Kini mereka sudah sampai di rumah. Dengan adanya Tania yang menjaga Widia, Tobi seharusnya bisa keluar.Jessi segera memberitahukan alamatnya, lalu berkata, "Aku akan segera ke sana. Kutunggu kamu di pintu masuk rumah sakit." Karena saat ini, orang tua itu sudah dibawa ke rumah sakit. ."Ok!"Tobi menutup teleponnya dan berkata, "Tania, tolong bawa Widia masuk, lalu pinjam aku mobilnya."Awalnya Tania hendak menolak, tetapi setelah berpikir sejenak, dia pun membawa Widia turun dari mobil.Tobi segera melaju ke rumah sakit. Bagaimanapun juga, menyelamatkan orang lebih penting. Ternyata, repot juga kalau tidak punya mobil. Kelihatannya, dia harus membeli sebuah skuter.Begitu dia tiba di depan pintu rumah sakit, Jessi langsung menyambutnya, "Kak Tobi!""Ya. Siapa orang tua yang kamu bilang tadi?" tanya Tobi."Dia ibunya wali kota kita. Ayah Pak Hendro sudah meninggal saat dia masih kecil. Dia dibesarkan oleh ibunya, jadi dia sangat peduli sama beliau," jelas Jessi kepada Tobi.Setelah me
Hendro segera mendekati istrinya, Juli Sanjaya, untuk menanyakan kondisi ibunya.Ketika mengetahui ibunya sakit kritis dan sudah lama dirawat di ICU, wajahnya seketika memucat.Orang yang paling dia kasihani sepanjang hidupnya adalah ibunya, wanita yang telah bersusah payah membesarkannya itu.Di paruh pertama kehidupannya, ibunya telah mengalami banyak kesulitan dan kini dia masih harus menderita di masa tuanya.Padahal putranya baru saja memiliki status yang cukup tinggi, tetapi ibunya justru tertimpa musibah.Bagaikan seorang anak yang ingin membalas budi orang tuanya, tetapi waktu tidak mengizinkan. Hati Hendro merasa tersiksa melihatnya.Yanuar mendekati ayahnya dan berkata, "Ayah, jangan khawatir. Setelah mengetahui kondisi Nenek, aku langsung menghubungi Dokter Darwin. Dia kebetulan lagi di Kota Tawuna. Asalkan dia mengobatinya, seharusnya nggak masalah.""Bagus, bagus sekali!"Hendro menepuk bahu putranya berulang kali sambil memujinya.Akibat dimanja keluarga ibunya sejak keci
"Ya. Kamu memikirkan begitu jauh. Yanuar makin lama kamu makin dewasa. Kamu memang kebanggaan ibu."Hendro mengerutkan kening dan tidak berkata apa-apa. Pertama, dia tidak begitu memercayai kata-kata putranya. Tidak mungkin dia diintimidasi oleh pria seperti itu.Kedua, saat ini dia lebih khawatir dengan kondisi ibunya, jadi dia tidak mampu memikirkan hal lain.Saat ini, pintu bangsal terbuka, Dokter Darwin keluar dari dalam. Dia melepas maskernya dan terlihat lesu, matanya tak berdaya."Dokter Darwin, bagaimana kondisi ibuku?" tanya Hendro dengan gugup.Dokter Darwin tersenyum pahit. Begitu banyak orang mempercayakan tugas-tugas penting kepadanya, tetapi dia terus gagal menanganinya. Reputasinya sebagai dokter ajaib telah hancur. "Maaf, aku sudah berusaha semaksimal mungkin," tuturnya dengan lesu."Apa!"Hendro tampak terguncang dan wajahnya menjadi pucat.Raut wajah yang lainnya masih tidak seburuk kondisinya."Sekarang kondisinya bagaimana? Sungguh nggak ada solusi lagi?"Mata Hendr
Tobi agak terkejut mendengarnya. Darwin lagi-lagi tidak bisa menyelesaikannya?Mungkin Darwin dibayangi peruntungan buruk. Padahal, Tobi cukup mengakui ilmu medisnya.Jessi juga tak kalah terkejutnya, dia langsung bangkit dan melambaikan tangannya, "Paman Hendro, kami di sini!"Begitu mendengar suara Jessi, dia bergegas menghampiri mereka. Dia segera meraih tangan Tobi dan buru-buru berkata, "Dokter Tobi, maaf saya nggak mengenali Anda barusan dan sudah menyinggung Anda.""Mohon Anda nggak memasukkannya ke dalam hati."Tak disangka, Pemimpin nomor dua di Kota Tawuna itu kini tampak begitu tulus kepadanya. Ketidakpuasan di hati Tobi seketika menghilang, dia pun berkata, "Nggak apa-apa. Yang lalu biarlah berlalu.""Terima kasih atas pengertian Anda. Bisakah Anda memeriksa ibu saya?" tanya Hendro dengan serius. Dia takut melewatkan waktu yang tepat untuk mengobati ibunya."Nggak masalah, tapi ada sesuatu yang harus aku katakan sebelumnya.""Silakan Anda katakan!""Saya datang ke sini sepe
Yanuar tidak tahan lagi dan bergumam, "Apa bocah itu benar-benar bisa? Bagaimana mungkin pria semuda itu punya ilmu medis yang lebih baik dari Dokter Darwin?""Tutup mulutmu!"Hendro yang saat ini dilanda kekhawatiran langsung emosi mendengarnya, "Kita memang nggak tahu, tapi bukankah Dokter Darwin pernah melihat dengan mata kepalanya sendiri? Apa kamu nggak lihat sikapnya kepada Dokter Tobi barusan?"Yanuar tidak berani mengatakan apa-apa lagi.Namun, Juli juga tidak tahan melihatnya, "Yanuar 'kan hanya mempertanyakan saja, kenapa kamu begitu marah? Kurasa, dia nggak sanggup kali. Kalau nggak, kenapa begitu lama?""Kalian!""Lupakan. Aku nggak mau berdebat dengan kalian sekarang, tapi kalau sesuatu terjadi pada ibuku, aku akan mematahkan kaki putramu ini," bentak Hendro dengan marah."Coba saja kalau kamu berani!""Memangnya Yanuar kenapa? Bukannya ini semua demi Ibu? Dia bahkan sengaja mengundang dokter ajaib ke sini. Apa karena pria kelas bawah yang nggak jelas asal-usulnya itu?" ta
Darwin menganggukkan kepala dan berkata, "Aku nggak tahu Nyonya Besar bisa hidup berapa lama, tapi Dokter Tobi nggak hanya menyembuhkan stroke infark, dia juga membuat kondisi fisiknya jauh lebih baik.""Selama kalian merawatnya baik-baik, kelak aku jamin penyakit yang diderita sebelumnya juga bisa disembuhkan.""Benarkah? Syukurlah, syukurlah!"Hendro sangat percaya dengan kata-kata Darwin. Dia sudah lama mendengar reputasi Dokter Darwin dan sempat berpikir untuk mengundangnya untuk memeriksa kondisi ibunya.Namun, dia tidak punya kesempatan selama ini. Sekarang, mendengarnya berbicara seperti itu, tentu saja dia sangat bahagia.Namun, begitu memikirkan apa yang dilakukan istri dan putranya barusan, matanya tiba-tiba menjadi dingin. "Yanuar, ke sini dan berlutut!" bentak ayahnya.Ah!Wajah Yanuar berubah pucat dan dia tampak kebingungan.Melihat wajah ayahnya begitu galak, dia langsung meminta pertolongan ibunya.Juli juga kaget. Ingin putranya berlutut di depan umum? Mana bisa. Dia t
Jangan-jangan, dia punya identitas lain.Apa pun yang terjadi, Hendro tetap berterima kasih kepadanya, "Terima kasih banyak, Dokter Tobi.""Sama-sama," jawab Tobi."Berdirilah."Hendro kemudian meminta putranya untuk bangkit sambil berkata, "Apa kamu dengar itu? Kamu nggak boleh memprovokasi Dokter Tobi lagi. Kalau ketemu dengannya, kamu harus memperlakukannya dengan hormat.""Ya!"Yanuar benar-benar ketakutan kali ini.Setelah melihat Hendro telah selesai menangani masalah itu, Darwin segera mengambil kesempatan dan berlutut di depan Tobi.Tobi terpaku sejenak.Yanuar juga tertegun, apa yang terjadi?Apalagi Hendro."Dokter Darwin, apa yang kamu lakukan?"Tobi langsung menariknya dengan kedua tangannya."Dokter Tobi, saya nggak punya tujuan lain. Saya hanya ingin membuat pengobatan tradisional berkembang pesat. Sejak saya melihat teknik akupunktur Anda, saya sudah memutuskan untuk menjadi murid Anda," ujar Darwin."Mohon terima saya sebagai murid Anda. Kalau nggak, saya nggak akan ber
Setelah mendengar ini, Tobi baru mengerti apa yang sedang terjadi. Jika tebakannya benar, Tania seharusnya tahu situasi tadi malam. Jika tidak, Joni tidak akan berani berbohong seperti sekarang ini."Benar. Kalau bukan Tuan Joni, Widia sudah hancur."Ayahnya Widia berkata, "Tuan Joni, untungnya ada kamu kali ini. Bagaimana kami harus berterima kasih kepadamu?""Paman, kamu segan sekali!"Joni menatap Tobi dengan bangga sambil berkata, "Jangankan aku yang suka Widia itu bersedia melakukan apa pun untuknya, bahkan orang asing sekalipun pasti akan turun tangan menolongnya."Ibunya Widia pun ikut menimpali, "Tobi, dengar itu. Lihat apa yang sudah Tuan Joni lakukan, terus lihat dirimu sendiri. Apa kamu terlihat seperti suami Widia?""Apa yang sudah kulakukan? Seharusnya kamu tanya dia!"Kali ini, Tobi tidak akan diam begitu saja. "Joni, kamu yakin sudah menyelamatkan Widia?" tanya Tobi.Semua orang yang mendengar itu tampak terheran-heran.Namun, Joni berpura-pura bertanya dengan bingung, "