"Ya!""Sudah kubilang, selama aku di sini, nggak ada yang berani menyentuhmu. Apalagi, sekelompok pecundang seperti ini," ujar Tobi sambil tersenyum."Benar, benar, kami semua hanya pecundang. Tuan Tobi bahkan bisa membunuh para pecundang seperti kami dengan mudah," seru Bram dengan cepat."Diam!" bentak Tobi, lalu dia berbalik dan berkata, "Kristin, mereka sudah di sini semua, terserah kamu mau balas dendam seperti apa, sekalipun kamu menginginkan nyawa mereka."Jika Kristin benar-benar menginginkan nyawa Bram, dia tidak keberatan untuk memenuhi keinginan gadis itu.Bram langsung bergidik mendengar ucapan itu. Wajahnya tampak pucat pasi. Sebelum dia datang ke sini, Pak Damar sudah mengatakan jika masalah ini tidak dapat diselesaikan hari ini, Bram tidak punya pilihan selain mati.Apalagi, Tobi yang turun tangan sendiri."Ja ... jangan!"Untungnya, saat mengungkit kata "membunuh", Kristin langsung menggelengkan kepalanya dengan gugup dan berkata, "Asalkan mereka memberikan kami sebuah
Walaupun, dia harus merogoh koceknya sendiri sebanyak dua miliar, tetapi teringat masalah ini terselesaikan, dia tetap senang. Setidaknya, dia masih mempertahankan nyawanya.Jika nyawanya hilang, maka semuanya telah berakhir.Tak berselang lama setelah Bram pergi, Kristin menerima notifikasi transferan sebanyak 12 miliar uang pembongkaran di tabungannya. Setelah membaca pesan itu, dia tertegun dan berkata dengan kaget, "Mereka benar-benar mentransfernya?"Tobi tersenyum kecil dan berkata, "Tentu saja. Itu kan uang pembongkaran. Mulai sekarang, kamu akan menjadi gadis kaya.""Nggak, kok. Lagian, ini semua berkat Kak Tobi.""Benar. Tobi, ini semua berkat kamu. Kalau bukan bantuanmu, jangankan 12 miliar, kami bahkan kesulitan mendapatkan 1,2 miliar. Begini saja, kami hanya perlu empat miliar, sisa delapan miliar ini kami akan berikan kepadamu.""Nggak. Bibi, apa kamu pikir aku begitu nggak tahu malu?" tanya Tobi tak berdaya."Bukan, aku nggak bermaksud seperti itu, aku ...."Tobi tersenyu
Melihat penampilan Tobi, hati Widia tiba-tiba merasa sakit. Dia pun memanggil pria itu, "Tobi, tunggu sebentar. Ikutlah denganku, ada yang ingin kutanyakan padamu.""Nggak perlu. Katakan saja di sini," ucap Tobi dengan nada datar.Menerima jawaban acuh tak acuh seperti itu, Widia seketika memanas. Padahal, pria itu telah berselingkuh, tetapi dia malah bertindak seolah-olah dirinya yang bersalah. Widia pun berkata dengan marah, "Nggak ada yang perlu dibicarakan lagi!""Oke!"Tobi pun membalikkan badannya dan pergi tanpa ragu sedikit pun.Mungkin ini memang sudah waktunya dia pergi.Kini, dia sudah mengetahui masa lalunya, jadi dia harus menyelidiki lebih jauh lagi.Jika demikian, bahaya yang akan dia hadapi akan makin banyak.Gurunya juga pernah mengatakan musuhnya sangat kuat.Pergi di saat ini bisa dianggap semacam perlindungan untuk Widia.Widia tertegun sejenak, kemudian mengumpat dengan marah, "Tobi, dasar bajingan. Padahal kamulah yang duluan berselingkuh, tapi kamu masih berlagak
"Bukankah kamu mau menanyakan soal Kristin? Kenapa tiba-tiba bertanya masalah ini?"Sembari bertanya balik, Tobi juga sempat berpikir untuk memberi tahu Widia identitas aslinya, tetapi dia takut hal itu mungkin akan membahayakan wanita itu."Jangan menyela. Katakan sejujurnya. Apa karena kamu menyelamatkan cucu Pak Wibowo, jadi dia mempercepat aksi penangkapan Keluarga Hutama untuk membalas budi?"Selain kemungkinan ini, Widia tidak menemukan alasan lain lagi."Kenapa kamu bisa berpikir begitu?""Kenapa? Tebakanku benar, 'kan?"Widia menghela napas dan menambahkan, "Aku nggak menyangka Pak Wibowo akan melakukan begitu banyak hal untuk membalas kebaikanmu. Terakhir, dia bahkan menghadapi Bakri dan meminta kelonggaran tiga hari untukmu.""Kalau nggak, kamu nggak akan bertahan sampai Bakri kerasukan. Bisa dikatakan, kamu berutang besar kepada Pak Wibowo. Kelak, kamu harus berterima kasih padanya dengan baik.""Hmm ...."Tobi diam-diam tersenyum pahit, tetapi ada bagusnya juga Widia berpik
Selain kamu, nggak ada yang bisa menyakitiku!Kalimat ini sangat sederhana, tetapi mampu memporak-porandakan hati Widia, bahkan membuat seluruh tubuhnya gemetar.Kalau dipikir-pikir, sejak Tobi masuk ke Keluarga Lianto, pria itu selalu bersikap baik dan sering melindungi dirinya meskipun pria itu terkadang suka menyombongkan diri.Tidak peduli yang dihadapi adalah tuan muda kaya ataupun preman keji, pria itu tidak pernah gentar dan selalu maju ke depan untuk melindunginya.Walaupun terkadang sikapnya terlampau impulsif dan menyebabkan hasil yang tidak diinginkan, perasaannya kepada Widia terpampang jelas. Namun, Widia dia malah mengabaikan dan mengkritiknya berkali-kali.Memikirkan hal ini, Widia tiba-tiba teringat dengan ucapan Joni sebelumnya yang mengatakan bahwa dia tidak pernah membantunya sama sekali. Jika bukan Joni, siapa yang telah membantunya selama ini?Widia menggelengkan kepalanya. Mungkin dia akan mengetahui kebenarannya jika bertemu dengan Joni atau mungkin saja ini semu
Tobi bahkan tidak perlu repot-repot bergerak terlalu banyak. Dia hanya mengangkat tangan kanannya dengan santai, meraih batang besi dalam satu gerakan, kemudian mengayunkannya dengan ringan.Tongkat besi seketika menghantam keras bagian dada lawan.Argh!Lawan merasakan pukulan dahsyat menerpa dadanya dan tanpa sadar, tubuhnya terhempas mundur dan terbanting keras ke tanah.Tobi kembali mengayunkan sebuah gerakan sederhana.Gerakan itu terlihat sangat simpel, tetapi kekuatannya sangat luar biasa.Argh!Aduh!Hanya dalam beberapa detik, tiga orang yang tersisa langsung terhantam keras. Mereka terpental jauh dan jatuh menggelinding seperti bola. Dalam sekejap, berbagai jeritan dan rintihan terdengar di mana-mana.Mereka tidak terlihat berpura-pura. Pukulan yang diberikan Tobi sangat kejam. Setidaknya, pukulan itu telah mematahkan beberapa tulang rusuk mereka.Dalam sekejap, yang tersisa kini hanyalah Candra sendirian.Candra tampak kebingungan. Sebelumnya, dia bahkan sengaja menguji seni
"Dasar pembual! Pria miskin! Kalau kamu benar-benar punya cara, kamu nggak akan berpakaian seperti orang miskin setiap harinya," seru Candra dari samping yang tidak tahan melihat kelakuan Tobi."Candra!" bentak Widia lagi.Nyali Candra menciut kembali, lalu melambaikan tangannya dengan cepat, "Baik, aku diam. Kalian lanjut saja."Widia mengedarkan pandangannya ke arah Tobi dan bertanya dengan penasaran, "Kamu punya cara apa?""Itu ...."Tobi mendadak kesulitan untuk memberikan penjelasan. Apa dia harus mengatakan Sekte Naga memiliki industri yang bernilai kuadriliunan yang bahkan tidak akan dihabiskan dalam sisa hidupnya?"Kamu!""Lupakan. Aku masih bisa menangani masalah ini. Kamu nggak perlu repot-repot."Sebenarnya, dalam hatinya, Widia ingin mengatakan Tobi hanya bisa membual, tetapi dia menahannya."Kamu yakin bisa?""Tentu saja!" jawab Widia dengan nada tegas. 'Meskipun nggak berhasil, kamu juga nggak punya solusi lainnya,' pikir wanita itu dalam hati."Baiklah. Kalau kamu punya
Raja Naga tua memperlihatkan sisi dominannya."Oke. Dengan adanya kata-kata Anda, saya sudah merasa lega."Tobi tersenyum. Tiba-tiba dia mendengar suara aneh, jadi dia pun bertanya dengan penasaran, "Guru, apa yang sedang kamu lakukan?""Aku, tentu saja aku sedang berlatih bela diri. Um, um, agak dalam sedikit ....""..."Tobi tampak tersenyum geli. Sepertinya Guru sedang berlatih seni bela diri yang tiada tara.Setelah meletakkan ponselnya, Tobi kembali merasakan ketenangan seperti sebelumnya dan bahkan membuatnya merasa rileks.Sesampainya di kamar hotel, wajah Kristin terlihat senang dan menyambutnya dengan gembira, "Kak Tobi, urusanmu sudah selesai?""Ya!""Kebetulan senggang. Aku akan mengantar kalian untuk melihat-lihat rumah," ucap Tobi."Baiklah."Kristin langsung menyetujuinya. Dia baru saja menerima dua miliar dari Bram. Sekarang, di tangannya ada 14 miliar. Dia bisa memilih rumah yang bagus agar ibunya hidup lebih nyaman.Meli sama sekali tidak keberatan, tetapi sebelum perg