Apalagi, hanya segelintir orang di dunia ini yang berhasil menerobos Alam Tanah Abadi. Setidaknya, sampai sejauh ini, Tobi belum pernah mendengar ada orang telah mencapai tingkat ini.Setidaknya, dalam informasi yang diberikan Sekte Naga kepadanya, dia tidak menemukannya. Namun, tidak heran juga. Mungkin informasi yang diberikan Sekte Naga masih terbilang rahasia.Namun, Tobi bisa berhasil menerobos juga berkat kekuatan relik suci. Hal itu membuktikan bahwa banyak pemimpin Sekte Suci sebelumnya yang juga memasuki Alam Tanah Abadi.Jadi, tidak perlu diragukan lagi, pasti ada orang yang berhasil menerobosnya.Teknik kecil ini sangat mudah bagi Pandu dan dia telah menguasainya dalam waktu singkat.Setelah itu, Tobi pun menjelaskan masalah pertemuan Sekte Suci. Saat berjalan keluar bersama Pandu, Tobi melihat Bahri tengah menatap mereka dengan antusias.Tobi tersenyum dan berkata dengan tidak berdaya, "Tetua Bahri, sepertinya kamu terkejut lagi.""Tentu saja. Tuan Tobi, apa yang terjadi de
Selesai membantu Pandu meningkatkan kekuatannya hingga mencapai tingkat puncak Guru Besar dan menyampaikan beberapa pesan kepadanya, Tobi pun bersiap untuk kembali ke vila. Namun, sebelum berangkat, Sapta datang menemuinya.Tobi tertegun, lalu bertanya, "Sapta, ada masalah?""Ya!"Sapta menggertakkan gigi, kemudian berkata dengan nada serius, "Tuan, ada suatu hal yang sudah lama tersimpan dalam hatiku. Hari ini aku benar-benar nggak bisa menahannya lagi.""Apa yang terjadi? Katakanlah!" Dalam hati, Tobi merasa lega. Jika Sapta mau mengakui perbuatannya sebelum dia membongkarnya, itu berarti Sapta masih tertolong."Sebenarnya, selama ini, aku terus membantu seseorang dan mengungkapkan semua informasimu kepadanya.""Siapa?" tanya Tobi dengan datar. Dia sudah menyiapkan mentalnya. Hanya saja, dia tidak tahu entah sejak kapan Sapta mulai membantu orang lain?"Bahtiar!""Dia juga pendiri Aula Varun," jawab Sapta.Pendiri Aula Varun?Tobi terkejut. Aula Varun memiliki sejarah yang cukup panj
"Ya sudah. Jangan pedulikan dia. Begitu kekuatannya berhasil membuat terobosan baru, ingatlah untuk memberitahuku secepat mungkin. Yang lainnya, kamu nggak perlu lakukan lagi.""Baik!"Sapta langsung menyepakatinya. Lagi pula, ini bukanlah tugas yang terlalu sulit. Setelah itu, dia pun berlalu dari sana.Tanpa dia sadari, sosok Pandu muncul setelah itu. Biasanya, berdasarkan indra tajam yang dimiliki Sapta, tidak ada seorang pun yang bisa lepas dari pengamatannya, kecuali lawan seorang ahli bela diri yang luar biasa.Sapta mengira Tobi telah meninggalkan tempat itu. Sudah pasti dia tidak akan kembali lagi. Itu sebabnya, Sapta melonggarkan kewaspadaannya.Siapa sangka, kekuatan Pandu telah membuat terobosan baru. Apalagi, setelah mendengar perkataan Tobi yang meragukan Sapta, dia pun sengaja bersembunyi untuk melihat situasinya.Melihat semua itu, ekspresi wajah Pandu seketika berubah, bahkan ada niat membunuh yang muncul di sorot matanya. Jika dia tidak menahan diri, dia mungkin sudah
"Um, benar."Saat ditanya, Clara terlihat sedikit gugup. Dia bergegas menambahkan, "Pak Hafis punya urusan penting yang perlu ditangani. Saat Anda pergi ke kantor besok, dia pasti akan menemui Anda."Sembari berkata, Clara tidak lupa menoleh ke arah Tobi. Pria itu cukup tampan juga, apalagi dia juga punya jiwa kepahlawanan yang tinggi. Entah kenapa, Clara mendadak gugup."Oh, nggak apa-apa. Ayo masuk!"Widia tidak peduli. Sudah pasti dirinya harus menyesuaikan diri di tempat baru. Lagi pula, dia sudah mempersiapkan mental lebih dulu.Tobi juga tidak berbicara lagi dan hanya mengikuti mereka masuk ke dalam.Mengenai penampilan Clara sendiri, dia memang sangat cantik. Wajahnya mulus, kulitnya juga putih, ditambah dengan kaki jenjangnya yang begitu mencuri perhatian.Meski paras Clara masih kalah dibandingkan Widia, setiap wanita tentunya memiliki daya tarik tersendiri, yang mampu memikat lawan jenis.Mereka bertiga pun berjalan masuk. Tak lama kemudian, mereka telah sampai di depan pintu
Ditolak langsung di depan umum seperti itu tentu saja membuat ekspresi wajah Darius berubah kesal. Harga dirinya jelas-jelas terluka.Namun, sebelum dia berbicara, para penggemar itu sudah tidak tahan lagi."Apa yang dia katakan? Dia kira siapa dirinya? Beraninya dia bilang dia bukan penggemar Darius?""Benar. Kalau kamu bukan penggemar Darius, buat apa kamu ikut berkerumun di sini?""Aku tahu. Dia pasti berpura-pura sok jual mahal agar bisa membuat Darius terkesan. Dasar nggak tahu malu.""Aku sering bertemu sama orang yang nggak tahu malu, tapi aku belum pernah bertemu yang parah seperti ini. Andai di sini nggak ada begitu banyak orang, dia pasti akan langsung naik ke tempat tidurnya Kak Darius.""Nggak tahu malu!""Wanita licik! Menjijikkan sekali!"Widia tertegun sejenak. Padahal, dia tidak melakukan apa pun, tetapi malah dihujat habis-habisan. Apalagi, kata-kata yang mereka ucapkan itu begitu tidak enak didengar.Tobi juga emosi. Kebetulan, penggemar yang paling banyak memarahi Wi
Penampilan Tobi yang galak dan mendominasi membuat semua orang langsung terdiam. Namun, apa yang dia katakan selanjutnya membuat semua orang makin gila.Satu demi satu dari mereka bersiap untuk mencakarnya habis-habisan.Hal ini juga menyebabkan suasana bertambah kacau, bahkan membuat Darius sedikit gugup.Lantaran posisi Darius kini juga tidak terlalu menguntungkan, apalagi dia juga ikut terpukul. Dia tidak peduli para penggemar bodohnya terluka. Lagi pula, mereka memang pantas mendapatkannya. Hanya saja, mereka tentu tidak boleh membuat dirinya terlibat."Semuanya, tenanglah!""Tenang dulu!" teriak Darius."Kak Darius sudah bicara. Kita harus dengar kata-kata Kak Darius.""Semuanya, hentikan dan dengarkan apa yang dikatakan Kak Darius. Kak Darius pasti nggak akan melepaskan penjahat ini begitu saja.""..."Tak disangka, perkataan itu justru membuat para penggemar gila itu terdiam. Ternyata, cara ini berguna juga.Darius tampak puas dan memandang Widia dengan ekspresi bangga, seolah m
Sayangnya, Tobi hanya memperlihatkan ekspresi geli. Gerakannya begitu gesit. Dalam sekejap, dia telah menjatuhkan mereka dengan tiga pukulan dan dua tendangan. Tindakan itu tentu membuat semua orang tercengang."Ayo, lanjutkan!"Tobi memandang Darius sambil tersenyum sinis."Hei, ucapanmu sama sekali nggak masuk akal. Kamu pria barbar yang hanya bisa bertarung dan main kekerasaan!" umpat Darius dengan kesal."Kamu bilang aku barbar?" tanya Tobi sambil tersenyum sinis."Memangnya bukan? Kami berbaik hati datang ke Negara Harlanda untuk tampil dan menyebarkan musik yang bagus, dan menampilkan karya yang luar biasa untuk kalian. Tapi, kalian malah memperlakukan kami dengan kasar. Aku mau menuntutmu. Aku akan pergi ke pengadilan untuk menuntut kalian!" ucap Darius dengan suara lantang.Tidak disangka, banyak penggemar yang menganggap perkatan Darius benar. "Dia bukan hanya memukul orang di depan umum, tapi dia juga nggak mau bertobat dan berkelahi dengan para pengawal. Dia hanya mencoreng
Setelah mereka masuk ke dalam lift, Tobi menyadari wajah Widia yang terlihat tidak begitu senang. Dia langsung menghiburnya, "Jangan pedulikan orang-orang itu. Mereka hanyalah sekelompok penggemar yang nggak punya otak.""Bukan begitu. Aku sama sekali nggak peduli dengan perkataan mereka, tapi aku khawatir mereka nggak akan membiarkan masalah ini berlalu begitu saja. Masalah ini pasti akan berdampak buruk bagimu," kata Widia dengan cemas.Mendengar itu, Clara juga ikut menimpali, "Benar, orang-orang ini sungguh gila. Mereka nggak akan melepaskan masalah ini begitu saja.""Hehe. Baguslah kalau begitu."Tobi mendengus dingin dan berkata, "Jangan khawatir. Aku punya banyak cara untuk menghadapi orang-orang seperti ini."Widia hanya mengangguk, lalu tidak berbicara lagi.Masalah sudah jadi seperti ini. Mereka hanya bisa menghadapinya bersama saja.Clara memandang Tobi dengan heran. Dia tampak ragu sejenak, tetapi dia kemudian berkata, "Aku barusan lihat ada orang yang merekam video. Entah