aku hanya fokus berkultivasi. Aku nggak tertarik dengan pria.""Aku nggak bisa memaksamu, tapi bukan hanya karena kamu nggak tertarik sama pria, kamu juga akan melarangku menyukaimu, 'kan?" kata Tobi
"Mempermainkanmu?"Tobi tertegun sejenak. Sebenarnya, itu hanya lelucon saja."Memangnya bukan?""Kalau kamu orang seperti itu, nggak ada lagi yang perlu kita bicarakan." Yaldora tampak kesal. Sebenarnya, dia menganggap Tobi sebagai orang baik.Jika tidak, mana mungkin dia akan mendatanginya dan masuk ke dalam untuk duduk.Namun, setelah dilihat sekarang, semua perkataan Tobi itu penuh dengan kebohongan. Dia tidak jujur seperti yang tampak dari tampangnya.Tanpa sadar, hal ini malah membuatnya marah. Dia bahkan melupakan tugas gurunya.Kali ini, Tobi benar-benar bingung. Padahal, dia hanya mengatakan yang sebenarnya. Sekalipun dia berbohong, Yaldora juga tidak perlu marah seperti itu, 'kan?Mungkinkah tebakannya salah?Gadis ini mendekatinya tanpa tujuan apa pun? Murni hanya karena memiliki kesan baik terhadap dirinya?Jika bukan demikian, kenapa masalah sepele seperti itu bisa membuatnya marah?Apalagi, dilihat dari ekspresinya, Yaldora tidak terlihat seperti sedang berakting. Tobi se
Yaldora menghampiri Tobi. Dia tidak langsung duduk, tetapi bertanya dengan dingin, "Kamu mencariku?""Ya, duduklah."Tobi mengangguk dan tersenyum. Lantaran Laurin telah mengundangnya kemari, dia tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.Yaldora melirik sekilas. Laurin duduk di bagian dalam, sedangkan Tobi tidak berniat berdiri untuk membiarkannya masuk. Setelah ragu-ragu sejenak, dia memutuskan untuk berjalan melewati tempat duduk Tobi, tetapi dengan bokong mengarah kepada pria itu.Karena gurunya telah berpesan kepadanya agar mendekati Tobi. Jika dia bahkan tidak bisa melakukan hal kecil seperti ini, bagaimana dia bisa menyelesaikan tugas gurunya dan mendapatkan liontin giok?Sosok anggun itu melewatinya, apalagi bokong indahnya menghadap ke arahnya. Terutama, Tobi dalam posisi duduk, sedangkan Yaldora berdiri. Dari ketinggian dan jarak seperti itu, sulit untuk tidak melihat langsung.Namun, Yaldora bergegas duduk dan memandang Tobi, seakan bertanya mengapa dia memintanya datan
Kemunculan Laurin langsung menarik perhatian banyak orang, terutama sekelompok anak muda, dua pria dan satu wanita. Pandangan kedua pria itu seakan tidak lepas dari Laurin sedetik pun.Tak lama kemudian, Yaldora dan Lastri juga muncul. Meski paras Lastri masih kalah dari Yaldora, dia juga termasuk wanita cantik. Saat keduanya muncul, juga mencuri perhatian banyak orang.Terutama dua pemuda yang mengenakan pakaian bermerek dan terlihat sombong itu.Saat melihat Tobi, Yaldora sepertinya tidak terkejut sama sekali. Rupanya, dia juga menyadari keberadaan Tobi barusan. Wanita itu pun mengangguk kepada Tobi.Tobi tertegun sejenak. Kemudian, balas mengangguk kepadanya.Namun, pemandangan itu membuat kedua pria tersebut cemburu, terutama pria bernama Isander. Pemuda yang satunya lagi bernama Kinan. Sedangkan, wanita di samping itu adalah adik perempuannya Kinan. Namanya Miya.Sebenarnya, Kinan selalu mengikuti Isander. Sedangkan adiknya, Miya, menyukai Isander. Kinan juga ingin adiknya bersama
Laurin tidak berani terlalu lancang karena takut perkataannya akan mencelakai dirinya sendiri. Dia tidak lagi berbicara sampai Tobi mengantarnya pulang dengan selamat.Dia tidak masuk ke dalam rumah. Meski dia bilang meninggalkan sebuah kamar untuk dirinya, dia tidak pernah tinggal di rumah itu sama sekali.Lantaran dia tahu Tuan Muda tidak ingin orang lain mengusik dunia milik berduanya dengan Kakak Ipar.Laurin memanggil Tobi dengan sebutan Tuan Muda, tetapi tidak memanggil Widia dengan sebutan Nyonya. Meski sebutan itu tidak terlalu tepat dan aneh, dia tidak peduli. Lantaran dia hanya punya satu Nyonya, yaitu Naura.Tobi kembali ke rumah. Dia sempat melakukan komunikasi yang lebih mendalam dengan Widia. Keesokan paginya, dia telah muncul di bandara.Widia juga datang. Meski pekerjaannya sangat sibuk, dia merasa perjalanan Tobi ke Jatra kali ini tidak biasa, jadi dia pun sengaja datang untuk mengantarnya.Begitu tiba di bandara dan menyadari semua ini, Laurin segera bersembunyi. Sete
Tobi berkata dengan jujur, "Apa kamu ingin membuat hati nuraniku merasa nggak tenang?""Bu ... bukan begitu!""Kalau begitu, sudah benar. Kalau kita memang berjodoh, pasti akan ada kesempatan." Selesai berbicara, Tobi memandang Shinta yang telah melepaskan rangkulan tangannya dan berdiri.Mendengar itu, Shinta tidak berani terus memaksakan keinginannya dan hanya berkata tak berdaya, "Baiklah. Aku dengar perkataan Kak Tobi saja."Setelah itu, Tobi buru-buru keluar dari kamar Shinta. Baru saja meninggalkan lobi hotel, siapa sangka ada mobil sport Ferrari yang berhenti di luar sana. Yang duduk di dalam mobil adalah seorang wanita cantik.Banyak pria yang terus memusatkan perhatian pada wanita itu. Karena gadis ini begitu cantik dan menawan. Mereka tidak bisa mengalihkan pandangan darinya. Andai mereka memiliki wanita seperti itu, mereka akan rela menanggung konsekuensi apa pun.Saat gadis itu melihat Tobi keluar, dia langsung berteriak, "Tuan Muda!"Tobi terkejut. Bukankah itu Laurin? Dia
Mendengar itu, Shinta diam-diam merasa sedih. Kak Tobi benar-benar orang yang baik. Dia pun berkata, "Terima kasih, Kak Tobi. Selain minta maaf, aku juga ingin berterima kasih untuk bantuanmu hari ini.""Kalau bukan berkat kamu, meski keluarga kami nggak akan berakhir, hidupku pasti sudah hancur."Membayangkan situasi barusan, jika bukan karena Kak Tobi, dia pasti harus mengikuti Steven dan menjadi wanitanya. Mengikuti orang seperti Steven, sudah pasti hidupnya akan hancur."Hmm, kita berteman. Sudah seharusnya kita saling membantu. Lagian, bukankah kamu juga membantuku sekarang?""Aku membantumu?" Shinta tidak paham."Kamu membantuku menangani Grup Bustan.""Itu namanya bukan membantumu. Kak Tobi-lah yang memberiku kesempatan. Membahas masalah ini, aku juga ingin mengucapkan terima kasih lagi kepada Kak Tobi," ucap Shinta dengan antusias."Oke, aku sudah menerima ucapan terima kasihmu. Kelak, jangan bahas masalah ini lagi," ucap Tobi tidak berdaya. Dia ingin segera mengakhiri obrolan
Padahal, Tobi telah menyusun rencana barusan, tetapi dia malah sulit untuk melakukannya. Sebenarnya, kelakuan ayahnya Shinta barusan sangat tidak sopan dan juga membuat orang merasa jijik.Namun, juga masih belum kelewat batas. Dia murni hanya ingin mencari aman dan menghindari masalah besar.Yang paling penting, Tobi bisa menyadari bahwa Shinta sangat menghormati ayahnya. Pasti karena ayahnya memperlakukannya dengan baik. Jika Tobi mengatakan ingin putus di saat ini juga, takutnya Shinta akan merasa tidak nyaman.Lupakan saja. Biarlah Shinta sendiri yang menjelaskan kepada ayahnya tentang mereka putus nantinya.Jika demikian, segalanya akan jauh lebih leluasa.Lagi pula, Tobi tidak punya waktu untuk datang ke sini dan berpura-pura menjadi pacar lagi.Lantaran masalah Steven telah terselesaikan, mereka sekeluarga pun makan dengan gembira. Apalagi, hidangan yang dipesan Tobi semuanya lezat-lezat. Tidak heran, harganya juga tidak biasa. Karena semuanya dibuat menggunakan bahan premium da