Jessi buru-buru menjawabnya, "Tentu saja!" Ini adalah alasan yang dia temukan dengan susah payah agar bisa bersama dengan Tobi."Kalau begitu, kita naik taksi ke sana saja."Mereka berdua pun naik taksi. Tak lama kemudian, mereka telah tiba di tujuan. Tampaknya itu sebuah klub yang sangat mewah. Mengikuti Jessi, mereka pun sampai di ruang perjamuan.Dekorasi interiornya terlihat mewah dan seluruh ruangan tampak dipasang lampu yang berkelap-kelip. Banyak pria tampan dan wanita cantik di dalamnya, pebisnis sukses saling berbaur satu sama lain serta terdengar alunan musik yang anggun dan merdu.Suasananya terlihat sangat mewah dan nyamanSekilas terlihat seperti tempat berkumpulnya kalangan atas.Mungkin karena masih syok, Jessi pergi ke kamar mandi dulu dan meninggalkan Tobi berdiri di sana.Baru ditinggal sebentar, seorang satpam maju dan memperingatkannya, "Maaf ini acara pribadi. Orang yang nggak berkepentingan dilarang masuk ke sini."Tobi tertegun sejenak dan menjelaskan, "Aku dibaw
Begitu ucapan itu dilontarkan, semua orang terkejut.Namun, mereka langsung menganggap Tobi bodoh. Meskipun banyak orang tidak mengetahui identitas Jessi, mereka semua kenal dengan Yanuar.Dia adalah putra sulung Keluarga Hartanto.Ayahnya adalah Hendro Hartanto, pemimpin nomor dua di Kota Tawuna.Ibunya juga berasal dari Keluarga Sanjaya, salah satu keluarga ternama di Kota Sawarna. Apalagi, satu-satunya putra kakeknya telah meninggal dan kini hanya tersisa putrinya seorang dan cucunya.Latar belakangnya sangatlah kuat. Bocah bodoh ini malah begitu sombong dan provokatif. Apa dia sudah bosan hidup?Bocah, tamatlah riwayatmu.Hampir semua orang berpikir seperti itu.Jessi juga tak kalah kagetnya, tetapi dia sudah bertekad tidak akan berpangku tangan. Meski harus mengorbankan nyawanya, dia akan menyuruh ayahnya menyelamatkan Tobi."Bagus. Bocah, kamu punya nyali. Kuharap kamu terus setangguh ini."Ekspresi wajah Yanuar makin gelap, lalu dia berbalik dan pergi. Di dalam hatinya, dia suda
Dasar pria berstatus rendah. Padahal aku hanya sembarang memainkan lagu, tetapi tampaknya kamu sudah tertinggal jauh.Yanuar merasa dirinya sangat hebat. Dia bahkan mengira Jessi telah ditaklukkan oleh permainan pianonya dan pengakuan romantisnya.Dia segera mengambil buket mawar, berjalan ke arah Jessi dan menatapnya penuh kasih sayang, "Jessi, sejak pertama kali bertemu denganmu, aku sudah jatuh cinta padamu.""Siang dan malam terus berganti, tapi aku merindukanmu sepanjang waktu. Jessi, maukah kamu jadi pacarku?"Semua orang menarik napas menyaksikan adegan ini. Tiba-tiba seseorang berteriak, "Terima!""Terima!""..."Dalam sekejap, makin banyak orang menyorakinya dan Yanuar makin bangga.Mana ada gadis yang tidak menyukai romansa dan menjadi pusat perhatian?Kali ini, dia pasti berhasil.Jessi tampak kesal. Dia tidak menyangka Yanuar begitu tidak tahu malu. Tadi hanya sedikit orang yang memperhatikannya, tetapi sekarang, dia harus menolak di depan umum.Yanuar seketika merasa malu.
Semua orang menatapnya tajam. Seketika Tobi meluruskan pinggangnya hingga postur tubuhnya kini tampak jauh lebih baik.Mata Jessi sekilas berbinar-binar. Dia merasa saat ini Tobi terlihat sangat berbeda dan membuatnya makin terlihat keren.Yanuar agak kaget, lalu mendengus dingin. Pasti Tobi hanya berpura-pura. Sebentar lagi, wujud aslinya pasti akan muncul.Jari Tobi menari-nari di tuts piano, menghasilkan melodi yang merdu dan menenangkan, senyaman semilir angin yang menerpa wajah.Melodi cinta itu begitu memesona, membuat hati yang gelisah menjadi tenang.Semua orang merasa terhipnosis. Melodi piano terus menghanyutkan pikiran mereka, seakan-akan mereka adalah tokoh utama di dalam cerita tersebut.Kebahagiaan, kemarahan, kesedihan dan kegembiraan tercakup seluruhnya di dalamnya.Butuh waktu lama bagi mereka untuk pulih.Semua orang mematung di tempat.Sempurna!Pertunjukan ini sangat sempurna!Setelah beberapa saat, tepuk tangan meriah mulai terdengar dari bawah panggung. Bahkan, ti
Dalam hatinya, Damar juga berharap putrinya bisa bersama Raja Naga. Akan lebih baik lagi kalau Raja Naga melepaskan Widia. Namun, dia merasa hal ini tidak mungkin terjadi."Pembohong!"Jessi tidak percaya sama sekali."Terserah kamu percaya atau nggak. Yang penting, aku jamin Kak Tobi-mu akan baik-baik saja, ok?" ucap Damar tak berdaya. Dia tidak mungkin mengungkapkan identitas Raja Naga."Baguslah kalau begitu!"Jessi baru merasa puas dan kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Dengan jaminan ayahnya, dia yakin Kak Tobi akan baik-baik saja.'Dasar gadis bodoh.'Damar hanya bisa tersenyum pahit.Hotel Padma!Setelah menenggak banyak anggur, pandangan Widia mulai kabur dan dia hampir tidak bisa duduk diam."Pak Mardi, aku sudah menghabiskan lima gelas anggur ini. Masalah pinjaman itu, kuserahkan padamu," kata Widia."Jangan khawatir!"Mardi Liman, pria berperut buncit itu terkekeh sambil berkata, "Bukankah hanya masalah pinjaman saja? Besok tinggal aku setujui saja dan pinjaman itu akan
Beberapa pria yang menemaninya itu cepat-cepat mengambil alat di meja makan dan berjalan ke depan.Dengan mengandalkan kemampuan beberapa orang ini, bagaimana mereka bisa menjadi lawan Tobi?Selain itu, saat ini Tobi masih dipenuhi amarah dan tindakannya agak kejam. Dengan mudah, dia merebut alat dari tangan lawannya, memukul kepalanya dengan keras, lalu menendangnya keluar.Satu per satu dari mereka mulai tergeletak di lantai. Kepala mereka tampak retak dan mengeluarkan darah. Tangisan dan rintihan menggema di ruangan itu. Tampaknya mereka tidak sanggup menggerakkan tubuh lagi.Mardi tertegun. Dia tidak menyangka lawannya begitu kuat. Dia memandang Tobi yang berjalan selangkah demi selangkah mendekatinya itu, "Kamu, jangan macam-macam. Aku manajer bank. Apa kalian lupa soal pinjaman?"Tania bergegas menghalanginya, "Tobi, dia itu Pak Mardi, kamu nggak boleh memukulnya. Kalau nggak, kamu nggak bisa menanggung akibatnya.""Benar. Kalau kamu berani menyentuhku, kalian akan berakibat fata
Kini mereka sudah sampai di rumah. Dengan adanya Tania yang menjaga Widia, Tobi seharusnya bisa keluar.Jessi segera memberitahukan alamatnya, lalu berkata, "Aku akan segera ke sana. Kutunggu kamu di pintu masuk rumah sakit." Karena saat ini, orang tua itu sudah dibawa ke rumah sakit. ."Ok!"Tobi menutup teleponnya dan berkata, "Tania, tolong bawa Widia masuk, lalu pinjam aku mobilnya."Awalnya Tania hendak menolak, tetapi setelah berpikir sejenak, dia pun membawa Widia turun dari mobil.Tobi segera melaju ke rumah sakit. Bagaimanapun juga, menyelamatkan orang lebih penting. Ternyata, repot juga kalau tidak punya mobil. Kelihatannya, dia harus membeli sebuah skuter.Begitu dia tiba di depan pintu rumah sakit, Jessi langsung menyambutnya, "Kak Tobi!""Ya. Siapa orang tua yang kamu bilang tadi?" tanya Tobi."Dia ibunya wali kota kita. Ayah Pak Hendro sudah meninggal saat dia masih kecil. Dia dibesarkan oleh ibunya, jadi dia sangat peduli sama beliau," jelas Jessi kepada Tobi.Setelah me
Hendro segera mendekati istrinya, Juli Sanjaya, untuk menanyakan kondisi ibunya.Ketika mengetahui ibunya sakit kritis dan sudah lama dirawat di ICU, wajahnya seketika memucat.Orang yang paling dia kasihani sepanjang hidupnya adalah ibunya, wanita yang telah bersusah payah membesarkannya itu.Di paruh pertama kehidupannya, ibunya telah mengalami banyak kesulitan dan kini dia masih harus menderita di masa tuanya.Padahal putranya baru saja memiliki status yang cukup tinggi, tetapi ibunya justru tertimpa musibah.Bagaikan seorang anak yang ingin membalas budi orang tuanya, tetapi waktu tidak mengizinkan. Hati Hendro merasa tersiksa melihatnya.Yanuar mendekati ayahnya dan berkata, "Ayah, jangan khawatir. Setelah mengetahui kondisi Nenek, aku langsung menghubungi Dokter Darwin. Dia kebetulan lagi di Kota Tawuna. Asalkan dia mengobatinya, seharusnya nggak masalah.""Bagus, bagus sekali!"Hendro menepuk bahu putranya berulang kali sambil memujinya.Akibat dimanja keluarga ibunya sejak keci
Dia juga harus membiarkan Negara Amderika mereka dipuji.Selain itu, makin menakjubkan hasilnya, tentunya masalah ini akan makin menarik perhatian banyak orang. Dengan begitu, maka akan berdampak lebih besar pada prestise Negara Harlanda.Jadi, Luniver pun menampakkan dirinya dan tertawa, "Haha, dasar sekumpulan sampah. Nggak seru sama sekali. Hirawan, biarlah aku, Luniver, pemimpin Takhta Suci Barat di Amderika, bertarung denganmu."Tubuh Luniver melayang di udara. Dia juga memperlihatkan dua belas sayap, yang seketika mengejutkan semua orang.Apalagi, dia barusan bilang apa. Orang Amderika?Di saat bersamaan, semua penonton yang berasal dari Negara Amderika langsung menjadi bersemangat.Komentar yang masuk juga makin banyak.Hirawan juga tertegun sejenak. Kemudian, dia segera memahami pemikiran Luniver. Dia merasa tertekan, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukan. Lagi pula, dia masih harus menuruti perkataan Luniver.Bahkan, bisa dikatakan dia juga antek-anteknya Luniver.Dia hanya b
"Tobi, aku mengerti niatmu, tapi ...." Raja Naga Tua masih ingin membujuk.Namun, Tobi langsung menyela, "Guru, kamu nggak mengerti. Aku akan segera pergi ke bandara. Kalian harus tunggu aku datang ke sana. Ingat, jangan sampai ada korban lagi."Usai berbicara, Tobi langsung menutup telepon. Alih-alih banyak bicara, lebih baik dia langsung menangani masalah penting. Di saat bersamaan, dia juga segera membuat pengaturan dan meminta tiket penerbangan paling awal ke Jatra.Meski pesawat akan lepas landas dalam waktu setengah jam, ataupun harus membeli tiket orang lain dengan harga mahal, Tobi juga tidak keberatan.Meski hari sudah malam, siapa yang bisa memastikan bahwa Hirawan tidak akan melakukan pergerakan apa pun? Jika dia tidak berhenti, entah berapa banyak master Harlanda yang akan menjadi korban.Saat ini, Tobi juga memperhatikan kata-kata Hirawan di siaran langsung. Ada niat membunuh yang dingin di matanya. Dia akan membuat lawan merasakan apa namanya keputusasaan.Setelah berhasi
Kecuali ada orang yang melarang mereka memberitahunya.Mungkinkah Luniver dan yang lainnya telah kembali? Master Vamil dan Raja Naga Tua takut Tobi tidak mampu mengalahkan mereka dan tidak ingin dirinya mati di tangan lawan, jadi mereka sengaja menyembunyikan hal itu.Tidak dimungkiri, tebakan Tobi memang benar.Tobi membuka pintu ruang VIP. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan ingin menanyakan masalah itu.Widia buru-buru berkata, "Tobi, kamu lihat ini. Terjadi masalah besar!""Hirawan sudah datang ke Harlanda. Entah Luniver bersamanya atau nggak."Saat Tobi keluar barusan, Widia mengeluarkan ponselnya sambil menunggu. Tak disangka, dia akan menemukan berita itu.Tobi bergegas mengeluarkan ponselnya dan melihat sekilas. Ada kilatan dingin yang muncul di matanya. Tak disangka, dia dan Widia baru saja meninggalkan Jatra belum lama, tetapi musuh sudah muncul.Namun, Tobi harus segera memberi tahu Master Vamil dan lainnya lebih dulu agar menghindari pengorbanan yang tidak diperlukan.Jad
Di saat Damar bersiap meninggalkan ruang VIP, Tobi tiba-tiba berkata, "Tunggu sebentar!"Damar langsung menghentikan langkahnya dan bertanya, "Apa Raja Naga masih punya instruksi lain?""Apa kamu masih ingat janjiku sebelumnya? Kalau kamu menangani masalah ini dengan baik, aku akan beri kamu imbalan besar. Kamu sudah melakukan pekerjaanmu dengan baik kali ini," ucap Tobi dengan tegas."Raja Naga terlalu sungkan. Ini semua sudah seharusnya aku lakukan." Damar sangat antusias. Dia mulai menerka-nerka, apa imbalan besar yang akan diberikan Raja Naga padanya?Tobi berkata dengan nada datar, "Cari sebuah ruang VIP dan jangan biarkan siapa pun mengganggumu.""Baik!"Mendengar itu, Damar sangat bersemangat. Dia bergegas pergi untuk membuat pengaturan.Lagi pula, restoran ini milik Keluarga Yusnuwa. Jadi, dia segera mengaturnya dan tidak akan ada orang yang mengganggunya."Aku keluar sebentar. Setelah lima menit, aku akan kembali." Tobi segera berpesan pada Widia."Ya, pergilah." Widia mengang
Namun saat mengetahui tentang siaran langsung global, dia segera memikirkan cara sempurna untuk menemukan ibu kandungnya Widia."Ya. Untunglah ada kamu yang menemaniku selama ini!"Widia mengangguk. Sekarang dia sudah tahu betapa menakutkan kemampuan yang dimiliki Tobi. Jika Tobi pun tidak bisa menemukan ibu kandungnya, mungkin tidak ada yang bisa dia lakukan lagi.Damar mengantar keduanya ke ruang VIP restoran, lalu bangkit dan pergi.Dia tidak ingin menjadi 'obat nyamuk' dan mengganggu kencan mereka berdua.Tobi juga memusatkan perhatiannya pada masalah Widia. Dia takut hal ini akan berdampak besar pada Widia, jadi dia juga tidak memedulikan hal lainnya lagi.Apalagi, kejadian ini terjadi terlalu cepat dan tiba-tiba.Saat ini, di area terlarang Jatra, akhirnya Harita berdiri di atas arena pertarungan dan ingin melawan Hirawan. Dia melakukan semua ini bukan untuk hal lain, tetapi demi martabat Negara Harlanda.Perlu diakui, setelah berhasil membuat terobosan, kekuatan Harita memang sa
Melihat keduanya pergi, Yesa buru-buru bangkit. Dia tampak marah besar. Dia tak henti-hentinya mengumpati Widia dan Tobi.Kata-katanya begitu tidak enak didengar. Selanjutnya, saat memikirkan hidup mereka yang akan sulit ke depannya, dia juga kembali memarahi Herman.Dia bilang Herman tidak berguna dan membuatnya menjalani hidup yang menyedihkan. Herman tidak bisa memberinya kehidupan mewah, bahkan Grup Lianto pun jatuh di tangan orang luar.Yesa juga bilang, apa yang harus dia lakukan ke depannya? Jika tidak memberinya ratusan miliar atau membiarkannya menjadi orang terpandang di Kota Tawuna, bagaimana dia bisa hidup?Dia sudah kehilangan harga diri. Dia meminta Herman untuk memikirkan cara agar mendapatkan kembali Grup Lianto. Setidaknya, perusahaan itu sekarang bernilai triliunan atau bahkan mencapai puluhan triliun.Jika tidak, Yesa akan bercerai dengan pria tidak berguna sepertinya.Makin berbicara, dia makin emosi. Pada akhirnya, dia pingsan karena terlalu emosi dan sedih.Herman
Wajah Widia berubah muram. Ekspresinya juga terlihat kusut. Namun, dia akhirnya mengangguk dan berkata, "Kuserahkan masalah ini padamu."Mendengar itu, Yesa langsung panik.Kali ini yang hilang bukan hanya kejayaan dan kekayaan, tetapi dia juga tidak punya harapan untuk menjadi nyonya kaya yang dikagumi semua orang. Bahkan, dia mungkin juga akan masuk penjara.Tidak bisa.Dia masih ingin meningkatkan prestisenya dan menjadi wanita bangsawan.Dia panik, lalu berlutut di depan mereka berdua sambil menangis. "Widia, ini salahku. Aku minta maaf padamu. Aku mengakui kesalahanku.""Apa yang kamu lakukan. Cepat berdiri dulu."Widia terkejut dan segera menjauh. Tidak peduli apa pun masalahnya, dia juga telah menganggap mereka sebagai orang tuanya selama ini.Menyadari hal itu, Yesa merasa masih ada harapan. Tangisnya makin menjadi-jadi. Dia juga memperlihatkan tampang memelas sambil berkata, "Nggak. Aku nggak akan berdiri, kecuali kamu memaafkanku.""Aku menyesali perbuatanku. Mengingat Keluar
Begitu mendengar putrinya mencurigai mereka berdua bukanlah orang tuanya, Yesa tampak terkejut. Mungkinkah Tobi telah mengatakan yang sebenarnya kepada Widia? Seharusnya tidak mungkin, 'kan?Berdasarkan sifat Tobi, pria itu tidak mungkin mengatakan pada Widia bahwa dirinya dicampakkan oleh ibu kandungnya sendiri. Namun, setelah mendengar kata-kata selanjutnya, sepertinya itu karena Widia merasa Yesa tidak memperlakukannya dengan baik selama ini. Oleh karena itu, Widia bisa menyalahkan dirinya.Meski Yesa merasa tidak senang, dia segera berkata, "Widia, kami memang nggak memperlakukanmu dengan baik sebelumnya, tapi bagaimanapun juga, kami adalah orang tuamu.""Orang tuaku?" Widia berkata dengan dingin, "Kamu kira aku nggak tahu apa-apa? Tobi sudah memberitahuku segalanya!"Setelah mendengar itu, wajah Yesa berubah drastis. Dia tidak menyangka Tobi akan mengatakan yang sebenarnya kepada Widia. Dia pun buru-buru berkata, "Ka ... kamu sudah tahu semuanya?""Jangan salahkan aku. Kami takut
Seiring berjalannya waktu, Negara Harlanda kini makin kuat dalam segala aspek. Termasuk teknologi, militer, dan lain sebagainya, meski menghadapi blokade gila-gilaan mereka.Mereka bahkan tidak peduli dengan kredibilitas negara, memberikan sanksi yang tidak masuk akal dan juga melanggar berbagai aturan seenaknya.Meski begitu, mereka tetap tidak bisa menghentikan perkembangan Negara Harlanda.Namun, saat ini Luniver tampak mengerutkan kening. Lantaran mereka mendapat kabar bahwa Tobi masih berada di Gunung Simeru dan belum turun. Jadi, mereka memikirkan cara untuk memaksa Negara Harlanda dan juga Tobi.Bagaimanapun, Negara Harlanda seharusnyanya tahu bahwa target mereka adalah Tobi. Selain itu, bocah itu sudah mulai memahami hukum langit dan bumi. Jika tidak menghabisinya sekarang, entah ancaman seperti apa yang akan mereka hadapi kelak.Walau Tobi masih tidak bisa menandinginya saat ini.Namun, dia baru saja menerima kabar. Katanya Tobi telah diam-diam meninggalkan Gunung Simeru. Tamp