Untuk apa direktur sepertinya merebut jasa seorang karyawan kecil? Bukankah itu sama dengan lelucon?"Mana aku tahu? Pokoknya, kamu nggak perlu mengkhawatirkan masalah ini!"Tobi tidak menghiraukannya lagi dan langsung pergi.Shinta tampak tidak berdaya. Kebetulan saat itu Helen berjalan mendekatinya. Shinta buru-buru menceritakan situasi itu kepadanya. Helen agak terkejut, tetapi dia hanya menggelengkan kepalanya dan berkata, "Jangan pedulikan dia!""Jadi, Bu Widia bagaimana?""Tenang saja. Nggak akan terjadi apa-apa."Helen pun berlalu dan kembali ke ruangannya. Dia malas meladeni masalah Tobi lagi.Terutama memikirkan pembahasan terakhirnya dengan Widia.Lagi pula, masalah ini diurus oleh Bu Widia dan yang lain tidak tahu, jadi mereka berniat memberikan hasil kerja ini kepada Tobi.Dengan begitu, Tobi tidak akan dikritik oleh orang lain, begitu juga dengan direktur yang merekrutnya. Bukankah ini sama dengan sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui?Hanya saja, dia merasa Tobi san
Perubahan kata-kata ini begitu jelas sehingga Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tania, 'kan? Kamu begitu percaya padanya?"Widia melihat ketidakberdayaan Tobi dan menjelaskan, "Aku mengerti kamu punya prasangka buruk kepadanya, tapi sebenarnya dia nggak punya niat buruk, kok.""Dia sudah mendengar kabar tim dua sedang taruhan dengan tim satu. Jadi, dia berinisiatif mencari orang untuk membantu kalian. Dengan begitu, tim dua punya kesempatan untuk menang dari tim satu. Bukankah itu artinya dia membantumu?""Dia membantuku?""Bisa dikatakan begitu!"Tobi menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku penasaran. Taruhan antara tim satu dengan tim dua baru saja diputuskan belum lama ini. Bagaimana dia mengetahuinya?""Dia juga bekerja di perusahaan dan saat ini berada di departemen administrasi!""Sebelumnya, kami sempat berselisih, tapi dia mencariku dan minta maaf kepadaku. Dia juga bilang meski yang dia lakukan semua itu demi kebaikanku, dia juga nggak boleh membuat keputusan sendir
Tania memanfaatkan kesempatan dan memberikan saran."Ya, boleh saja. Tunggu kita punya waktu nanti.""Baiklah. Kalau begitu, aku kembali bekerja dulu."Setelah Widia mengangguk, Tania pun beranjak pergi. Dalam hatinya, dia diam-diam mendengus dingin.Dia sudah mengambil langkah pertama. Sekarang, saatnya dia mengambil langkah selanjutnya.'Tobi, jangan pikir kamu hebat dan kamu pasti akan mendapatkan Widia.''Selama aku ada di sini, jangan harap kamu bisa berhasil.''Widia, beraninya kamu merebut pria dariku. Jangan salahkan aku membuatmu menyesal. Apa pun yang terjadi, aku pasti akan memisahkan kalian berdua.''Tunggu saja, Tuan Gavin, jodohmu yang sebenarnya akan segera datang.'Tania sangat sopan, meminta maaf dan meyakinkan dirinya. Wanita itu telah berbuat cukup banyak demi adegan itu dan Tobi juga tidak bisa mengatakan apa-apa lagi."Tobi, kamu juga sudah melihatnya, 'kan? Tania sudah menyadari kesalahannya.""Kelak, jangan berprasangka buruk kepadanya lagi. Sebenarnya, selain be
"Baguslah. Kembalilah bekerja. Selama bukan masalah besar, aku akan melindungimu."Akhirnya, Widia bisa bernapas lega."Baiklah, aku akan menurutimu."Tobi juga tidak merasa kesal. Menurutnya, Tania juga tidak akan membuat terlalu banyak masalah. Setelah meninggalkan ruangan Widia, dia pun langsung berjalan kembali ke tim.Saat ini, tim dua juga sedang membahas tentang masalah ini. Banyak di antara mereka yang berspekulasi tentang situasi seperti apa yang akan dihadapi Tobi.Bagaimanapun, Bu Widia sangat ditakuti oleh semua orang.Di mata mereka, Bu Widia adalah sosok yang sangat keras dan bisa membuat orang tertekan. Bahkan, melangkah maju dan mengucapkan beberapa patah kata akan membuat mereka merasa sangat gugup.Apalagi, performa Bu Widia di perusahaan dalam dua tahun terakhir ini sangat luar biasa. Dia telah menyingkirkan banyak pecundang yang diatur oleh para pemimpin senior."Lihat! Tobi sudah kembali!""Ya, dia sudah kembali!""Tapi sepertinya suasana hatinya bagus dan nggak te
"Tapi inilah kenyataannya!""Aku barusan pergi ke ruangan Bu Widia untuk memastikan masalah ini. Memang benar, ketiga tagihan ini ditangani oleh Tobi," jawab Helen dengan dingin.Ah!Bagaimana bisa begini!Andi seakan sulit menerima kenyataan itu. Dia tidak menyangka masalah ini akan menjadi seperti ini.Hal yang sama juga terjadi pada yang lainnya, terutama mereka yang sering menyerang Tobi. Hanya saja, mereka masih jauh lebih baik dibandingkan Andi.Saat ini, Andi teringat dengan kata-kata yang barusan dia ucapkan. Jika Tobi masih tinggal di tim dua, maka dia akan keluar. Begitu juga sebaliknya.Sekarang Tobi adalah pahlawan yang hebat. Dia tidak mungkin pergi.Barulah Andi menyesali ucapannya. Seandainya waktu bisa berputar kembali, dia pasti akan mencari tahu masalah ini terlebih dahulu.Apalagi, Tobi barusan juga menyuruhnya untuk tidak menyombongkan diri terlalu cepat. Sekarang, dia menyesalinya. Seharusnya, dia menjaga sikapnya.Shinta tersenyum pahit dan berkata, "Tobi, maaf. A
Shinta terlihat serbasalah, lalu memandang Helen dengan tak berdaya.Ekspresi Helen menjadi dingin dan serius, lalu dia bertanya, "Tobi, kamu yakin mau salah satu dari kalian pergi?"Semua orang terkejut. Meskipun Bu Helen tidak mendominasi seperti Bu Widia, dia juga sangat tangguh.Jika Tobi tidak disiplin, mungkin dia akan diusir keluar. Mereka bisa membaca itu samar-samar dari sikap Bu Helen.Shinta buru-buru berbisik pelan, "Tobi, jangan terbawa emosi. Bagaimana kalau kita mendiskusikannya dulu? Siapa tahu ada solusi yang lebih baik.""Benar, benar, Tobi, ayo kita dengar kata Bu Shinta."Leo juga memahami sikap Helen dan buru-buru membujuk Tobi.Andi tampak terkejut. Dia tidak menyangka Bu Helen akan membantunya. Saat ini, dia hanya berharap Tobi mempertahankan keputusannya.Benar saja. Tobi bersikeras melakukan apa yang dia inginkan. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata dengan nada datar, "Maaf. Aku nggak bisa menurutimu. Jangan harap ada yang bisa membelanya hari ini."Semua o
Ternyata, begitu Helen pergi, dia langsung pergi melapor kepada Widia karena dia tahu Widia sangat peduli dengan Tobi.Tidak disangka, Widia sangat marah saat mendengar hal itu dan bahkan sempat memarahinya.Padahal, mereka sudah sepakat untuk mempertahankan Tobi di perusahaan. Widia pun kembali menyuruh Helen untuk menahan Tobi.Helen terpaksa berjalan kembali. Hanya saja, dia tidak mengerti alasan Widia begitu peduli dengan Tobi. Siapa sebenarnya pria itu?"Shinta, kemarilah."Shinta agak kaget, lalu buru-buru berdiri dan mengikutinya.Setelah berjalan ke samping, Helen pun berkata, "Ceritakan kepadaku konflik antara Tobi dan Andi dari awal."Jika Helen ingin mengubah pengumuman tadi, dia harus mencari alasan lain. Jika tidak, bukankah kewibawaannya akan hancur?Begitu mendengar itu, Shinta langsung menceritakan semuanya kepada Helen.Dia tidak menyebutkan kejadian sebelumnya. Lagi pula, semua orang meremehkan Tobi pada awalnya.Hanya saja, Shinta menceritakan kepada Helen semua sika
Benar saja. Seperti yang dibayangkan mereka.Helen melirik Andi sejenak, lalu berkata dengan nada dingin, "Andi, kamu sendiri paling paham dengan semua tingkah lakumu, jadi jangan salahkan perusahaan.""Pergilah ke departemen administrasi, lalu selesaikan formalitas perusahaan. Setelah itu, kamu sudah boleh pergi."Wajah Andi berubah pucat. Usianya tidak muda lagi. Dia benar-benar tidak ingin meninggalkan perusahaan seperti ini. Lagi pula, dengan usia dan kemampuannya saat ini, dia tidak mungkin bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik..Dia pun tidak bisa menahan diri dan berkata, "Bu Helen, aku sudah tahu kesalahanku. Tolong beri aku kesempatan lagi?"Helen menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kamu dan Tobi telah berulang kali menegaskan hanya satu dari kalian yang bisa tinggal di sini. Menurutmu, siapa di antara kalian yang harus aku pertahankan?"Begitu kata-kata itu keluar, wajah Andi menjadi pucat dan tidak bisa berkata-kata lagi. Karena dia tahu Tobi tidak mungkin membiarkan
Namun, kekuatan bocah ini cukup bagus. Dia bahkan telah mencapai puncak Alam Tanah Abadi. Jika dia mewarisi kekuatan keturunan naga, mungkin akan menjadi ancaman bagi dirinya kelak.Hanya saja, lantaran dia muncul di sini, Luniver pasti akan menghabisinya langsung.Tobi juga memandang mereka berdua. Hatinya bergetar. Sama halnya seperti menghadapi Vamil, dia sama sekali tidak bisa memeriksa kekuatan keduanya. Ada perasaan tidak berdaya yang sulit dijelaskan muncul di hatinya.Awalnya, Tobi mengira kekuatannya telah mencapai puncak di dunia ini. Siapa sangka, masih ada orang yang jauh lebih kuat dibandingkan dirinya. Apalagi, kesenjangannya begitu besar. Sampai-sampai dia tidak dapat memeriksa kekuatan mereka sama sekali.Hal ini tentu membuat Tobi merasa tidak rela, terutama saat memandang tatapan menghina dari lawan.Namun, Tobi bukanlah orang yang bertindak ceroboh. Pria itu hanya melihat semuanya dengan ekspresi tenang.Lantaran kekuatannya tidak setinggi mereka, jadi tidak ada yang
Hirawan terkejut. Apalagi, saat teringat akan penampilan Vamil yang begitu mengerikan sebelumnya. Lelaki tua itu bahkan bertekad mempertaruhkan nyawanya. Lantaran waktu yang dimiliki Vamil tidak banyak lagi, kemungkinan besar dia akan lebih berjuang mati-matian kali ini.Dia merasa sedikit panik."Jangan khawatir. Aku baru saja berhasil membuat terobosan. Aku telah berevolusi dari malaikat bersayap sepuluh menjadi malaikat bersayap dua belas. Kekuatanku kini meningkat dua kali lipat. Selain itu, lelaki tua itu nggak punya banyak waktu lagi. Energinya sudah pasti melemah dan kekuatannya nggak mungkin dalam kondisi puncak.""Sekalipun dia berjuang mati-matian, aku pun bisa melawannya sendirian. Apalagi, jika dibantu olehmu.""Nggak peduli taktik apa pun yang dia gunakan di Gunung Simeru sana, menghabisinya sangatlah mudah," kata Luniver dengan percaya diri.Mendengar itu, Hirawan tampak terkejut. Luniver sendiri jauh lebih kuat darinya. Sekarang kekuatannya berlipat ganda. Menghadapi Vam
Tetua Sekte Kayana memandang Widia yang sedang berlatih dengan sorot mata keterkejutan dan ketidakpercayaan. Widia baru berlatih berapa lama saja.Hanya dalam waktu dua hari, kekuatan Widia meningkat drastis. Yang tadinya tingkat awal Guru Besar, kini telah mencapai tingkat puncak Guru Besar.Bagi Widia yang sekarang ini, kultivasi ibaratnya hal yang sangat mudah. Dia terus menerus membuat terobosan.Sekarang, tetua Sekte Kayana juga menyadari bahwa Widia memiliki energi yang menakutkan dan menakjubkan dalam tubuhnya. Apalagi, asalkan terus diserap, maka Widia bisa terus menerobos.Terlebih lagi, tubuh Widia juga membuatnya tercengang. Wanita itu bahkan bisa dengan mudah menyerap kekuatan api yang luar biasa itu.Selain itu, keduanya juga telah berkali-kali bertarung.Awalnya, Widia masih tidak tahu apa-apa, tetapi lambat laun, Widia mulai memberi tekanan pada Arum. Sampai hari ini, kekuatan Widia bahkan menimbulkan ancaman bagi dirinya.Bisa-biasanya orang awam yang belum pernah berla
Mendengar semua itu, Tobi langsung tertegun.Akhirnya, dia mengerti mengapa Vamil begitu terburu-buru membawanya ke sini. Ternyata ini semua demi menciptakan kondisi urgensi pada lawan.Agar mereka khawatir kekuatan Vamil akan bangkit kembali. Mereka pasti akan datang untuk menghancurkan segalanya lebih dulu daripada menunggu ajal menjemput Vamil.Mengenai tempat latihan Vamil, Gunung Simeru, mereka pasti sudah mengetahuinya.Demi memberi Tobi untuk meningkatkan kekuatannya, Vamil bahkan bersedia melawan mereka dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri.Lelaki tua ini berjuang untuk Negara Harlanda sepanjang hidupnya. Bahkan di saat ajal mendekatinya, dia juga masih tidak melupakan tekad awalnya.Dibandingkan dengan Vamil, Tobi merasa dirinya bukanlah apa-apa."Bagaimana? Apa kamu takut sekarang?" tanya Vamil."Mana mungkin? Anda telah berjuang untuk Negara Harlanda sepanjang hidup Anda dan sekarang bahkan mempertaruhkan nyawa demi saya. Bagaimana saya bisa mundur?" kata Tobi dengan tegas
"Nggak perlu. Dia hanya seorang gadis kecil. Dia juga nggak akan bisa membuat masalah besar. Tapi minta Pandu memperingatkan Paviliun Seroya bahwa mereka harus menceritakan semua yang dilakukan Master Melani pada Yaldora.""Kalau nggak, Yaldora pasti akan terus membalas dendam padaku. Jika demikian, aku pasti akan mengambil tindakan dan langsung menghancurkan Paviliun Seroya.""Oh ya, biarkan Pandu memperlihatkan sedikit kekuatannya agar mereka paham. Bagiku, menghancurkan sekte mereka sangatlah mudah!"Tobi langsung memperingatkan. Yaldora adalah gadis yang baik hati. Sayang sekali jika membunuhnya. Biarlah gadis itu mengetahui semua kebenarannya lebih dulu. Setelah itu, terserah dia mau mengambil keputusan seperti apa."Baik!"Arum juga tidak membantah.Widia menyaksikan semua adegan ini dengan tatapan kosong. Meski dari wajah Yaldora, Widia bisa merasakan penderitaannya dan juga merasa sedikit bersimpati pada wanita itu.Hanya saja, wanita ini berniat membunuh Tobi barusan. Jadi, Wi
Setelah menyampaikan semuanya, Tobi pun bersiap untuk berangkat.Namun, tepat di saat ini, sosok Yaldora muncul. Tangannya memegang pedang panjang. Wajahnya terlihat dingin. Keseluruhan tubuhnya tampak menakjubkan, tetapi juga ada aura dingin yang menakutkan.Seolah-olah mereka tidak kenal sama sekali.Kali ini, Tobi juga tidak ingin menghindar lagi.Ekspresi Tobi memperlihatkan ketidakberdayaan, tetapi dia tidak menyesal telah membunuh Master Melani. Mengingat apa yang telah dilakukan Melani terhadap keluarga mereka selama ini, membunuhnya bukanlah tindakan yang kelewat batas."Tobi, aku mau tanya, apa kamu membunuh guruku, Master Melani?" Tanpa berbasa-basi lagi, kali ini Yaldora langsung menanyakan inti permasalahannya.Mendengar itu, Tetua Sekte Kayana mendengus dingin. Dia mengeluarkan momentum kuat sambil berkata dengan dingin, "Lancang sekali! Beraninya kamu bisa meneriakkan nama tuanku begitu saja?"Itu adalah tekanan yang dimiliki oleh seorang kultivator Alam Tanah Abadi.Yald
Saat Arum keluar, dia langsung berkata dengan hormat, "Tuan Muda!"Widia tertegun sejenak. Dia sepertinya pernah bertemu dengan wanita tua ini sekali, tetapi dia tidak begitu yakin."Widia, namanya Arum. Dia master yang diam-diam melindungimu selama ini," ucap Tobi menjelaskan."Ah ...."Widia baru sadar bahwa Tobi diam-diam telah mengutus seorang master untuk melindunginya. Namun, dia sama sekali tidak mengetahui hal ini."Ini juga alasan aku memperkenalkan kalian satu sama lain. Setelah aku pergi, kamu bisa lebih sering berlatih dengannya. Dengan begitu, bukan hanya akan membuatmu mahir dalam bertarung, tapi juga meningkatkan kecepatan latihanmu," terang Tobi.Jika bukan karena alasan ini, Tobi juga tidak akan membiarkan Arum menampakkan diri.Arum juga tertegun. Dia telah melindungi Widia begitu lama. Dia juga tahu bahwa Widia hanya seorang wanita yang lemah. Sekarang, tuannya ingin dirinya latihan dengan Widia? Apa tuannya sedang bercanda?Ya sudahlah.Tuannya sudah bilang ingin di
Widia benar-benar terkejut. Apa yang barusan terjadi benar-benar di luar ekspektasinya. Bahkan, dia sendiri juga merasa semua ini tidak masuk akal."Kenapa?"Melihat Widia tersadar, Tobi tampak kaget. Pria itu langsung bertanya dengan khawatir. Dia barusan telah dikejutkan oleh terobosan kekuatannya Widia.Tak disangka, hanya dengan sekali latihan, kekuatan Widia telah mencapai Alam Guru Besar. Walau Widia baru mulai berkultivasi, perlu diketahui sebelumnya dia hanyalah orang awam.Garis keturunan Foniks memang tidak bisa dianggap remeh. Kekuatannya sangat hebat dan menakutkan."Bagus, bagus sekali."Widia hanya merasa sangat nyaman. Ada kekuatan yang sangat hebat di sekujur tubuhnya, seolah dia bisa menghancurkan segalanya dengan satu serangan.Yang paling penting lagi, dia benar-benar merasakan semacam teknik kultivasi.Walau tidak mengetahui nama teknik itu, tetapi saat kekuatan garis keturunan diintegrasikan ke dalam tubuhnya, teknik itu mulai bekerja secara otomatis dan terpatri d
"Apa yang kamu lamunkan?""Ka ... kamu cantik sekali," seru Tobi."Apa-apaan? Ini bukan pertama kalinya kita bertemu. Mulutmu manis sekali. Pintar gombal.""Bagaimana kalau kamu bercermin dulu?" ucap Tobi."Kenapa harus bercermin? Memangnya aku nggak tahu penampilanku sendiri?" Berbicara sampai di sini, Widia tampak ragu-ragu. "Tobi, bisakah kamu membantuku berlatih kultivasi?""Membantumu berlatih kultivasi?"Tobi tertegun sejenak. Apa Widia tahu bahwa fisiknya telah berubah?"Ya, aku nggak ingin melihatmu bertarung sendirian seperti itu lagi. Apa nggak boleh?" Widia agak putus asa. Dia pernah menonton beberapa drama TV sebelumnya. Dikatakan bahwa meridian orang dewasa sudah terbentuk. Sekalipun berkultivasi, juga tidak akan ada hasilnya lagi."Bukan begitu. Kamu bisa berkultivasi. Mungkin kekuatanmu juga akan setara denganku dalam waktu singkat." Tobi tersenyum pahit. Benar saja, membandingkan diri sendiri dengan orang lain hanya akan membuat marah saja.Tobi berusaha keras selama be