"Baguslah. Kembalilah bekerja. Selama bukan masalah besar, aku akan melindungimu."Akhirnya, Widia bisa bernapas lega."Baiklah, aku akan menurutimu."Tobi juga tidak merasa kesal. Menurutnya, Tania juga tidak akan membuat terlalu banyak masalah. Setelah meninggalkan ruangan Widia, dia pun langsung berjalan kembali ke tim.Saat ini, tim dua juga sedang membahas tentang masalah ini. Banyak di antara mereka yang berspekulasi tentang situasi seperti apa yang akan dihadapi Tobi.Bagaimanapun, Bu Widia sangat ditakuti oleh semua orang.Di mata mereka, Bu Widia adalah sosok yang sangat keras dan bisa membuat orang tertekan. Bahkan, melangkah maju dan mengucapkan beberapa patah kata akan membuat mereka merasa sangat gugup.Apalagi, performa Bu Widia di perusahaan dalam dua tahun terakhir ini sangat luar biasa. Dia telah menyingkirkan banyak pecundang yang diatur oleh para pemimpin senior."Lihat! Tobi sudah kembali!""Ya, dia sudah kembali!""Tapi sepertinya suasana hatinya bagus dan nggak te
"Tapi inilah kenyataannya!""Aku barusan pergi ke ruangan Bu Widia untuk memastikan masalah ini. Memang benar, ketiga tagihan ini ditangani oleh Tobi," jawab Helen dengan dingin.Ah!Bagaimana bisa begini!Andi seakan sulit menerima kenyataan itu. Dia tidak menyangka masalah ini akan menjadi seperti ini.Hal yang sama juga terjadi pada yang lainnya, terutama mereka yang sering menyerang Tobi. Hanya saja, mereka masih jauh lebih baik dibandingkan Andi.Saat ini, Andi teringat dengan kata-kata yang barusan dia ucapkan. Jika Tobi masih tinggal di tim dua, maka dia akan keluar. Begitu juga sebaliknya.Sekarang Tobi adalah pahlawan yang hebat. Dia tidak mungkin pergi.Barulah Andi menyesali ucapannya. Seandainya waktu bisa berputar kembali, dia pasti akan mencari tahu masalah ini terlebih dahulu.Apalagi, Tobi barusan juga menyuruhnya untuk tidak menyombongkan diri terlalu cepat. Sekarang, dia menyesalinya. Seharusnya, dia menjaga sikapnya.Shinta tersenyum pahit dan berkata, "Tobi, maaf. A
Shinta terlihat serbasalah, lalu memandang Helen dengan tak berdaya.Ekspresi Helen menjadi dingin dan serius, lalu dia bertanya, "Tobi, kamu yakin mau salah satu dari kalian pergi?"Semua orang terkejut. Meskipun Bu Helen tidak mendominasi seperti Bu Widia, dia juga sangat tangguh.Jika Tobi tidak disiplin, mungkin dia akan diusir keluar. Mereka bisa membaca itu samar-samar dari sikap Bu Helen.Shinta buru-buru berbisik pelan, "Tobi, jangan terbawa emosi. Bagaimana kalau kita mendiskusikannya dulu? Siapa tahu ada solusi yang lebih baik.""Benar, benar, Tobi, ayo kita dengar kata Bu Shinta."Leo juga memahami sikap Helen dan buru-buru membujuk Tobi.Andi tampak terkejut. Dia tidak menyangka Bu Helen akan membantunya. Saat ini, dia hanya berharap Tobi mempertahankan keputusannya.Benar saja. Tobi bersikeras melakukan apa yang dia inginkan. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata dengan nada datar, "Maaf. Aku nggak bisa menurutimu. Jangan harap ada yang bisa membelanya hari ini."Semua o
Ternyata, begitu Helen pergi, dia langsung pergi melapor kepada Widia karena dia tahu Widia sangat peduli dengan Tobi.Tidak disangka, Widia sangat marah saat mendengar hal itu dan bahkan sempat memarahinya.Padahal, mereka sudah sepakat untuk mempertahankan Tobi di perusahaan. Widia pun kembali menyuruh Helen untuk menahan Tobi.Helen terpaksa berjalan kembali. Hanya saja, dia tidak mengerti alasan Widia begitu peduli dengan Tobi. Siapa sebenarnya pria itu?"Shinta, kemarilah."Shinta agak kaget, lalu buru-buru berdiri dan mengikutinya.Setelah berjalan ke samping, Helen pun berkata, "Ceritakan kepadaku konflik antara Tobi dan Andi dari awal."Jika Helen ingin mengubah pengumuman tadi, dia harus mencari alasan lain. Jika tidak, bukankah kewibawaannya akan hancur?Begitu mendengar itu, Shinta langsung menceritakan semuanya kepada Helen.Dia tidak menyebutkan kejadian sebelumnya. Lagi pula, semua orang meremehkan Tobi pada awalnya.Hanya saja, Shinta menceritakan kepada Helen semua sika
Benar saja. Seperti yang dibayangkan mereka.Helen melirik Andi sejenak, lalu berkata dengan nada dingin, "Andi, kamu sendiri paling paham dengan semua tingkah lakumu, jadi jangan salahkan perusahaan.""Pergilah ke departemen administrasi, lalu selesaikan formalitas perusahaan. Setelah itu, kamu sudah boleh pergi."Wajah Andi berubah pucat. Usianya tidak muda lagi. Dia benar-benar tidak ingin meninggalkan perusahaan seperti ini. Lagi pula, dengan usia dan kemampuannya saat ini, dia tidak mungkin bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik..Dia pun tidak bisa menahan diri dan berkata, "Bu Helen, aku sudah tahu kesalahanku. Tolong beri aku kesempatan lagi?"Helen menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kamu dan Tobi telah berulang kali menegaskan hanya satu dari kalian yang bisa tinggal di sini. Menurutmu, siapa di antara kalian yang harus aku pertahankan?"Begitu kata-kata itu keluar, wajah Andi menjadi pucat dan tidak bisa berkata-kata lagi. Karena dia tahu Tobi tidak mungkin membiarkan
Semua orang tampak tercengang. Padahal semua orang di departemen penjualan telah memercayai rumor Tobi memiliki latar belakang yang kuat, tetapi Kak Mia malah mengabaikannya dan mengejeknya di depan umum.Tobi tampak tenang dan berkata dengan nada datar, "Benar, akulah orang hebat itu. Kenapa? Apa kamu ingin menghormat kepadaku?""Memberi hormat kepadamu? Haha. Lucu sekali. Tobi, kamu pikir dirimu sehebat itu?" ejek Kak Mia lagi.Begitu mendengar kata-kata itu, semua orang tercengang. Apa yang terjadi?Tobi juga mengerutkan kening dan bertanya, "Apa maksudmu?""Kamu tahu maksudku. Percaya nggak, satu ucapan dariku bisa membuatmu diusir dari perusahaan," ujar Kak Mia dengan bangga dan mendominasi."Mia, sudah cukup. Kamu pikir kamu itu siapa? Memecat siapa pun yang kamu mau?" ucap Shinta dengan marah."Haha. Aku memang nggak bisa sembarangan memecat orang, tapi semua orang di perusahaan pasti akan mengusir orang dalam sepertinya," ucap Kak Mia dengan suara lantang."Omong kosong apa yan
Tobi mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Benar saja. Dari wajah semua orang, dia melihat sorot ketidakpercayaan. Bahkan Shinta juga tampak tidak berdaya.Meski Shinta tidak memercayai Tobi, dia tetap membelanya, "Mia, kalau kamu punya bukti, cepat keluarkan. Kalau nggak, jangan bicara omong kosong di sini.""Huh! Terserah kalau kamu nggak percaya. Pokoknya, besok kamu lihat sendiri hasilnya. Saat itu, kamu tetap harus keluar!"Mia tidak punya bukti selain alat penyadap yang diam-diam dia pasang di ruangan Bu Helen.Jika begitu, bukankah masalah mereka mengintai Bu Helen akan ketahuan? Mereka tidak mungkin membeberkan identitas mata-mata mereka hanya karena Tobi, si pecundang itu."Kalau begitu, jangan asal tuduh di sini!" seru Shinta dengan dingin."Oke! Lihat saja, besok kamu pasti akan menangis!"Selesai berbicara, Mia pun berlalu bersama Arvin.Shinta menatap Tobi dengan tajam dan bertanya, "Apa yang dia katakan itu benar?"Yang lain juga menatap Tobi lekat-lekat. Mereka in
"Kalau Bu Widia punya cara, dia pasti sudah membantunya dari awal. Jadi, ini tergantung kemampuan kalian sendiri," ujar Helen.Dari awal, seharusnya mereka tidak menyetujui taruhan itu.Hais! Ini semua gara-gara Tobi. Apalagi, mereka tidak bisa memarahinya.Shinta berjalan kembali dengan lemas. Anggota tim langsung menatapnya saat melihatnya kembali.Hanya melihat ekspresi kecewanya, mereka tahu mereka sudah tidak memiliki peluang sama sekali.Selanjutnya, semua orang memandang Tobi dengan marah.Namun, entah karena mereka telah belajar dari pengalaman sebelumnya atau bukan, kali ini semua orang tidak berani berkomentar dan hanya memandang Tobi dengan tatapan tidak puas."Tobi, kemarilah."Shinta memanggil Tobi ke samping."Tobi, apa kamu sedang mempermainkanku?" tanya Shinta langsung."Nggak. Kenapa kamu berpikiran seperti itu?""Lantas, kenapa kamu bilang uang miliaran itu bukan apa-apa? Padahal kamu sendiri nggak punya cara. Apa lagi namanya kalau kamu nggak mempermainkanku?" tanya
Saat ini, semuanya juga seharusnya sudah berakhir.Setelah semua orang bubar, Vamil maju ke depan sambil tertawa, "Tobi, kamu benar-benar memberiku kejutan besar kali ini.""Awalnya, aku kira kamu setidaknya membutuhkan lima tahun untuk menandingi kekuatan mereka. Aku nggak menyangka kekuatannya akan meningkat secepat itu. Benar-benar di luar dugaanku.""Bolehkah kamu beri tahu aku sudah sampai mana kekuatanmu saat ini?"Vamil sangat penasaran.Tobi mengangkat bahu tak berdaya dan berkata, "Nggak ada lawan, jadi aku juga nggak begitu jelas.""Aku hanya tahu, kalau aku menyerang dengan seluruh kekuatanku, aku bisa menghancurkan kota dengan mudah.""...."Semua orang benar-benar tercengang, lalu berkata tak berdaya, "Luar biasa!"Vamil terdiam, lalu menggelengkan kepalanya. "Nak, kamu benar-benar mengejutkanku. Oh ya, kapan kalian akan menikah? Jangan terlalu lama. Aku nggak punya banyak waktu lagi."Jelas, dia sangat puas dengan Tobi dan berharap bisa menghadiri pernikahan mereka.Mende
Kata-kata dominan Tobi barusan membuat orang-orang Harlanda makin antusias. Saking bersemangatnya, mereka yang menonton siaran langsung dari rumah pun bersorak kegirangan.Mereka sangat gembira. Jadi, perlu mengekspresikan kegembiraan yang mereka rasakan.Hanya saja kalimat 'siapkan misil' yang diucapkan Tobi membingungkan mereka.Apa yang terjadi? Siapkan misil? Apa maksudnya? Tiba-tiba tanda tanya muncul memenuhi seluruh layar.Semua orang benar-benar tercengang mendengar kata-kata itu.Banyak orang mengungkapkan pertanyaan mereka.Di saat bersamaan, para petugas di pangkalan rudal itu juga tampak berkeringat dingin. Biasanya, dalam situasi apa pun, dia pasti akan melaksanakan perintah dengan tegas. Namun, dia jelas-jelas gugup saat ini dan kembali mengkonfirmasi.Radiya mengangguk. Untuk memastikan tidak terjadi kesalahan, dia bahkan turun tangan memperhatikan masalah ini.Jika bukan karena menyaksikan kekuatan Tobi yang melampaui orang biasa dengan matanya sendiri, dia benar-benar
Negara Harlanda seketika dibanjiri berbagai kata-kata pujian, sorak-sorai, dan kekaguman.Di mata mereka, Tobi sudah termasuk dewa pelindung Harlanda.Sebaliknya di mata dunia luar, mereka mulai takjub terhadap kekuatan Negara Harlanda. Bahkan, juga ada rasa takut.Tobi tidak peduli dengan masalah ini. Dia teringat bahwa selama periode ini, ada banyak orang yang membuat onar. Jadi, dia pun berkata, "Sejauh yang aku tahu, akhir-akhir ini, banyak wilayah yang meremehkan seni bela diri Negara Harlanda kita. Bisa-bisanya mereka memandang rendah seni bela diri kita.""Kalau begitu, aku akan perlihatkan pada mereka akan betapa hebatnya seni bela diri Negara Harlanda. Master-master hebat lainnya yang jarang menampakkan diri nggak perlu mengambil tindakan, cukup mereka yang ada di sini yang melakukannya saja.""Pandu, keluarlah!"Tobi tiba-tiba menyebut nama Pandu.Awalnya, Pandu sempat terkejut. Namun, reaksinya cukup cepat. Begitu menerima perintah Tobi, dia segera melompat keluar dan berkat
Tobi perlahan melambaikan tangan kanannya. Tubuh Hirawan seketika terhempas keluar dari lapangan dan mendarat tepat di samping orang-orang Melandia yang tengah membawa rekan mereka yang tak sadarkan diri tadi.Membiarkan mereka membawa Hirawan pergi.Selanjutnya, giliran Luniver.Semua orang yang hadir di sana kini memandang Tobi dengan tatapan penuh kekaguman dan keterkejutan.Vamil dan lainnya yang mendukung Tobi semuanya tampak antusias. Awalnya, mereka mengira krisis besar yang dihadapi kali ini akan mendatangkan ancaman bagi seni bela diri Harlanda. Siapa sangka, hal ini bisa dengan mudah diselesaikan oleh Tobi.Meski Luniver masih belum bertindak, berdasarkan kekuatan yang dimilikinya, sudah pasti tidak akan semudah mengendalikan Hirawan lagi."Luniver, giliranmu sekarang!" seru Tobi dengan nada datar.Begitu Tobi selesai berbicara, semua orang terkejut.Mereka sangat familier dengan kekuatan Luniver. Apalagi, setelah pertarungan kemarin, namanya kini sangatlah populer.Jelas sek
Wajah Hirawan berubah kusut. Hanya saja, lantaran sudah mengambil langkah pertama, bukankah pengorbanannya akan sia-sia jika dia menyerah sekarang?Jadi dia bangkit, lalu berlutut di depan Tobi lagi sambil berkata dengan suara keras, "Maaf, aku mengakui kesalahanku!"Plak, plak!Tamparan keras lainnya datang.Hirawan benar-benar terpana. Dia tampak kaget sekaligus marah."Suaramu terlalu keras. Aku nggak suka!" kata Tobi dengan nada datar.Semua orang tahu bahwa Tobi sengaja melakukan semua itu. Dia memang ingin mempermainkan Hirawan di hadapan semua orang.Hal ini membuat orang Melandia makin malu.Salah satu orang Melandia yang menyaksikan adegan itu langsung melompat dan berseru, "Hentikan, hentikan! Kamu sedang ....""Enyahlah!"Tobi mendengus dingin, lalu melambaikan tangan kanannya.Meski berada ratusan meter jauhnya, orang itu langsung merasakan sakit luar biasa di bagian dadanya. Tubuhnya terpental mundur puluhan meter dan langsung tak sadarkan diri.Kemudian, dia diseret pergi
Kata-kata yang diucapkan Tobi barusan penuh dengan kekuatan spiritual yang kuat. Namun, dia mengendalikannya dengan sangat baik dan hanya menargetkan Hirawan seorang."Nggak!"Hirawan menggertakkan gigi dan meraung. Kekuatan di sekitarnya berkumpul secara gila-gilaan, membentuk energi yang besar dan menakutkan. Dia jelas ingin melawan.Melihat adegan ini, semua orang langsung terkejut.Terutama, tornado besar terbentuk di atas kepala Hirawan. Kekuatan dahsyat itu meledak dan sekali lagi memperlihatkan energinya yang menakjubkan dan menakutkan.Semua orang dikejutkan oleh momentum yang luar biasa itu.Orang-orang Melandia sangat gembira saat melihat adegan itu. Mereka berkata dengan penuh semangat, "Sudah kuduga, Hirawan barusan sengaja mempermainkan mereka. Sekarang dia baru menunjukkan kekuatannya yang sesungguhnya.""Benar, sekarang akhirnya dia melawan. Pokoknya, harus beri pelajaran pada bocah itu.""...."Satu per satu dari mereka sangat bersemangat pada awalnya, tetapi setelah be
"Dia juga idolaku!""Aku juga!""Haha. Masih berpura-pura. Bukankah kalian sangat sombong dan bangga barusan? Ayo lanjutkan lagi.""...."Dalam sekejap, semua orang Harlanda bersorak kegirangan. Baik mereka yang menonton dari internet maupun mereka yang menyaksikan secara langsung. Terutama mereka yang mengenali Tobi dan hubungannya dekat dengannya. Semuanya sangat bersemangat.Sebaliknya, satu per satu dari wajah orang Melandia berubah muram. Mereka sepenuhnya tidak percaya dengan adegan yang terjadi di depan mereka.Di mata mereka, sosok Hirawan sangatlah kuat bagaikan dewa. Jadi, bagaimana Hirawan bisa ditaklukkan secara tiba-tiba. Bahkan, wajahnya bisa ditampar di depan umum?Apalagi, ini juga merupakan tamparan di wajah mereka. Tentu saja mereka sangat marah."Curang! Mereka pasti curang!""Manipulasi. Mereka pasti menggunakan manipulasi!""Hirawan, katakan sejujurnya, apakah kamu sengaja mengalah pada mereka? Kamu ingin mereka senang dulu, kemudian membuat mereka terpuruk nantiny
Melihat Tobi berjalan mendekatinya, Hirawan tampak mengerutkan keningnya. Karena dia menyadari bahwa dirinya tidak bisa merasakan kekuatan apa pun dari tubuh Tobi.Hanya ada dua kemungkinan untuk situasi seperti ini. Pertama, lawan jauh lebih kuat dari dirinya. Jadi, dia tidak bisa merasakan kekuatannya. Namun, Hirawan bahkan masih bisa merasakan kekuatan Vamil dan Luniver.Apa pun alasannya, mustahil kekuatan Tobi akan lebih tinggi dibandingkan mereka berdua, 'kan?Yang kedua, mungkin Tobi telah mempelajari teknik untuk menyembunyikan kekuatan.Jika penilaiannya tidak salah, pasti Tobi telah menyembunyikan kekuatannya.Berpura-pura terlibat hebat. Apa Tobi mengira bisa menakuti dirinya?Bibir Hirawan melengkung. Kemudian, dia berkata dengan nada menghina, "Tobi si pengecut, akhirnya kamu berani menampakkan dirimu? Kupikir kamu akan terus bersembunyi sampai akhir."Tobi tersenyum, tetapi senyumannya tampak sinis, lalu berkata dengan nada datar, "Bersembunyi? Mana mungkin aku bersembuny
"Tapi aku harap kalian bisa lebih kuat hari ini. Setidaknya, biarkan aku melakukan sedikit pemanasan.""Kalau nggak, bukankah akan sangat membosankan?""Selain itu, aku juga nggak akan bermurah hati lagi hari ini. Begitu naik ke atas, hanya ada dua pilihan di depan kalian. Kalau nggak hidup ya mati. Coba aku lihat apa masih ada orang Harlanda yang nggak takut mati?"Begitu kata-kata ini dilontarkan, sekali lagi kolom komentar dibanjiri banyak orang. Apalagi, banyak orang yang teringat dengan Tobi, yang disebut Hirawan sebelumnya itu, masih belum muncul juga.Perkataan Hirawan tentunya mengundang emosi banyak master Harlanda. Semuanya terlihat marah dan bersiap untuk naik ke atas panggung.Efendi juga mengambil langkah ke depan dan hendak naik ke atas panggung.Namun, di saat bersamaan, Tobi lebih dulu memimpin dan berjalan langsung ke atas panggung.Indira yang berada di sebelahnya tertegun sejenak. Bagaimanapun, dia juga termasuk master paling kuat di antara para Pelindung Harlanda. K